12. Kabur

1.5K 46 0
                                    

Ara menatap sekeliling dapur dengan hati-hati, suasana yang cukup sunyi di area dapur membuatnya melangkahkan kakinya menuju pintu belakang. Dengan cepat ia membuka pintu yang tidak dikunci itu, disana beberapa kantong sampah masih tersusun rapi. Sepertinya belum diangkut petugas kebersihan, diujung sana terlihat gerbang kecil.

"semoga itu pintu keluar" ucapnya senang

Ara mendekati gerbang itu, tapi sialnya pintu itu digembok.

"sial, dikunci. Aku harus cari cara lain.." ucapnya

Disaat Ara sedang mencari cara untuk melarikan diri, Endy dengan wajah sumringahnya baru saja tiba dikediamannya. Disana Nico sudah menyambut kedatangannya dan memberi hormat seperti biasa.

"apa dia dikamar??"

"iya tuan, nona seharian tidak keluar dari kamarnya" ucap Nico yang berjalan dibelakangnya

Endy melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai dua, dimana kamar Ara berada.

Ceklek

Kamar luas itu terlihat kosong bahkan sepi, Endy melangkahkan kakinya masuk lebih dalam ke kamar.

"Ara.." panggilnya

Endy menatap sekitar yang terlihat sunyi, ia berjalan ke balkon tetapi tidak menemukan Ara disana. Dikamar mandi pun juga kosong, amarahanya mulai muncul. Dengan langkah lebar dan nafas memburu akibat pergolakan emosi, ia menuju ke lantai bawah mencari keberadaan Nico.

"NICO!!" teriaknya

Nico yang berada diteras bersama rekan kerjanya, segera menghampiri Endy yang nampak begitu marah.
"dimana Ara?? Kenapa dia tidak ada dikamarnya!!" bentak Endy marah

"maaf tuan, tapi sejak pagi tadi nona tidak-"

"cari dia, aku yakin dia belum jauh. Cepat!!"

Nico dan pengawal lainnya pun bergegas mencari keberadaan Ara.

Duuukk

"awhhh.."

Ara meringis saat ia terjatuh dari atas pagar yang lumayan tinggi, dengan susah payah ia bangkit dan pergi dari sana. Dengan mengabaikan rasa sakit di pergelangan kaki kirinya, ia berjalan menuju jalan raya agar bisa meminta pertolongan.

"nona, tunggu..."

Sial. Aku harus lari.

Ara berlari susah payah saat kakinya dan menghindari kejaran dua pengawal Endy. Ia tidak mau harus kembali terkurung di rumah itu bersama pria brengsek seperti Endy.

Kedua pengawal berbadan besar itu pun akhirnya berhasil menangkap salah satu tangan Ara, dan menahan tubuhnya agar tidak memberontak.

"lepaskan aku, lepas!!" rontanya

"tenang nona, lebih baik nona kembali.." ujar salah satu dari mereka

"tidak, aku tidak mau. Lepaskan aku, aku mohon.." pintanya

Kedua pengawal itu pun membawa paksa Ara kembali ke kediaman Endy, diruang tamu mereka sudah disambut dengan tatapan tajam Endy. Ara masih mencoba meronta dari kedua pengawal itu, mengabaikan tatapan tajam Endy.

"lepas, aku mau pergi dari sini" teriaknya

"beraninya kau melawanku, Ara" ucap Endy dingin

Ara menatap sengit ke arah Endy yang masih menatapnya tajam, sorot mata yang belum pernah dilihat oleh Ara sebelumnya. Dan Ara yakin jika dirinya sudah membangunkan macam tidur di depannya, tetapi ia tidak akan takut. Karena Endy pasti akan menguasai dirinya jika ia merasa takut, dengan sisa keberaniannya ia menatap Endy tidak kalah tajam.

"beberapa hari ini aku cukup berbuat baik padamu, memperlakukanmu bahkan menjagamu di rumah sakit. Padahal kau hanya mainanku" sinisnya

Endy menggerakan tangannya, mengisyaratkan Nico dan pengawal lainnya pergi dari sana.

"seharusnya kau sadar posisimu dimana, Ara"

"aku bukan barang ataupun mainanmu-"

"oh..kau lupa. Aku sudah membelimu, membeli tubuh dan hidupmu. Seharusnya sejak awal aku tidak mempelakukanmu dengan baik, seharusnya aku mempelakukanmu layaknya mainanku"  geram Endy

"aku tidak akan pernah mau, hidup dan tubuhku menjadi milikmu"

Plaakkk

Ara meringis pelan saat tangan Endy dengan mulusnya menampar wajahnya dengan sangat keras.

"aku akan menujukan posisimu yang sebenarnya"

Endy menarik kasar tangan Ara dan membawanya ke lantai dua, memaksanya masuk ke dalam kamar yang ditempati Ara.

"lepas, aku tidak mau. Lepaskan!!"

"diam. Kau harus tahu posisimu setelah ini. Sudah cukup aku berbaik hati denganmu, wanita murahan sepertimu tidak layak diperlakukan baik"

Ara semakin terisak saat ini, ucapan Endy dan tindakannya benar-benar melukai hati dan tubuhnya. Ia tidak ingin Endy memaksanya seperti ini.

Braaakk

Next part, hanya imajinasi author saja ya. Jadi harap dimaklumi jika ada yang salah🤭

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang