[S2] part 4. Pelakor?

755 40 4
                                    

Krieet...

Apip memasuki ruangan Dina.
Ia segera menata pakaiannya ke dalam lemari di ruangan VVIP yang lengkap, mulai dari sofa panjang,kulkas kecil, dan lemari, kamar mandi ada semua.

"Cepat sadar ya Din," bisiknya ditelinga Dina.
Konon katanya jika membisikkan sesuatu ditelinga orang yang koma maka orang yang koma tersebut dapat mendengarnya.

"Assalamu'alaikum," sapa Nisa dengan senyum hangat yang terbit di bibirnya.

"Waalaikumussalam, ada apa dok?" tanya Apip heran, bukankah para Dokter itu harusnya sibuk?

"Itu aku mau ngecek keadaan kak Dina," alibinya dengan senyum manis.

"Kenapa bukan suster saja?" tanya Apip mengintrogasi.

"Emm kebetulan aku lagi senggang lagipula kan kemarin aku udah bilang mau jagain kak Dina," ujarnya.

"Ohh iya," jawab Apip seadanya, memang dia susah bergaul berbasa-basi dengan orang asing.

Nisa tersenyum seraya memeriksa keadaan Dina.

"Gimana? Ada kemajuan?" tanya Apip.

Nisa menggelengkan kepalanya. "belum, masih sama seperti kemarin."

Apip hanya bisa menghela napas panjang.

"Kamu mau nginep disini buat beberapa hari?" tutur Nisa sembari melihat pakaian Apip yang belum semuanya dimasukkan ke lemari.

Apip mengangguk, "iya dok."

"Panggil Nisa aja gausah sungkan lagian umur kita gak beda jauh malah tuaan kamu hehe."

"Iya."

"Mau aku bantuin beresin pakaian mu?" tawar Nisa dengan senyum yang sepertinya tak pernah luntur.

"Gak usah, nanti ngerepotin."

"Enggak kok, aku gak ngerasa direpotin. Santai aja." Nisa berjalan mendekati Apip kemudian dengan gesit membereskan pakaian Apip ke lemari satu persatu.

"Terimakasih," ucap Apip merasa tak enak.
Untung saja pakaian dalamnya sudah ia masukkan terlebih dahulu.

Dasar pemaksa, batin Apip tak suka.

"Iya sama-sama, kalau sama aku mah gausah sungkan."

"Hmm."

Astaghfirullah dingin banget dia, sabar Nisa sabar kamu pasti bisa nakhlukin dia! Batin Nisa kesal.

"Kamu udah makan?" Basa-basi Nisa seraya duduk disamping Apip.

"Sudah," jawab Apip ala kadarnya.

"Aku belum hehe," ucap Nisa dengan sendirinya.

Lah emang ada yang nanya? Pikir Apip yang sebenarnya malas meladeni cewek di depannya.
Dia tau dia sadar sudah punya istri.

"Ohh," balas Apip acuh tak acuh.

"Kamu mau gak nemenin aku beli makanan? Sekalian kita ngobrol masalah kesehatan kak Dina," tawar Nisa dengan beraninya, padahal daritadi dicuekin eh malah makin ngegasss maju.

"Saya lagi gabisa, maaf." tolak Apip tanpa menghiraukan perasaan Nisa.

"Eh? Yaudah deh, gapapa." Nisa memperlihatkan senyum yang agak sepet.

Seraya dia mengembuskan napas kasar, baru kali ini ia mengambil inisiatif mendekati seseorang eh malah dicuekin.

"Kalau gitu aku pergi dulu ya, mau makan sama ngecek pasien yang lainnya," pamit Nisa dengan lemah lembut.

"Iya," balas Apip.

Nisa mengelus dadanya, "sabar nis sabar..."

"Nanti kalau ada apa-apa panggil aku aja," ujarnya dengan senyum yang tidak selebar tadi saat awal datang.

"Iya," jawab Apip.

Karena kesal Nisa langsung pergi meninggalkan ruangan Dina.
"Lihat aja nanti kamu bakalan bucin sama aku!"

--

Kekasih Impian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang