15. Mewujudkan Keinginanmu

1.5K 38 0
                                    

Ara yang terbaring membelakanginya mulai menggerakan tubuh lemasnya, ia sungguh sangat lemas karena dua hari ini memutuskan tidak makan. Sebagai pemberontakannya pada Endy, dengan begitu ia yakin pria itu bisa membebaskannya.

Endy menatap datar ke arah Ara yang menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, bibir itu terlihat pucat bahkan mata sembab itu menjadi pemandangan pertamanya. Endy meringis pelan, didekatinya dan diusapnya wajah Ara dengan lembut.

"kenapa kau tidak makan?? Apa ini caramu agar aku bisa melepaskanmu??"

Endy menatap Ara yang tengah menatapnya tajam, ia tahu jika ini akal-akalan dari Ara. Tetapi bukan Endy jika dirinya luluh hanya dengan gertakan kecil yang Ara lakukan, ia salah target jika ingin membuatnya luluh.

"kau memang brengsek" ucap Ara lemah

Endy tersenyum tipis ke arahnya, dilihatnya Ema yang masuk kedalam membuat Endy mengambil nampan yang dibawanya.

"kau tahu, aku tidak akan luluh dengan caramu. Lebih baik kau makan, lihat lah kau semakin kurus" ujar Endy

"aku harus bagaimana agar kau bisa melepaskan aku??"

Endy menghentikan tangannya yang sudah ingin menyuapi Ara, ditatapnya dengan tatapan lembut wanita di depannya ini.

"sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu, karena-"

"apa alasannya? Apa karena aku sudah kau beli??"

Endy terdiam, sebenarnya bukan itu alasan kenapa ia menahan wanita ini dan bahkan ia rela mengeluarkan uang sebesat itu. Hanya untuk membeli seorang wanita, yang biasanya ia selalu bergonta-ganti layaknya pakaian dalam. Namun pertemuan mereka untuk pertama kali mengusik sesuatu di dalam hatinya, dan sampai sekarang ia sendiri tidak bisa mengartikannya. Yang ia tahu adalah mempertahankan Ara, sampai kapan pun ia tidak tahu. Akan bersifat selamanya atau hanya sementara, yang jelas saat ini dan seterusnya Endy ingin membuat wanita itu tetap di dekatnya.

"mungkin iya, karena aku sudah membelimu dengan sangat mahal. Seharusnya kau senang dan menikmati semua yang aku berikan padamu"

Ara mengumpat dalam hati, memaki pria di depannya ini lebih dati pria brengsek. Entah julukan apa yang pantas ia sematkan di depan nama pria itu.

"aku tidak akan senang ataupun menikmati semua ini. Apalagi dari pria sepertimu" ucap Ara kesal

Endy menghela nafas beratnya, mungkin ia bisa memberi sedikit kebebasan dengan Ara. Agar wanita itu tidak berbuat sesuatu yang bisa membahayakan nyawanya sendiri.

"aku akan mewujudkan semua keinginanmu, asal kau tidak memintaku melepaskanmu"

Ara terkejut mendengar ucapan Endy, walaupun bukan kebebasan setidaknya ia bisa meminta sesuatu. Meskipun ia tidak mendapatkan keinginannya, setidaknya ia harus mencoba.

"apa kau yakin, ingin mewujudkan permintaanku??" tanya Ara menyakinkan dirinya

"iya, asal tidak dengan membebaskanmu"

Ara sedang berpikir dengan apa yang ia inginkan, meskipun ia akan terikat dengan pria ini. Setidaknya ia akan memastikan dirinya tidak diperlakukan buruk dan pelecehan seperti kemarin.

"aku-"

"kita bisa bicarakan nanti, sekarang kau makan. Kalau tidak, aku akan menarik kata-kataku lagi"

Ara memutar matanya dengan malas, pria di depannya ini pasti bersikap menyebalkan. Dan semua keinginannya harus dituruti seperti keinginannya.

"baiklah, aku akan makan. Berikan-"

"aku suapi.." cegah Endy

Tanpa bisa berbuat banyak Ara menerima suap demi suap yang disodorkan Endy, bahkan pria itu tidak pernah berhenti menatapnya dengan dalam. Bahkan sesekali Ara melihat senyum tipis tercetak di wajah datar itu.
Setelah menyelesaikan acara makannya, Endy memberikan sebuah kertas dan bolpoin padanya, untuk menuliskan apa yang ingin ia inginkan.

....

"tuan, sejak dua hari lalu nona Kim menanyakan kabar anda.."

Endy yang baru saja masuk ke dalam ruangan kerjanya menatap malas pada asistennya, dimana berita yang disampaikan padanya sangat tidak penting.

"biarkan saja. Aku tidak peduli dengan itu.." ucapnya datar

Endy kembali membuka laptopnya dan memeriksa beberapa berkas yang ada disana.

"oh ya.. Nico, apa kau bisa menyiapkan satu bodyguardmu untuk mengawasi Ara??"

"baik tuan, sore ini saya usahakan sudah menghadap tuan"

Setelah mengatakan keinginannya Endy kembali berkutat dengan pekerjaannya, senyum tipis pun tidak hilang setelah ia keluar dari kamar Ara. Wanita itu selalu bisa membuatnya tersenyum dan marah, bahkan lepas kendali seperti tempo hari. Endy merasa tertantang bahkan tertarik saat Ara melawannya, meskipun Ara juga takut hanya saja wanita itu pandai menutupinya. Ara tidak seperti wanita lainnya yang selalu bersikap manis dan menggoda di depannya. Ara berbeda bahkan wanita itu berani menentang dan berusaha kabur dari pengawasannya.

Sementara ditempat lain, Kim wanita yang karirnya sedang naik daun duduk dengan gelisah dan marah. Pasalnya dua hari sudah ia tidak bertemu ataupun mendapat kabar tentang Endy, seakan pria itu tidak ingin diikuti olehnya seperti biasa.

Dengan keras ia membanting benda pipih itu, setelah mencoba beberapa kali menghubungi kaki tangan Endy namun tidak satupun terbalas.

"kau ini kenapa?? Bukannya bersiap untuk pulang, kau malah asik melamun disini"

"melamun?? Kau tidak lihat wajah marahku ini, hah??" tanyanya kesal

"Endy lagi?? Kenapa, dia menolak kau ajak pergi atau apalagi??" tanya Deasy

Kim mendengus kesal, ucapan Deasy seakan menohok hatinya. Dimana Endy yang selalu menolak ajakannya, dengan berbagai alasan seperti beberapa hari lalu diacara pertunangan Deasy dan Ramon.

"lebih baik kau tidak mengejar pria yang sudah jelas-jelas tidak tertarik padamu, Kim" ucap Deasy

"kau tahu, banyak pria yang berbondong-bondong ingin menjadikan aku sebagai kekasih mereka. Tetapi Endy, pria itu seolah tidak tertarik dengan apa yang aku miliki.."

Deasy akui, selain cantik dan penampilan bak model kelas atas, Kim bukan wanita sembarangan. Ia cukup terkenal dengan butik fashionnya yang kerap kali dipakai beberapa model, bahkan cabangnya pun sudah sampai ke kancah luar negeri. Tidak ada yang kurang dari Kim, tetapi sahabat dari calon suaminya itu seolah tidak tertarik sama sekali dengannya.

"aku tertarik dengannya, ada sesuatu yang membuatku penasaran dan tidak mau kehilangannya. Apapun yang terjadi, aku harus tetap bersama dengannya" tambahnya

"kau yakin melakukan itu Kim?? Jangan korbankan hatimu hanya demi mengejar pria seperti Endy, masih banyak pria baik diluaran sana"

Deasy mencoba mengingatkan Kim sebelum ia terjatuh terlalu dalam, karena bermain cinta sungguh menyakitkan jika kita tidak siap untuk kalah.

"jangan meragukan aku, Deasy. Kau tahu siapa aku kan, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku yakin Endy pasti luluh sebentar lagi" ujarnya penuh keyakinan

"aku harap kau tidak menyesal dikemudian hari, Kim"

Deasy hanya bisa berdoa demi kebaikan Kim, ia tidak ingin Kim terpuruk apalagi hanya sakit hati. Masa depannya masih cukup panjang, apalagi dengan karirnya yang menjulang tinggi. Meskipun ia sering menasehatinya, Kim tetap saja yakin dengan pendiriannya sendiri. Dimana suatu saat nanti Endy akan menatapnya, seperri para pria yang selama ini memujanya.

"aku pulang duluan, kau hati-hati"

"kau hati-hati juga, salam untuk Ramon"

Kim kembali mematap ponselnya, tidak ada pesan satu pun disana dari Endy. Dengan kesal ia meraih tas dan ponselnya, menuju ke mobil dan pulang ke rumahnya. Karena tidak ingin melewatkan makan malam bersama ayah dan kakaknya.


Kalian dikubu mana nih??
Kim??
Ara??
🤭🤭🤭

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang