42. Itik

724 19 0
                                    

"kenapa dengan matamu, kau kurang tidur??"

Ara tersenyum kikuk dan mengangguk pelan saat Bryan mendapati lingkaran hitam dibawah matanya. Ia juga tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bukan, jika ia tidak bisa terlelap dengan tenang di dalam dekapan Endy. Ia hanya takut jika Endy melakukan sesuatu saat ia terlelap. Namun nyatanya pria itu hanya terlelap dengan lengan yang masih memeluk pinggangnya, bahkan pagi tadi pria itu membuatkan sarapan untuknya dan mengantarnya ke kampus.

"apa tugas kuliahmu sedang banyak? Sampai kau meluapkan jam tidurmu?"

Suara Bryan menariknya dari lamunan, membuatnya kembali menatap Bryan.

"bukan, semalam ee... Itu..si Safira sedang curhat denganku. Dan kami bercerita sampai lupa waktu" ujar Ara

"jangan keseringan, aku tidak suka kalau kau sakit, Ara" ucap Bryan lembut

Ara merasakan usapan lembut dikepalanya, ia suka sikap Bryan yang begitu lembut dengannya.

Andai saja kau kakakku, pasti aku akan senang. Batinnya

"aku harus ke kantor, belajar yang giat. Jangan lupa makan siang dan nanti malam aku akan menghubungimu"

"hati-hati dijalan.."

Seperti biasa Bryan akan menui Ara sebelum ia berangkat ke kantor, dan dibawah pengawasan Arven. Pagi itu Ara kembali selamat dengan bantuan kedua sahabatnya, ia tidak ingin membuat Endy murka jika tahu dirinya sering bertemu dengan Bryan.

Sesampainya dikantor, Bryan baru mengingat sesuatu. Dimana ia lupa memberikan undangan ulang tahun perusahaan pamannya pada Ara, dan berniat mengajak Ara untuk menghadirinya bersama.

"malam nanti aku hubungi saja dia, Pasti dia tidak menolak ajakan ini" ujarnya yakin

Bryan pun kembali berkutat dengan pekerjaannya, sejak bertemu dengan Ara, ia begitu semangat dengan kehidupannya yang monoton.

.....

Dering ponsel milik Ara menggema di ruamg makan apartemennya, bahkan sudah ketiga kalinya ponsel itu berbunyi. Nomor yang tertera dilayarnya pun membuat Ara semakin merutuki dirinya yang lupa untuk memode silent pada ponselnya.

"angkat, Ara.." geram Endy saat melihat ponsel milik Ara beberapa kali berdering

Tanpa mempedulikan tatapan tajam Endy, Ara segera menekan tombol mati pada ponselnya dan menonaktifkannya.

"kenapa tidak diangkat, hemm??" tanya Endy yang masih sibuk dengan makan malamnya

"i..itu, itu..Safira. Safira pasti menanyakan tugas dari dosen.." ujar Ara gugup

"lebih baik cepat habiskan makananmu, setelah itu kita akan keluar sebentar.."

"kemana?? Ini sudah malam dan aku harus mengerjakan tugasku-"

"besok kau bisa mengerjakannya, dan malam ini aku mau kau harus ikut. Hanya sebentar"  ucap Endy tanpa terbantahkan

Ara pun hanya bisa menurut dengan apa yang Endy ucapan, setelah menghabiskan makan malam yang Ara buat. Mereka pun keluar dari apartemen dan menuju ke salah satu butik ternama di kota itu. Ara yang pertama kali mengunjungi butik itu pun terperangah takjub, ia tidak menyangka bisa menginjakan kakinya di butik mewah itu.

"Endy, kenapa kau tidak bilang kalau akan datang. Bagaimana kabarmu, honey.."

Seorang wanita dewasa dengan pakaian glamornya memeluk Endy dengan erat, bahkan mereka terlihat begitu akrab. Endy pun tidak canggung dan membalas pelukan wanita itu.

"sepertinya kau begitu merindukan aku, sampai-sampai lupa mengabari lebih dulu. Untung saja, aku belum pulang" ucapnya sembari memeluk lengan Endy

"aku tahu siapa dirimu, Milla. Ini masih jam kerjamu, kan.." ucap Endy dengan senyumnya

"kau begitu mengenalku, honey.."

Interaksi keduanya pun hanya bisa ditatap datar oleh Ara, kemesraan keduanya pun tidak luput dari pandangannya membuat perasaan menjadi tidak enak. Ara menghela nafas beratnya yang merasa diabaikan keduanya.

Endy yang melihat Ara terdiam dibelakangnya pun segera menariknya mendekat.

"kau membawa wanita mu, Endy??" tanya Milla memperhatikan Ara dari atas sampai bawah seolah menilai

"bisa kau pilihkan gaun pesta yang cocok untuknya?" tanya Endy mengalihkan perhatian Milla

"kau memilih seseorang yang tepat, Endy. Dan aku yakin kau pasti terpesona dengan itik mu ini" ujar Milla dan meminta Ara mengikutinya

Ara mendengus pelan saat dirinya dipandangnya seperti itik buruk rupa, walaupun Ara sendiri juga tidak pernah melihat apakah dirinya cantik seperti yang selalu sahabat-sahabatnya katakan.

Milla menujuk sebuah gaun berwarna merah dengan beberapa detail bunga dibagian dada sampai perut berwarna gold tanpa lengan. Panjangnya pun menjuntai ke lantai dengan indah, membungkus kaki jenjang seseorang yang akan memakainya. Ara merasa tidak cocok dengan gaun seindah itu, apalagi harganya yang cukup fantastis.

"Riri, bawakan gaun itu, dan bantulah dia memakainya. Aku masih ada urusan penting dengan klienku.."

Ara lagi-lagi menghela nafas beratnya, ia pun terpaksa ikut dengan seorang wanita yang ditunjuk oleh Milla.

Sementara Riri dan Ara berada di ruang ganti, Milla kembali menghampiri Endy yang ada diruang tunggu.

"dari mana kau pungut itik itu?? Apa kau sedang mabuk dan membawanya kesini, heh??" tanya Milla yang menghina Ara



Heemmmmhh...
Ini persiapan untuk datang ke pesta ultah perusahaan Jeremy, dan bakalan ada sesuatu hal yang membuat Endy begitu murka.

Wkwkkk.. Udah dikasih clue tuh..
Beneran ngak penasaran?? Ngak mau lanjut?? Lanjut ngak nih???

Lanjutlah masak enggak😂😂😂😂

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang