'rencana' bolos

3.5K 176 6
                                    

part ini ga terlalu penting. tapi, lumayan lah menjelaskan beberapa inti dari cerita ini. enjoy!



"Jadi, lo kenal sama anak baru itu?" tanya Dheeva begitu mereka sampai di kantin

"Waktu itu ga sengaja gue kejebak tawuran. Terus ketemu dia. Udah ah, lo nanyain dia mulu. Capek gue dengernya." ujar Shania malas

"Ganteng tau anaknya."

"Inget, Nad, lo udah punya Andri!" ujar Shania sembari menjitak kecil kepala sahabatnya itu.

Nadheeva dan Shania. Satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Mereka berdua seperti primadona angkatan. Didamba-damba oleh seluruh siswa laki-laki, ditakuti oleh adik kelas, dan selalu memakai barang yang 'mahal'. Tidak ada satu orangpun di sekolah ini yang tidak mengenal mereka berdua. Keduanya memang tergolong orang pintar nan cerdas, namun, selain terkenal akan kepintarannya, mereka berdua juga terkenal dengan sebutan 'ratu bolos' karna Nadheeva dan Shania memang sering membolos.

"Nad, hari ini mau bolos, ga? Ada pelajaran Bu Helma nih, gue bosen banget belajar fisika!"

"Kayaknya gue gabisa nemenin lo bolos deh, soalnya gue remed fisika hari ini." ujar Nadheeva sembari menyeruput jus jeruknya

"Ga asik lo! Makanya, jangan remed dong!"

"Paham gue yang gapernah remed. Paham banget, Shan!"

Seseorang berlari menuju Shania dan Nadheeva. Orang itu ngos-ngossan saat sampai di hadapan keduanya.

"Shan! Adek lo! Adek lo berantem lagi!" ujar seseorang yang Shania yakin bernama Giya

"Dimana, Gy?"

"Lapangan basket!"

"Thanks!"

Shania langsung berjalan kearah lapangan basket, setelah sampai, dilihatnya satu kerumunan yang membentuk lingkaran dengan dua orang ditengah yang sedang beraradu jotos.

"Minggir! Minggir lo semua! Gue mau lewat!" teriak Shania dengan kencang. Begitu orang-orang melihat siapa yang datang, mereka semua langsung mundur untuk memberi Shania jalan

"Calvin, berhenti." ujar Shania dengan tenang

"Calvin! Gue bilang berhenti!" kali ini, Shania berteriak dengan sekuat tenaga.

Calvin tidak jadi meninju rahang lawannya, cowok itu berdiri dari posisinya yang menduduki tubuh si rival

"Ngapain sih lo berantem melulu? Ga capek?"

"Cewek gaakan mengerti urusan cowok." ujar Calvin sembari mengelap darahnya yang berada di ujung bibir

"Nurut sama gue, kenapa sih?!" ujar Shania geram

Calvin mendengus. "Nurut sama lo? Lo aja ga bener! Gimana gue mau nurut sama lo?"

Shania menatap adiknya dengan tidak percaya. Ditariknya tangan Calvin menuju UKS. Setelah sampai, dipaksanya agar Calvin duduk di kasur pasien.

"Kalau kayak gini siapa yang repot? Kakak juga, 'kan?" geram Shania sembari membersihkan luka Calvin

"Kita cuman beda dua tahun, Shan! Lo gausah belagak tua di hadapan gue!" ujar Calvin sembari meringis kesakitan

"Lo tuh, ga bandel sehari aja, bisa ga?"

"Lo ga ngaca?"

"Dasar Adek nyebelin! Urusin luka lo sendiri!" bentak Shania sembari melempar asal handuk yang sedang dia pegang

"Siapa yang nyuruh lo ngebersihin luka gue? Gaada, 'kan?" ucap Calvin dengan senyuman licik terpampang jelas di mukanya

Shania menggeram, adiknya ini memang sama menyebalkannya dengan dirinya. Dengan kesal, dia pergi meninggalkan UKS. Tidak peduli sudah berapa pasang mata yang menatapnya dengan sinis, Shania terus berjalan menuju kelasnya.

"Shania! Woy!" panggil seseorang di belakangnya

Shania terpaksa menghentikan jalannya dan menengok kearah belakang, terlihatlah Rafel sedang berjalan menuju kearahnya

"Ada apaan lagi?" tanya Shania malas

"Ke kelas bareng yuk," ajak Rafel sembari berjalan terlebih dahulu di depan Shania

Shania menatap aneh punggung yang sedang berjalan itu. Tadi dia minta ke kelas bareng, kok jalannya malah ninggalin gue? Batin Shania bingung

"Woy! Jangan bengong!" ujar Rafel

Shania hanya mengedikkan kedua bahunya dan berjalan bersama di sebelah Rafel menuju kelasnya.

---

"Lo kok bisa tiba-tiba jadi murid di sekolah gue?" tanya Shania begitu dia dan Rafel duduk di bangkunya

"Pas tawuran waktu itu, gue dan kawan-kawan gue kepergok. Ya, sebenernya, kawan-kawan gue ga bersalah banget sih. Mereka cuman ikutan doang. Yang bersalah banget itu, gue. Karna, gue yang ngajak, gue yang manas-manasin, pokoknya biang keroknya itu gue. Dan, gue di DO deh. Terus, masuk sini."

"Gila, padahal lo udah kelas XII dan lo di DO? Gila, sinting sekolah lo!"

Rafel terkekeh. "Ya lagian, gue udah keterlaluan banget. Jadi, di DO deh gue."

"Ngomong-ngomong, gue liat di sekolah ini banyak yang gasuka dan tunduk sama lo. Bener?" sambung Rafel

"Ya, begitulah. Gue emang terkenal dengan predikat 'ratu bolos' jadi, ya, banyak yang gasuka sama gue, banyak yang benci sama gue, banyak yang tunduk sama gue."

"Oh, ceritanya, lo badung di sini?"

"Bisa dibilang begitu. Suka labrak adek kelas, suka seenaknya, suka bolos, suka nyebelin, ya gitu deh. Tapi, gue nyaman banget dengan predikat nakal gue di sini. Semua orang jadi tunduk sama gue dan bisa gue suruh-suruh!"

Rafel hanya geleng-geleng kepala. Sejujurnya, dia sudah menyadari predikat nakal Shania pada saat hari pertamanya bertemu dengan gadis ini. Pertama, gadis ini keras kepala dan seenaknya. Ingatkan, pada saat Shania membuang greentea latenya?

Kedua, tidak mungkin Rafel bertabrakan dengan Shania jika cewek itu tidak membolos. Karna, pada saat tawuran itu, masih jam sekolah. Dan mustahil Shania bisa keluar dengan tasnya.

"Lo biasa ngebolos sama siapa?" tanya Rafel

"Biasanya sih sama Nadheeva. Cuman, kalau dia remed, biasanya gue cabut sendiri."

"Hari ini ada rencana cabut?"

"Ada. Pas pelajaran Bu Helma. Tapi, Nadheeva remed. Males gue kalau bolos sendiri. Ga asik."

Rafel berdeham pelan. "Kalau bolos sama gue, mau?"

Shania menengok kearah Rafel. "Lo gila? Ini hari pertama lo sekolah dan lo langsung bolos?"

Rafel mengedikkan kedua bahunya. "Kenapa enggak?"

Shania hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya, Rafel akan lebih gila dari pada dirinya sendiri.

"Gimana? Mau ga?" tanya Rafel

"Yaudah!"

Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang