The Ice Queen ✅

4.1K 338 0
                                        


Jisoo menata barang-barangnya di ruang kerja baru. Hari ini adalah awal babak baru dalam hidupnya-hari pertamanya sebagai bagian dari tim kreatif di perusahaan teknologi terbesar di Seoul, Kim Tech.

Sebuah senyuman lembut menghiasi wajahnya saat ia meletakkan bingkai foto kecil di atas meja kerjanya. Foto yang penuh kenangan, pengingat akan alasan mengapa ia melangkah sejauh ini.

Tok! Tok!

Pintu terbuka pelan. Seorang wanita dengan senyum ramah muncul dari baliknya.

"Selamat datang di Kim Tech, Jisoo-ssi. Ms. Kim memintamu datang ke ruangannya," ujarnya sopan.

"Baiklah," jawab Jisoo sambil membungkuk ringan.

"Anieyo, Jisoo-ssi. Jangan terlalu formal padaku. Aku Irene, sekretaris pribadi Ms. Kim," katanya, mengulurkan tangan.

Jisoo membalas jabatannya dengan senyum bersahabat. "Kalau begitu, cukup panggil aku Jisoo."

"Arraseo, Jisoo-ya. Mari kuantar."

Mereka berjalan menuju lift. Di dalam, suasana sempat hening hingga akhirnya Jisoo bertanya dengan nada hati-hati.

"Irene, bolehkah aku bertanya?"

"Tentu, apa yang ingin kau ketahui?"

"Bagaimana kepribadian Ms. Kim?"

Irene menatap Jisoo sejenak, lalu menghela napas pelan. "Ms. Kim adalah sosok yang sangat tertutup. Bahkan menyapa balik pegawai saja hampir tak pernah. Jarang sekali ada yang melihatnya tersenyum. Aku yakin kau sudah mendengar desas-desus tentangnya."

Ting.

Pintu lift terbuka. Mereka tiba di lantai delapan-lantai khusus CEO dan tim terdekatnya. Langkah mereka terhenti di depan sebuah pintu hitam elegan.

"Saran dariku, cukup bersikap baik dan profesional di hadapannya, Jisoo-ya. Good luck," ucap Irene, lalu mengetuk pintu dan membukanya.

Ruangan CEO tampak megah dan dingin, penuh nuansa hitam yang menampilkan wibawa sang pemiliknya.

Irene menoleh pada Jisoo dan menambahkan, "Semoga idemu cukup menarik. Kalau tidak, ia bisa langsung memecatmu, bahkan di hari pertamamu." Ucapan itu membuat Jisoo merinding.

Irene pun undur diri. Jisoo melangkah masuk perlahan, matanya menyapu ruangan hingga berhenti pada siluet wanita yang tengah menyesap wine sambil memandang keluar jendela.

"Selamat pagi, Ms. Kim. Saya Hwang Jisoo," sapa Jisoo dengan membungkuk sopan.

Wanita itu berbalik, menatap Jisoo dengan mata tajam seperti mata kucing. Seketika dada Jisoo menegang.

Itu dia. Putri sulung keluarga Kim.

Wajah yang tak pernah ia lupakan, mata yang menyimpan kisah kelam di masa lalu.

"Ternyata kau tumbuh dengan baik," batinnya, sambil mengepalkan tangan.

Namun senyum tetap mengembang di wajahnya, menutupi badai dalam dadanya.

"Anda memanggil saya, Ms. Kim?" tanyanya tenang.

Ms. Kim menatap Jisoo sejenak, lalu berkata, "Saya telah memeriksa hasil desain Anda, dan menurut saya..." kalimatnya menggantung, tatapannya menusuk. Jisoo menahan napas.

"Mungkin itu bisa dipertimbangkan untuk selanjutnya," lanjutnya datar.

Jisoo menghela napas lega. "Terima kasih, Ms. Kim."

"So. Kedepannya, pastikan kau terus menciptakan ide yang lebih baik, Ms. Hwang. Kau harus berguna. Banyak yang lebih kompeten ingin berada di posisimu. Sekarang kau boleh kembali."

The BrightestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang