Chapter 23|| tanpa kabar
Sudah empat hari Zayyan terbaring lemas di kasur, Hafsha menghampiri putranya di kamar yang kini sedang sakit.
'Cklek'
"Nak, makan dulu, ya?" ujar Hafsha menghampiri putranya di kasur sembari membawa nampan yang berisi bubur dan wedang jahe tak lupa juga obat untuk Zayyan.
"Zayn mana, Bu?" tanya Zayyan dengan suara yang serak.
"Dibawah. sama Adikmu," jawab Sang Ibu.
Zayyan lalu mengambil nampannya dan memakan bubur itu dengan lahap. Ibunya mulai membersihkan kamar Zayyan yang mulai berdebu. Setelah selesai makan, Zayyan meminum wedang jahe tak lupa dia juga meminum obatnya.
Hafsha prihatin melihat keadaan putranya yang berantakan seperti ini. Semenjak Shafia meninggalkan rumah, Zayyan drop lalu sakit. Hafsha yang tak tega pun menyuruh anaknya pulang ke rumah. Hafsah juga tidak bisa berbuat banyak untuk rumah tangga anaknya. Sebenarnya Hafsha sangat menyayangkan sikap Shafia yang langsung mengambil keputusan tanpa mendengar penjelasan anaknya terlebih dahulu.
"Kamu mau kaya gini terus?" tanya Hafsha.
Zayyan menghela nafasnya lelah," Zayyan nggak tahu, Bu."
Hafsha duduk disamping anaknya laku menepuk pundak anaknya," Kasian Anakmu kalo kamu kaya gini terus."
"Kamu nggak mau perjuangin istrimu? Seenggaknya dia harus dengar penjelasan kamu dulu, Nak."
"Shafia marah sama Zayyan, Bu. Dia pasti nggak mau dengerin penjelasan Zayyan," ujar Zayyan.
"Kamu udah jelasin kejadian yang sebenarnya sama Rasya? Bunda?" tanya Hafsha.
Zayyan menggeleng," Zayyan nggak diberi kesempatan sama mereka untuk bicara, Bu. Nomor mereka nggak aktif dan susah untuk dihubungi."
"Yaudah nggak apa-apa, kalo kamu udah sehat janji sama Ibu, kamu harus cari lalu jelasin ke mereka. Mau rumah tangga kamu kedepannya bagaimana itu terserah kalian berdua. Ibu percaya kamu bisa menghadapi semua ini dan mengambil keputusan yang benar" ujar Hafsha.
Zayyan mengangguk, setelah itu Hafsha keluar dari kamar untuk menaruh nampan itu di dapur.
Zayyan termenung di kasur, mengingat kembali kenangannya bersama Shafia yang sangat indah.
*****
Shafia memijit pangkal hidungnya sembari tangannya yang bertumpu pada wastafel kamar mandi. Sudah dua hari dia terus mengeluarkan isi perutnya tanpa sebab. Pusing, itu yang Shafia rasakan.
Shafia keluar kamar lalu mengambil salah satu kaos Zayyan yang dia bawa, di cium nya kaos itu dan dihirupnya aroma parfum yang biasa Zayyan pakai.
Dia sangat merindukan suaminya, sudah satu minggu lebih dia dan suaminya tidak tinggal seatap. Dia juga yang meminta kakaknya untuk pindah ke amerika agar dia tidak bisa bertemu Zayyan dan dia juga yang meminta kakaknya dan Bundanya untuk mengganti Nomor ponselnya agar Zayyan tidak bisa menghubungi keluarganya.
Rasya sebenarnya sangat menyayangkan keputusan adiknya, Rasya sudah mengingatkan Shafia agar mendengarkan penjelasan Zayyan dulu. Tapi Shafia enggan mendengarkan ucapan Rasya, dia juga nekad ingin kabur dari rumah jika tidak pindah ke amerika. Mungkin itu efek cemburu plus marah dari Shafia. Mau tak mau Rasya pun menuruti apa kemauan Adiknya. Bunda Hana juga bingung melihat kondisi rumah tangga anaknya, dia juga awalnya tidak setuju mendengar keputusan dari Shafia. Apalagi Shafia yang belum mendengarkan penjelasan dari Zayyan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Ustadz!
Ficción Generalcover by: @tia.design [JANGAN LUPA VOTE & KOMEN] "Maksud lo Apa-apaan sih!" ujar Shafia ketus "Kamu tidak mendengar? Karena kejadian itu, Kyai menyuruh saya untuk menikahi kamu," jawab Zayyan halus. Shafia mengalihkan tatapannya dari Zayyan lalu men...