47. Taman

730 16 0
                                    

"aku tidak tahu kapan aku kembali ke kampus, semua tugas Mr. Andrew sudah ku kirim ke emailnya.."

"baiklah, tapi Ara. Selama kau tidak masuk Bryan mencarimu. Bahkan dia memaksa kami memberitahukan dimana keberadaanmu saat ini"

Ara meremas ponselnya, ia yakin jika Bryan menuntut penjelasan perihal hubungannya dengan Endy. Ara melihat tatapan tidak suka diantara keduanya, entah apa yang terjadi pada mereka sebelumnya. Tetapi ia yakin jika Bryan begitu marah saat ia bersama dengan Endy.

"Ara kau masih disana??" tanya Safira

"i..iya. jangan katakan apapun padanya.."

"apa kau sedang ada masalah dengannya?? Kenapa kau menghindarinya, Ara. Ku rasa Bryan lebih baik dari pada Endy"

Ara menghela nafas beratnya, memang bnar apa yang dikatakan Safira. Bryan lebih baik dari pada Endy yang selalu bersikap kasar dan semaunya. Tetapi apa yang dirasakan Ara pada Bryan, hanyalah perasaan sayang pada seorang kakak.

"ceriranya panjang, tapi aku mohon pada kalian. Jangan mengatakan apapun pada Bryan, ini juga demi kebaikannya, Fira.."

"baiklah. Aku akan menghubungi lagi setelah jam kuliah selesai, cepatlah masuk. Kami merindukanmu, apalagi Bianca.."

"Bianca??"

"iya, dia merindukan Arven lebih tepatnya" gurau Safira dengan tawanya

Bahkan Ara sempat mendengar gerutuan Bianca yang kesal dengan ucapan Safira.

"aku tutup ya, Ara. Selamat berisitirahat.."

Ara meletakan ponselnya di meja belajarnya, ia melihat jam yang sudah menujukan pukul sembilan pagi. Semalam ia mengabari Andrew untuk izin beberapa hari, karena Ara masih ingin menghindari Bryan.

"aku butuh jalan-jalan sejenak.." keluhnya

Ara memilih mencari keberadaan Arven yang biasanya berada diruang tamu.

"Arven, aku bosan. Bisa kau antar aku.."

"baik nona.."

Ara pun berpamitan dengan Sela dan pergi bersama dengan Arven, suasana hatinya begitu buruk pagi itu. Setelah kejadian malam itu Endy belum menemuinya, bahkan menghubunginya pun tidak. Ara semakin kecewa dengan apa yang dilakukan Endy saat ini, ia seolah diperlakukan seperti jalang yang sesungguhnya. Padahal ia cukup senang selama ini diperlakukan baik oleh pria itu, namun pria itu juga yang sudah menggores luka dihatinya.

Menghela nafas untuk sekian kalinya tidak membuat Ara semakin tenang, ia memilih mengedarkan pandangannya keluar jendela. Memandangi beberapa kendaraan yang memadati jalan, bahkan beberapa sepeda motor melewati sela-sela antar mobil dan semakin membuat kemacetan.

"nona ingin diantar kemana??"

Arven menatap kegundahan Ara saat ini, ia tahu apa yang dipikirkan oleh wanita yang saat ini menjadi seseorang yang spesial dihati tuannya. Meskipun Endy tidak menyadari perasaannya sendiri selama ini terhadap Ara, tetapi bagi Arven dan anak buah Endy lainnyalah yang tahu arti tindakan Endy selama ini.

Belum pernah Endy menspesialkan wanita mainannya, sampai membawanya ke mansion utama. Selama ini Endy hanya akan membawa wanita mainannya ke hotel dan itu pun hanya sekali, dimalam berikutnya atau disaat Endy sedang ingin bermain pun ia akan mencari wanita lain. Dan hal yang mengejutkan saat endy membawa ara pulang, bahkan saat melihat Ara yang mencoba kabur darinya. Endy seolah ingin mempertahankannya, sampai akhirnya Endy begitu marah saat melihat Ara memiliki hubungan dengan pria lain dibelakangnya.

"aku ingin ke taman.."


.....

"tuan lebih baik kita pulang, hari sudah terik dan tuan harus beristirahat. Saya khawatir kondi-"

"aku tidak apa-apa, Fahri. Aku hanya ingin sendiri dulu di sini"

Tanpa bisa membantah, Fahri memutuskan untuk meninggalkan Mario yang sedang duduk disalah satu bangku ditaman itu. Tetap mengawasi dalam jarak aman, karena kondisi Mario yang masih lemah setelah jatuh sakit.

Mario menatap kosong kearah taman, pikirannya melayang ke salah satu ingatan yang paling menyedihkan dalam hidupnya. Dimana ia harus kehilangan dua orang tercinta dalam hidupnya, anak serta sang istri tercinta.

"disini, aku kehilangan kalian berdua. Wanita itu membawa dendam dan melampiaskan ke kalian, padahal itu semua salahku. Tetapi kenapa kalian yang menjadi korban??"

Mario terisak pelan saat mengingat kejadian yang membuat kehidupannya hancur dan sepi, membuat Bryan serta Kim menjadi anak yang kekurangan kasih sayang.


....

"nona, apa tuan sudah menghubungi nona?"

Ara menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Arven. Ia pun mendengus kecil saat teringat beberapa hari ini.

"mungkin dia sudah menemukan mainan barunya, dan mungkin nona mu bukan aku lagi, Ar"

"tuan tidak akan berbuat seperti itu, nona-"

"tidak akan berbuat?? Dia pria brengsek yang suka menjadi penghancur wanita.." kesal Ara

"non-"

"Arven, jangan membahas pria brengsek itu. Aku hanya ingin menikmati suasana taman ini.." sela Ara dengan ketus

Arven tidak membicarakan Endy, dan memilih untuk mengikuti Ara yang sudah masuk ke dalam taman.

Taman itu cukup sepi, apalagi pagi yang sejuk seperti ini biasanya akan dilakukan orang-orang untuk beraktifitas dan bekerja. Namun karena suasana hati Ara sedang kacau, ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya.

"paman!!"


You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang