28

986 143 15
                                    

.









.




.






.





.

Hyunjin meringkuk di kamar mandi sambil terus menangis sejak sejam lalu. Karena lagi dan lagi istri nya Jinyoung mengirimkan berbagai jenis teror untuk mengganggu nya. Tentu saja hal itu membuat dia takut dan juga khawatir terhadap kecurigaan teman teman segrup nya. Yang mulai merasa aneh dengan tingkah dan kiriman - kiriman yang ia terima.






Jujur meski kebusukan dia telah terbuka di hadapan istri Jinyoung. Tetapi ia juga belum dapat menerima jika hal itu juga akan terungkap di depan teman teman nya sendiri. Ia takut pandangan mereka akan setidak bersahabat seperti dulu lagi. Ia tidak mau hal itu terjadi.








"Huks..., aku harus pakai cara apa lagi? Aku tidak tahu lagi? Aku sudah berusaha tetapi hasil nya memang seperti ini. Kenapa wanita itu tidak bisa memahami keadaan ku?" ratap Hyunjin meremat perut nya kasar tidak peduli bahwa ada nyawa lain yang tengah bersemayam di dalam nya.







Dia memang ingin melenyapkan bayi yang berada di perut nya itu. Dia ingin sekali, tetapi usaha nya itu belum menampakkan suatu hasil apapun. Nyata nya meskipun ia mencoba berbagai hal agar kandungan nya itu gugur. Bayi itu malah tetap nyaman bertumbuh di dalam sana.







Bahkan obat - obatan yang di carikan Jisung untuk nya itu pun tidak juga mampu mencelakai si jabang bayi. Anak itu tetap sehat, dan tidak terjadi gangguan apapun terhadap nya. Dan hal itu tentu saja membuat Hyunjin semakin stress.








Bingung cara apa lagi yang bisa ia lakukan untuk menggugurkan bayi ini tanpa terpergoki oleh Jinyoung. Ia tidak bisa datang ke rumah sakit untuk aborsi karena Jinyoung punya banyak relasi yang mungkin bakal mengadukan perbuatan nya itu kepada Jinyoung. Yang memungkinkan akan mengagalkan rencana nya itu.







"Kenapa kamu tidak ingin pergi, nak? Sebegitu menginginkan kah diri mu untuk melihat dunia penuh dosa ini. Hidup di dunia ini akan membuat mu sengsara. Tak mau kah diri mu kembali kepada Tuhan saja?" lirih Hyunjin mencoba berbicara dengan anak nya itu.









"Bukan maksud Mama membenci mu. Mama tidak membenci mu karena kamu sama sekali tidak bersalah. Mama hanya ingin kamu tidak hidup tersiksa di dunia sama seperti yang Mama alami, nak. Tolong mengerti lah." Hyunjin terus berbicara meski tahu tidak akan mendapat jawaban apapun.








Tok... Tok... Tok....









Hyunjin langsung terkesiap mendengar ketukan pintu itu.











"Hyunjin, apa kamu masih lama mandi nya? Aku ingin membicarakan suatu hal kepada mu." kata orang di luar yang ternyata Jisung.











Mendengar suara itu buru buru Hyunjin membenahi diri nya dan menjawab dengan cepat.










"Sebentar lagi, Han. Tunggu lah di atas ranjang ku."












"Okkayy..,"












Merasa sudah lebih baik, barulah Hyunjin ke luar dari kamar mandi dan menghampiri Jisung yang duduk bersila di atas ranjang.











Am I an Idol? (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang