[S2] part 5. rumit

559 35 19
                                    

Seminggu pun berlalu...

Dina baru sadar beberapa jam lalu, dengan badan lemas dia tersenyum pada Apip.

"Makasih ya kamu udah nungguin aku," katanya dengan senyum lembut.

Apip membalas senyumnya. "Sama-sama, kamu istirahat saja biar cepat sembuh."

Dina mengangguk dengan senyuman malu-malu. "Iya, oh ya apa Vera tau kamu disini nemenin aku?" tanyanya dengan penasaran dan terselip sedikit harapan disana.

"Enggak, aku ga ngasih tau dia takutnya nanti malah ribet, mikir aneh-aneh."

"Berarti mas Apip lebih milih nemenin aku daripada istrinya? Apa dia masih cinta sama aku ya?" Batin Dina bergejolak.

"T-tapi Mas nanti kalau misal dia tau sendiri bukannya bakalan salah paham dan masalahnya lebih ribet?" ucapnya memendam rasa senangnya.

Apip memejamkan matanya sejenak, "Udah kamu fokus sama kesembuhan dulu, istirahat sana, jangan dipikirin masalah ini."

Dina mengangguk pasrah lalu tertidur.

Apip memandang wajah Dina yang tertidur, telihat cantik nan elegan.

"Vera ya? Hmm," gumamnya memikirkan ucapan Dina barusan.

Jujur, dia merasa bersalah telah membohongi istrinya tersebut, namun dia juga takut saat berkata sebenarnya malah tidak bisa bertemu dengan Dina.
Semakin menjaga Dina semakin sulit untuk kehilangannya.

"Kamu makin cantik Din," gumam Apip seolah kehilangan akal sehatnya.

Tanpa disadari Apip, Dina masih bangun namun dengan mata tertutup.
Ia tersenyum dalam diam seraya tidur sungguhan dengan perasaan bahagia.

"Haloo Apip, good afternoon." Nisa muncul dari balik pintu dengan keranjang buah ditangannya.

"Siang, dok." balas Apip.

"Eh iya ini aku bawain buah-buahan buat Dina, oh iya kamu udah makan belum? Kalau belum ayo ke kantin bareng!" ajak Nisa dengan senyum sumringah.

"Terimakasih sebelumnya tapi saya gak lapar," tolak Apip.

Nisa mengerucutkan bibirnya, "Ayolah sekali-kali terima ajakan aku, masa ditolak terus."

Apip menatap iba kearahnya, "baiklah.

Seketika senyum lebar menghiasi bibir Nisa.

----

"Kamu cobain ini deh, enak tau ga." Nisa mengarahkan sumpitnya ke mulut Apip namun didorong pelan oleh Apip.

"Yah, kenapa?" tanya Nisa dengan raut muka sedih.

"Gak enak aja dilihat orang," jawab Apip singkat.

Nisa hanya bisa mengembuskan napas pasrah.

"Sayang? Kamu kenapa disini?" suara Vera yang tiba-tiba membuat Apip terkejut dan menelan ludah gugup.

"Ini tadi lagi ngecek kesehatan," jawab Apip berusaha tenang.

"Kamu sakit? Kenapa ga bilang? Sakit apa? Udah diobatin?" tanya Vera beruntun, soalnya suaminya ini jarang pulang dengan alasan 'lembur'

"Udah gak papa, udah dikasih resep obat sama dokternya juga," ujar Apip seraya membelai kepala istrinya yang tertutup kerudung.

Vera tersenyum, "syukurlah. Oh iya dia siapa?" mata Vera menyelidik pada Bisa yang berada didepannya.

Dengan senyum, Nisa mengulurkan tangannya. "Perkenalkan saya nisa, dokter yang jadi tempat konsultasi suami anda."

"Aku ikutin alur mainnya deh, xixi menarik." ucap Nisa dalam hati.

"Saya Vera, istri Apip." Vera menerima uluran tangan tersebut seraya tersenyum pula.

"Sayang kamu kenapa bisa disini?" tanya Apip mengalihkan pembicaraan.

"Astaghfirullah aku sampai lupa kalau lagi mau jenguk Yusuf!" ucap Vera dengan ekspresi cemas seraya berlalu pergi dengan secepatnya.

"Kenapa sama Yusuf?" Apip menyamai langkah Vera, dia ikutan cemas.

"Dia jatuh dari tangga sekolah."

---

"Assalamu'alaikum anak bunda, kamu gapapa kan nak? Ada yang sakit? Dibagian mana? Duh kenapa bisa kaya gini anak bunda." Mata Vera berkaca-kaca melihat kepala anaknya yang di perban.

"Waalaikumussalam, gapapa bunda. Udah diobati sama suster." Yusuf tersenyum lebar.

Apip menghampiri anaknya, "Yusuf jagoan ayah emang kuat." Dia mengelus rambut putranya.

Yusuf menurunkan tangan Apip dari rambutnya, "Yusuf gamau sama ayah! Ayah udah gamau nemenin Yusuf main lagi, Yusuf gasuka!"
Yusuf mendatangi Vera dan menangis dipelukan bundanya.

"Yusuf, maafin ayah ya..." Apip merasa bersalah, memang benar sudah berminggu-minggu dia tidak bermain atau bercanda tawa dengan putranya ini.

Vera mencium kening putranya."Yusuf sayang maafin Ayah ya, anak ayah bunda kan baik hati serta berbakti."

Yusuf mengerucutkan bibirnya namun mengangguk. "Yusuf maafin ayah, tapi ada syaratnya!"

Apip tersenyum, "Sebutin syaratnya."

Yusuf menatap Apip dengan pandangan serius.
"Syaratnya ayah harus kaya dulu yang sering nemenin Yusuf dan bunda main dan gak pergi-pergi lagi."

Apip menelan ludahnya, kelihatan permintaan yang simple tapi akan susah baginya karena masih harus menjaga Dina.

"Gimana yah? Setuju?" tanya Yusuf dengan mata berkaca-kaca.

Tentu saja itu membuat Apip tak tega dan akhirnya menyetujui permintaan jagoan kecilnya yang membuat jagoannya tertawa riang, dan senyum merekah di wajah cantik istrinya.

"Ya Allah, damai rasanya lihat mereka bahagia, tapi bagaimana dengan Dina ya?" batin Apip bergejolak ria.

.*****

Jangan lupa vote dan komen ya guys^^

Author pemalas, jadi kalau mau minta update komen aja ya biar bisa bikin author semangat wkwkwk.

Kekasih Impian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang