41. Tidur Bersama

892 21 0
                                    

Tanpa mengindahkan ucapan ayahnya, Endy memilih bersiap untuk menemui Ara di apartement barunya. Ia sudah meninggalkan wanitanya itu cukup lama, hanya untuk menjemput kedatangan orang tuanya.

"En, kau mau kemana?? Ini sudah malam.."

"aku ada urusan diluar, ma. Sepertinya aku tidak pulang, aku akan menginap di apartement" ucap Endy mendekati Liana yang sedang bersantai di ruang tengah

"ini sudah malam, kau bisa sakit kalau keluar, En. Dan apa kau tidak merindukan mama??" ujar Liana memasang wajah sedihnya

Endy duduk disebelah Liana dan menggenggam tangan mamanya dengan lembut.

"maaf, ma. Aku harus pergi, pekerjaan Endy masih banyak. Dan aku tidak akan mau menyia-nyiakan weekend tanpa kalian.."

"ya sudah, hati-hati dijalan. Jangan terlalu lelah mengurus pekerjaan. Kau juga harus memikirkan masa depanmu, ingat mama dan papa sudah tidak muda lagi"

Liana tersenyum lembut kearah anak semata wayangnya, ia sangat berharap jika Endy menikah dengan wanita yang dicintai putranya. Dirinya dan Roy sudah sangat ingin memiliki seorang cucu, penerus Evander yang nantinya meramaikan masa tua mereka.

"aku pergi dulu, ma. Jangan tidur terlalu malam.."

Endy kembali melangkahkan kakinya, ia ingin segera menemui Ara yang membuatnya tidak bisa tenang. Entahlah, apa yang dirasakan Endy saat ini adalah rasa rindunya pada Ara. Endy tidak tahu dan tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Namun setelah kepindahan Ara ke apartememnya membuatnya seolah merasa kesepian, dan rasa ingin bertemu begitu mendominasi hati dan pikirannya.

Seperti saat ini, Endy sudah melajukan mobilnya menuju ke apartementnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di apartemen Ara, setelah memerintahkan petugas apartemen memarkirkan mobilnya, ia menuju ke lantai dimana Ara tempati.

Sebuah ketukan pintu membuat Ara sedikit terkejut, ia ragu untuk mendekati pintu yang masih diketuk dadi luar. Arven ataupun Sela sudah pulang sejak sore tadi, dan hanya Ara seorang yang ada di apartemen itu.

Tok tok tok

Menghela nafas beratnya, Ara memberanikan dirinya untuk melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya. Dari lubang pintu terlihat Endy sedang berdiri didepan pintu, ia pun segera memutar kunci dan membuka pintunya.

"kenapa lama sekali? Kau tahu, kakiku pegal harus berdiri lama disini"

Tanpa menghiraukan tatapan protes Ara, Endy masuk ke dalam dan meninggalkannya. Seharusnya dia yang kesal karena sudah membuatnya takut dan berpikiran jika ada orang jahat yang ingin mencelakainya. Namun yang ia dapatkan hanya omelan Endy yang kesal menunggu didepan pintu.

"seharusnya aku yang kesal denganmu, kau tahu?? Aku kira yang mengetuk tadi orang yang berniat jahat. Makanya aku ragu untuk membuka pintu" ujar Ara kesal dan meninggalkan Endy

Endy menatap kepergian Ara dengan tatapan bersalah, seharusnya ia tidak marah karena hal sepele. Ia pun memilih untuk masuk dan menemui Ara di dalam kamarnya.

"kau... Ada apa?? Bukannya kamarmu disebelah?" Ara yang baru saja mengganti pakaiannya menjadi piyama menatap galak ke arah Endy

Endy masih diam di tempatnya, memperhatikan Ara yang begitu catik dan seksi. Dibalik piyama yang membungkus tubuhnya, seolah membuat darah Endy mendidih. Piyama yang tipis dan membuat sesuatu di dalamnya seolah terlihat samar dan semakin membuat Endy tidak bisa memalingkan penglihatannya.

"aku...aku hanya mau melihatmu? Aku pikir kau sudah tidur" ucap Endy setelah bisa menjernihkan pikirannya

Ara masih menatap Endy dengan tajam, bahkan saat ini ia sudah menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

"keluarlah, aku akan tidur.."

"Ara, kau lupa posisimu??" ujar Endy mengingatkan Ara

"bukan begitu, besok ada pelajaran Mr. Andrew, dan aku tidak mau bangun terlambat" sergah Ara

Bukannya keluar dari kamar Ara, Endy semakin mendekati Ara yang masih berdiri disisi ranjang. Merangkul pinggang dan mendekatkan wajahnya pada ceruk leher Ara.

"malam ini, aku ingin tidur denganmu, Ara" bisik Endy

Ara mendorong tubuh Endy dengan keras, menciptakan jarak diantara mereka.

"aku tidak-"

"aku janji hanya tidur dan tidak melakukan apapun" sela Endy

"tapi-"

"tapi kalau kau mau bermain, dengan senang hati aku akan menggagahimu malam ini" goda Endy dengan seringaiannya

"aku tidak mau!! En, ini sudah malam hanya untuk berdebat, kamar disebelah lebih nyaman dari pada disini. Hehhh.. Apa yang kau lakukan?? Keluarlah, En"

Ara tidak bisa mencegah saat Endy sudah berbaring diranjang miliknya, bahkan pria itu sudah membuka bajunya dan kembali merebahkan tubuhnya dengan nyaman.

"tidurlah, bukannya besok kau ada kelas pagi?" tanya Endy dengan senyum penuh kemenangan

Ara menghela nafas beratnya, ia tidak ingin bertengkar dengan Endy yang tidak akan pernah ada ujungnya. Dengan kesal ia membaringkan dirinya diatas ranjang, menempati bagian tepi ranjang.

"Ara, kau akan jatuh kalau seperti itu"

"tidak, sudahlah aku mau tidur" keukeh Ara

"pembangkang" geram Endy

Tanpa membuang waktu lama, Endy menarik pelan tubuh Ara dan membawa tubuh kecil itu masuk ke dalam dekapannya. Mengabaikan protes Ara yang meronta dibawah dekapan hangatnya.

"diamlah, atau kau ingin aku memasukimu"

Nyali Ara menciut saat mendengar ancaman itu. Ia tidak akan membiarkan Endy kembali melecehkannya, ia tidak ingin semakin dalam masuk ke dalam kehidupan Endy. Hatinya tercubit saat mengingat kembali kejadian bebedara waktu lalu. Sejak ia terseret ke dalam kehidupan Endy, ia selalu mendapatkan musuh. Seperti Kim yang memanggilnya jalang dan merebut perhatian Endy darinya. Lalu wanita yang ada direstoran beberapa waktu lalu.

Ara yakin jika Endy tidak akan mempertahankannya, dan hal itu membuatnya selalu membentengi hatinya agar tidak larut dalam kenyaman yang Endy berikan. Lagi-lagi Ara menghela nafas beratnya, ia merasa jika rasa kantuk yang menyerangnya beberapa saat menghilang entah kemana.

"tidurlah, apa perlu aku membuatmu tidur dengan olahraga malam?" bisik Endy ditelinganya

Bugh

Dengan keras Ara memukul lengan Endy.
"dasar mesum. Bagaimana aku bisa tidur-"

Srekk

Endy semakin menarik tubuh Ara kedalam dekapannya, dan hal itu membuat Ara harus menatap dada polos Endy yang mampu menggodanya. Ia pun semakin tidak bisa menutup matanya, namun tetap menikmati kehangatan yang Endy berikan.



Uuuummhhh... Mesum sekali🙈🙈🙈 tidak kuat menahan godaan babang Endy✌🤣🤣

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang