59. Keluarga

653 16 0
                                    

"ayah.."

Mario menagis bahagia saat Ara memanggilnya dengan sebutan ayah, dengan lembut ia menarik putrinya ke dalam dekapannya.
Dengan perasaan bahagia yang begitu membuncah dalam hatinya, Ara menyambut hangat dekapan ayahnya. Ia bahagia saat tahu ia masih memiliki ayah, bahkan seorang kakak.

Mario, seseorang yang pernah ia tolong saat ditaman, ternyata adalah ayah kandungnya. Mario juga menceritakan bagaimana ia diculik, dan yang tidak disangka-sangka oleh Ara adalah Vanessa yang ia anggap ibunya ternyata orang yang sudah menculiknya. Ara begitu terkejut saat mengetahui fakta itu, bahkan kabar penculikannya membuat ibu kandungnya harus menanggung rasa sakit akan kehilangan dan membuatnya terpuruk sampai akhirnya meninggal dunia.

Ara tidak tahu apakah ia bisa membenci Vanessa yang menculiknya dan menyebabkan ibu kandungnya meninggal, meskipun selama ini Vanessa tidak pernah memberikannya kasih sayang hanya saja ia sudah merawatnya sejak kecil. Tidak ada alasan untuk membencinya, meskipun terbesit rasa kecewa tetapi Ara tidak akan pernah membencinya.

Ara merenggangkan pelukan Mario dan menatap Bryan yang berdiri tidak jauh dari mereka. Ia juga tidak menyangka jika pria yang pernah menyatakan cinta padanya ternyata kakak kandungnya. Ada perasaan bersalah yang bersarang pada benaknya, bagaimana perasaan pria itu saat tahu ia mencintai adiknya sendiri. Ara tidak tahu bagaimana Bryan bisa menerima kenyataan ini.

"kenapa kau melihat seperti itu??" tanya Bryan dengan senyum khas miliknya

Ara menundukan kepalanya, ia tidak tega melihat Bryan yang menampilkan senyum seolah ia tidak tersakiti disini.

Melihat kemurungan Ara, Mario mengisyaratkan bryan untuk mendekat. Ia pun memilih intuk meninggalkan mereka, ia tahu jika Ara merasa bersalah dengan Bryan yang memiliki perasaan padanya yang merupakan adik kandungnya.

"hey, kenapa kau murung? Kau tidak suka mempunyai kakak sepertiku?" tanya Bryan pelan

Ara mendongakan kepalanya dan melihat wajah Bryan yang menampilkan wajah sedihnya, namun langsung terganti dengan senyum manisnya saat Ara menatapnya.

"padahal aku ini tampan, seharusnya kau suka mempunyai kakak setampan aku" ucap Bryan dengan angkuh

Senyum tipis mulai muncul disudut bibir Ara, melihat hal itu membuat Bryan sedikit tenang. Ia tidak ingin Ara merasa canggung dengannya karena pernyataan cintanya beberapa waktu lalu. Bukan salah Ara jika Bryan menumbuhkan perasaan itu, ini sudah takdir mereka yang harus ditemukan setelah sekian lama terpisah.

"maaf.." lirih Ara

"ssttt.. Tidak ada yang perlu dimaafkan. Seharusnya aku yang harus mengatakannya padamu, kalau aku tahu akhirnya akan begini. Mungkin aku akan melindungimu dan membawamu pergi.."

Ara masih menatap Bryan dengan sendu, ia tidak ingin memperburuk hubungannya dengan Bryan. Ia ingin bryan melupakan perasaan terlarangnya, karena bagaimana pun mereka tidak akan bisa bersama.

"jangan bersikap canggung, aku ingin kau bersikap seperti biasa. Aku ingin menjadi kakak yang selalu bisa kau andalkan, Ara. Aku akan menjadi yang terdepan untuk melindungimu. Dan untuk perasaanku, aku akan melupakannya" ujar Bryan

"sekarang, ayo panggil aku kakak.." tambah Bryan

"ka..kakak..." ujar Ara

Bryan tersenyum senang melihat Ara yang memanggilnya kakak, meskipun ada sedikit rasa sakit yang merasuk dalam hatinya. Namun ia tidak akan pernah menumbuhkan perasaan terlarang itu, bagaimana pun ia sudah berjanji dengan Mario untuk melupakan perasaannya dulu.

Mario yang mengintip dibalik pintu ruangan pun tersenyum bahagia, apalagi melihat Bryan dan Ara yang sedang berpelukan. Ia pun kembali ke ruangan dan berkumpul lagi dengan kedua anaknya.

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang