40. Jenni??

642 24 0
                                    

Gelak tawa terdengar begitu renyah saat seorang pria dengan begitu manjanya merangkul pinggang wanita disebelahnya. Wanita yang sudah cukup lama mendampingi masa hidupnya, bahkan wanita yang selalu mengerti dirinya disaat pekerjaan begitu menyita waktunya. Disebelahnya wanita cantik dan muda juga ikut tertawa bersama pasangan tersebut, begitu akrab dan terlihat seperti keluarga bahagia.

"lihatlah, anakmu semakin hari semakin dingin. Menurun dari siapa sifat jeleknya ini" sungut sang wanita dengan Dress hitam

"tentunya bukan dariku, sayang" ucap sang pria yang tidak ingin disamakan dengan anaknya

"ck. Cepatlah, aku masih ada pekerjaan.." ucap sang anak yang kesal melihat kemesraan kedua orang tuanya

"bilang saja kau iri lihat paman dan bibi, lebih baik kau cari istri, En" ucap si wanita muda

Ketiga orang tersebut tertawa mendengar ejekan tersebut, tanpa ingin memancing kekesalan sang anak mereka pun memilih untuk segera pulang.

"En, bagaimana keadaanmu setelah mama tinggal??"

Liana Evander wanita yang sudah berumur limah puluh dua namun masih terlihat cantik membelasi puncak kepala Endy dengan lembut, hal yang menjadi favorit Endy saat sedang bersantai dengan Liana.

"baik, seperti yang mama lihat.." ucapnya datar

Roy mendengus pelan mendengar jawaban anaknya yang tidak pernah berubah, entah menurun dari siapa sifat dinginnya. Sementara Althea sesekali menimpali ucapan Liana dan Endy, sebagai sepupu yang paling dekat dengan Endy, Thea tidak terlalu masalah dengan sikap datar Endy. Sudah mendarah daging menurut Thea, dan tidak akan bisa diubah selain Endy sendiri.

"papa dengar, kau menang tender dengan tuan Jeremy?? Bagaimana bisa bocah sepertimu mendapat kepercayaan dari tuan Jeremy?" tanya Roy penasaran

Roy tahu siapa Jeremy, walaupun hubungan mereka baik sebagai sesama pembisnis. Tentu saja Roy tahu bagaimana selektifnya Jeremy pada perusahaan yang ingin bergabung dengannya, namun mendengar laporan dari bawahannya jika Endy mendapat tender itu dengan mudah membuatnya curiga.

"itu hanya kebetulan saja" ujar Endy datar

"kebetulan yang mencurigakan, papa tahu siapa tuan Jeremy, En. Jadi papa masih penasaran dengan caramu.." ucap Roy masih tidak mau kalah

"aku tidak memaksa papa percaya"

Roy mendengus kesal mendengar jawaban Endy, Liana yang mendengar perdebatan keduanya pun hanya bisa mengelus dada. Jika mereka disatukan tidak akan ada hari tanpa perdebatan sengit, entah Endy yang memulai atau Roy. Bahkan masalah kecil saat Liana lebih memperhatikan salah satu dari mereka, pasti keributan itu akan tercipta. Namun Liana bahagia dengan kehidupannya saat ini, suami yang begitu mencintainya dan seorang anak yang menyayanginya.

"kau mau mama masakin apa sayang??"

Sesampainya di rumah Liana segera menuju ke dapur, ia ingin membuatkan makanan kesukaan Endy.

"istirahat dulu dayang, kau pasti lelah. Anak nakal itu juga pasti sudah makan"

"papa.." ucap Liana lembut

Endy memutar bola matanya dengan jenuh, ia pun memilih kembali ke ruang kerjanya dan menyelesaikan pekerjaannya. Sementara Liana, Roy, dan Thea kembali ke kamar masing-masing untuk beriistirahat.

.....

Ara mengerjapkan matanya saat mendengar berisik dari luar kamar, dengan malas ia bangun dan menuju ke sumber suara.

"maaf nona kalau menganggu waktu istirahat, nona"

Sela menatap tak enak ke arah Ara yang terbangun dari tidur siangnya.

"tidak apa, Sela. Kau mau masak apa??" tanyanya dan meraih gelas dan mengambil air

"ayam saus madu dengan pasta, apa nona ingin dimasakan sesuatu??"

"tidak, itu saja. Oh..ya, kau sendirian atau.."

"saya diantar Arven, nona.."

Ara mengangguk dan menenggak air minum yang barusan ia ambil, dengan malas ia mendudukan dirinya disofa kecil yang ada di balkon. Balkon yang cukup luas dari ukuran balkon pada umumnya, dari lantai enam puluh tiga ia bisa melihat pemandangan kota kelahirannya dengan takjub. Angin sore berembus cukup kencang, tidak membuat Ara ingin meninggalkan tempat yang sepertinya menjadi tempat favoritnya.

"nona, lebih baik nona masuk. Anginnya cukup kencang, nanti nona sakit.."

Ara menoleh ke arah Sela yang membawakan baju tebal untuknya.

"tuan, pasti marah kalau nona-"

"jangan berlebihan. Dia tidak akan marah.."

Ara memakai pakaiannya dan menghalau angin yang menerpa tubuhnya, dengan pelan ia kembali melangkah ke sofa dan memilih duduk disana.

"kalau dia peduli, mana mungkin dia menyuruhku tinggal disini" gumamnya

Melihat wajah sedih Ara, membuat Sela ingin menghibur nonanya.

"nona mau membantu saya, saya mau membuat cookies kesukaan tuan Endy. Nona mau??" tanya Sela

"emang dia suka cookies apa?"

"tuan suka cookies kelapa dan kacang, nona.."

"aku akan membantumu, Sela"

Kesedihan yang dirasakan Ara cukup teralihkan saat ia menyibukan dirinya dengan membantu Sela, meskipun ia sendiri masih bingung dengan perasaan sedih yang kini ia rasakan. Seharusnya ia senang, saat Endy sudah menemukan wanita yang dicintainya. Bukankah seharusnya ia senang, kebebasannya sudah di depan mata saat ini, dengan begitu ia bisa menuntaskan pendidikannya dan mencari pekerjaan untuk membiayai kehidupannya nanti.

Disisi lain Endy masih menatap datar kearah papanya, yang sedang menunggu jawabannya perihal kemenangan sahamnya dengan tuan jeremy. Sudah lama Roy mengenal Jeremy sebagai pengusaha sukses yang sangat sulit menerima kerja sama dengan orang yang menurutnya tidak tepat. Bahkan dulu Roy pernah mengajukan kerja sama dengan perusahaan Jeremy, dan gagal karena lawan Roy yang cukup menyakinkan Jeremy dengan visi misi perusahaannya.

"papa tahu bagaimana dirimu, En.."

"ck. Sudahlah pa. Lebih baik papa istirahat, dan serahkan semua urusan diperusahaan tuan Jeremy, biar aku yang urus. Papa seharusnya bangga saat melihat anak papa berhasil memenangkan tender besar itu. Bukan malah curiga seperti sekarang.." rutuk Endy

Roy terkekeh mendengar gerutuan anaknya, sejak dulu Endy memang selalu bersikap dingin dan datareskipun dengan orang tuanya sekalipun.

"jadi wanita yang dikabarkan dekat denganmu itu Jenni, anak tuan Jeremy? Makanya kau bisa memenang tender ini dengan mudah" ucap Roy

"terserah papa, aku ada janji diluar"

"papa setuju kalau kau dengan Jenni" ujar Roy disaat Endy sudah membuka pintu ruangan kerjanya

Loh loh loh... Kok Jenni sih???
Jangan2 wanita yang ditemui Endy beberapa waktu lalu emang Jenni?🤔🤔

Dari pada penasaran, cusss kita lanjuuuut😂
Jangan lupa vote n coment ya guyss😘

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang