21. Menjalin Hubungan Baik

973 26 0
                                    

Endy menatap gerbang universitas milik sahabatnya, diliriknya jam tangan dimana menunjukan waktu beberapa menit lagi jam kuliah Ara berakhir. Dengan tenang Endy melangkahkan kakinya menuju halaman kampus, mengabaikan tatapan memuja dan kagum dari para mahasiswi disana. Siapa yang tidak mengenali dirinya si pria kaya dengan jabatan CEO-nya dalam bidang properti, perhotelan dan masih banyak lagi.

Endy menghentikan langkahnya beberapa meter dari tempat Ara yang masih asik berbincang dengan sahabatnya. Sementara Arven yang baru saja mengetahui kedatangan tuannya, segera menghampirinya.

"tuan.."

"bagaimana?? Apa dia masih berulah??" tanya Endy dengan mata yang masih mengawasi Ara

Arven mengalihkan pandangannya ke arah Ara yang tidak menyadari kehadiran tuannya.

"aman tuan, nona tidak melakukan hal yang memberontak seperti kemarin. Dan kedua sahabatnya juga mulai menuruti ucapan anda" jelasnya

"kau kembalilah ke mobil. Aku yang akan membawanya pulang"

Selepas kepergian Endy, Arven menghela nafasnya. Untuk pertama kalinya ia membohongi tuannya, karena ia tidak tega melihat Ara menanggung kemarahan tuannya. Ia tahu jika Ara tertekan dan terpaksa hidup dengan tuannya, namun ia bisa apa jika uang sudah berbicara. Dan Arven hanya bisa berdoa agar Ara tidak memancing kemarahan tuannya kembali.

"kepalaku rasanya ingin pecah, mr. Andrew ternyata setega itu" keluh Bianca mwnatap horor ke tugas yang menumpuk

Safira dan Ara hanya terkekeh pelan mendengar gerutuan Bianca.

"makanya jangan terlalu memuji ketampanannya, jadi lebih baik kau bersenang-senang dengan tugasmu" gurau Safira

Bianca mengumpati kedua temannya dengan kesal, ia tidak mungkin terkena hukuman Andrew jika saja hasil testnya bagus. Pasalnya Ara dan Safira tidak memberikannya contekan bahkan Andrew mengatur tempat duduk mereka, sehingga Bianca berada jauh dari kedua temannya. Tentu saja membuatnya memiliki nilai rendah dibanding teman-teman lainnya.

"kita kerjakan bersama-sama, sudah jangan marah.." ujar Ara membujuk Bianca yang masih kesal

Mendengar ucapan Ara membuat senyuman dibibir Bianca mulai terbit, namun sebaliknya dengan Safira yang mendengus sebal.

"kau memang teman terbaikku, Ara" ucap Bianca memeluk Ara dengan senang

"lihatlah, hanya Ara saja yang kau peluk. Baiklah, aku tidak mau membantumu-"

"eiittss.. Iya ya. Kalian berdua memang sahabat terbaikku"

Bianca merangkul kedua temannya, mereka bertiga pun tertawa riang selayaknya para remaja. Endy yang melihat tawa lepas Ara membuat hatinya menghangat, rasanya ia ingin membuat wanita itu tertawa lepas dengannya.

Shit. Apa yang kau pikirkan, En. Gerutunya

Endy merutuki dirinya yang terlihat terpesona dengan tawa Ara yang begitu lepas, ia tidak ingin membuat dirinya semakin jatuh dengan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia selalu mengingatkan jika Ara hanyalah mainannya, namun terkadang ia terlalu menspesialkan wanita itu.

"Ekhmmm"

Ketiga mahasiswi itu menghentikan tawa mereka saat mendengar deheman seseorang, dimana mereka menatap terkejut dengan kehadiran Endy. Pria yang sangat menakutkan jika sudah melemparkan ancamannya, dan Bianca serta Safira harus mengakuinya. Apalagi ancaman yang Endy berikan kepada mereka saat membantu Ara kabur darinya, mereka masih begitu mengingat ancaman itu. Dan mereka tidak akan bisa berkutik jika Endy sudah memberikan ancaman itu.

Ara menatap kedatangan Endy dengan bingung, sudah beberapa hari ia tidak bertemu dengan pria itu. Tetapi lihatlah sekarang, dengan seenak hatinya menemuinya di depan umum. Padahal ia sangat tidak suka jika semua orang melihat kedekatannya dengan Endy. Ara takut jika ia dipandang hina oleh semua orang, pasti julukan jalang akan melekat pada dirinya. Dengan mudahnya ia melempar tubuhnya pada pria kaya di depannya ini, hanya untuk bisa bergaya dikampusnya.

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang