34. Kekasih Dan Tunangan??

791 27 0
                                    

Gedung pertemuan yang cukup mewah, bahkan hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk kedalam sana. Beberapa kali Ara memperhatikan para tamu yang mulai memenuhi aula, dapat dilihat dari pakaian bermerk mahal selalu menyapu pandangannya. Dicecapnya strobery smooty yang ada didepannya, mencoba merilekskan tubuhnya. Sejak kedatangannya bersama Endy, ia ditinggal begitu saja dengan seorang pelayan yang mengantarkannya disalah satu meja makan disana.

Ara tidak tahu keberadaan pria itu saat ini, karena mereka tadi disambut oleh beberapa orang berpakaian rapi. Andaisaja ponselnya tidak mati mungkin ia tidak akan sebosan ini, menghela nafas bosannya dan sesekali memperhatikan ruangan yang cukup luas itu. Beberapa orang yang ada  disana pun terlihat dari kalangan atas, dan membuat Ara enggan menyapa salah satu dari mereka.

"hai... Apa kau sendirian??"

Ara menatap kearah wanita cantik sedang tersenyum kearahnya.

"bolehkah aku duduk disini, meja lainnya sudah penuh dan aku tidak begitu mengenal mereka" tambahnya

Ara menyilahkan wanita itu untuk duduk dimejanya, jika dilihat penampilan wanita didepannya ini salah seorang putri dari salah satu pengusaha. Usia yang diperkirakan Ara tidak terpaut jauh darinya, mungkin hanya berbeda beberapa tahun diatasnya.

"ditakdirkan menjadi anak pengusaha kaya memang memuakan, harus ikut pertemuan yang memamerkan kekayaan orang tuanya. Kau tahu, rasanya aku ingin kabur dari sini, kalau saja ayahku tidak mengancam untuk menarik fasilitasku" keluhnya

Ara hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan wanita didepannya ini, wanita yang sama sekali tidak dikenalnya.

"oh..aku hampir lupa. Aku Jenny, Jenny Anedera.."

Jenny wanita yang sedari tadi berbicara mengulurkan tangannya, membuat Ara segera menjabat tangannya.

"Ara, Arabelle Chalondra. Senang bertemu dengan mu, Jen"

"kau tahu Ara, kau berbeda dari mereka. Biasanya mereka tidak akan menjabat tanganku, meskipun dia tahu siapa ayahku. Sangat mengesalkan, kau tahu" ucap Jenny dengan kesal

"tidak semua orang baru seperti itu.." ucap Ara

Jenny menatap Ara yang nampak berbeda, ia begitu ramah dan berbeda dari anak-anak rekan bisnis ayahnya yang selalu congkak dan sombong.

"Ara, semoga kita bisa berbincang lebih lama, maaf aku harus mencari ayahku. Apa kau mau ikut??"

Ara menggeleng pelan dan kembali menjabat tangan Jenny, bahkan Jenny memberinya pelukan perpisahan untuknya seseorang yang baru ia kenal. Jenny sepertinya pribadi yang hangat, rasanya ia ingin bisa kembali berbincang dengannya. Mungkin suatu saat nanti sebelum ia dilupakan oleh Endy.

"rupanya kau disini, aku mencarimu.."

Ara mendengus melihat kedatangan Endy.

"begitu ya tuan Endy, seharusnya aku yang marah denganmu. Meninggalkan aku diantara orang-orang kaya, untung saja pelayan tadi menyuruhku menunggu disini" sungutnya

Endy berdecak pelan, ia pun menarik tangan Ara pelan dan meninggalkan tempat itu.

"hey, kau mau membawaku kemana?" tanya Ara masih dalam cekalan Endy

"ada seseorang yang ingin bertemu denganmu, bersikaplah sopan karena dia rekan kerjaku. Awas saja kalau tender ini aku kalah, kau yang akan mendapat hukuman" tandas Endy

Ara melotot mendengar perkataan Endy, sangat tidak masuk akal. Kenapa dia yang harus mendapat hukuman jika tender ini gagal, semakin hari ia tidak bisa menangkap pola pikir pria brengsek disebelahnya ini.

Disebuah ruangan yang cukup luas dengan meja bulat besar dan beberapa kursi tersusun rapi, disana Ara dapat melihat seorang pria paruh baya sedang menatap ponselnya. Jangan lupa dengan lima pengawal yang ada didalam ruangan itu, cukup mencekam baginya yang baru ikut pertemuan semacam ini.

"maaf menunggu lama, pak Jeremy. Perkenalkan ini kekasih sekaligus tunangan saya"

Ara yang mendengar bualan Endy hanya menatapnya dengan tatapan bingung dan terkejut, ia tidak bisa mengalihkan pandangan bingungnya dari sosok Endy yang masih tersenyum ramah kelawan bicaranya.

"kau beruntung sekali, nak. Sangat pandai memilih pasangan hidup, dia begitu cantik dan manis"

Ucapan Jeremy membuat Ara menatap sopan kearah pria paruh baya yang masih terlihat gagah diumurnya yang sehatusnya sudah pensiun itu.

"te..terimakasih tuan-"

"panggil paman saja, nak.." sela Jeremy lembut

"terimakasih paman, paman juga terlihat tampan dan masih gagah.." ucap Ara spontan

Seolah teringat ucapannya sendiri, Ara menutup mulutnya setelah mengucapkan pujiannya pada Jeremy. Jeremy hanya terkekeh pelan melihat tingkah laku Ara yang menggemaskan, bahkan wajahnya seolah mengingatkannya pada seseorang yang ia rindukan.

"maaf, paman, aku tidak-"

"tidak apa, paman tersanjung dengan pujianmu. Tapi ingat, disini ada tunanganmu.." ucap Jefemy melirik Endy yang hanya tersenyum tipis ditempatnya

Tunangan? Peran apalagi yang dia buat.

"Ara, wajahmu mengingatkan paman pada mendiang adik perempuan paman. Parasnya begitu mirip denganmu, kalau saja putri kecilnya tidak menghilang, mungkin ia sudah sebesar dirimu"



Hohohoo... Pintar sekali si Endy memainkan perannya. Kira2 ada maksud apa Jeremy yang ingin bertemu dengan Ara??

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang