You're Mine (On Going)

69. Hari Kelulusan

Beberapa bulan telah dilalui Ara dan beberapa teman seangkatan untuk melakukan sidang skripsi yang mereka lalukan. Bahkan hari ini Ara dan kedua sahabatnya sudah mulai bersiap untuk melakukan sidang, rasa gugup dan gelisah menggelayuti hati mereka. Namun dengan rasa penuh yakin, mereka mampu melewati itu semua.

Bryan menghentikan mobilnya tepat dihalaman kampus Ara, ia memang menyempatkan waktunya hari itu untuk mengantar Ara ke kampus.

"sudah siap semuanya, Ara??"

"iya kak, Ara sudah menyiapkan semuanya. Terimakasih sudah mengantar Ara sampai kampus.."

"itu sudah kewajiban seorang kakak bukan.." ujar Bryan dengan senyum manis

Senyum manis yang dulu membuat Ara terpesona, namun kali ini senyum manis itu memiliki arti yang lebih dalam. Senyum manis yang seorang kakak berikan kepada sang adik.

"em.. Kak Kim, apa sudah ada kabar darinya??"

Ara, Bryan, bahkan Mario tidak ada yang mengetahui dimana Kim saat ini, pegawai dan Deasy sahabatnya hanya mengatakan jika Kim sedang pergi berlibur. Mungkin untuk menyembuhkan luka dihatinya.

"aku belum mendapat informasi dari anak buahku, tapi kau tenang saja. kim pasti baik-baik saja.."

"apa kak Kim juga tetap baik-baik saja dengan pernikahanku dengan Endy??"

Bryan mengusap puncak kepala Ara dengan lembut, senyum manisnya pun tak pernah luntur dari bibirnya.

"Ara, semua orang sudah memiliki takdir dan pasangan hidup masing-masing. Meskipun saat ini aku masih tidak bisa merelakanmu dengan Endy, tapi... Aku harus mencobanya. Karena aku yakin memang kau ditakdirkan sebagai adikku, bukan padangan hidupku. Begitu pun dengan Kim.."

Ara menghela nafas beratnya, ia tidak suka melihat raut sedih diwajah Bryan atau pun Kim bagaimanapun mereka adalah saudara.

"aku yakin, Kim lambat laun akan menerima kenyataan itu. Meskipun kami butuh waktu, dan aku juga tidak tahu harus berapa lama aku merelakanmu dengan Endy. Tapi kau tenang saja, kakakmu yang tampan ini pasti akan cepat sembuh dari patah hati dan bisa mendapatkan wanita lagi.." gurau Bryan membuat keduanya tersenyum

"masuklah, dan lakukan yang terbaik. Siang nanti Arven yang akan menjemputmu.."

"terimakasih kak.."

Ara memeluk Bryan dengan hangat, ia tidak akan mengecewakan semua orang dihari sidangnya. Ia akan berjuang demi masa depan dan kebahagiaan orang disekitarnya akan kelulusannya nanti.

Sementara dibenua lain, Endy yang ditemani Nico masih berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk diatas mejanya. Sesekali Endy akan mengumpati karyawannya yang tidak bisa bekerja dengan baik, Nico yang melihatnya pun hanya bisa diam dan menggeleng pelan.

"sepertinya mereka ingin mempermainkan aku, rasanya ingin ku hancurkan mereka. Berani-beraninya mereka melakukan hal konyol seperti ini, lihat saja kalau aku sampai mengundur acara pernikahanku hanya pekerjaan konyol ini.." umpatnya

Nico kembali menggelengkan kepalanya, permasalahan konyol namun mampu membuat mereka rugi hampir milyaran. Dimana salah satu karyawan yang Endy percayai untuk mengelola dicabang perusahaannya menggelapkan milyaran uang. Dan orang suruhan Endy baru saja mendapatkan informasi itu hari itu, setelah hampir tiga minggu menyelidiki kasusunya.

"nico, bisa kau suruh orang kepercayaan ayah untuk membantu permasalahan ini?? Aku tidak ingin kepulanganku diundur hanya permasalahan ini, kau mengerti.."

"baik tuan. Saya akan menghubunginya segera.."

Mau tidak mau Endy kali ini harus meminta bantuan dari Roy, karena ia tidak mungkin membiarkan waktunya habis untuk menyelesaikan permasalahan ini. Hari ini adalah hari sidang Ara, dan seminggu setelahnya adalah hari pernikahan mereka. Tidak mungkin pekerjaan itu selesai dalam waktu tiga hari, mengingat Endy belum sama sekali menyiapkan konsep bahkan busana pernikahan mereka. Meskipun Liana, Althea, Jenni serta Iris sudah mencarikan beberapa konsep dan busana, hanya saja Endy masih belum menyetujuinya. Ia ingin Ara lah yang memilih seperti apa konsep dan busana yang ingin ia kenakan saat acara sakral itu.