3. Persaingan

2.8K 66 1
                                    

Endy berbaring diranjang apartemennya dengan gelisah, pasalnya ia tidak terlelap sama sekali setelah ia kembali pulang dari club. Kejadian diclub beberapa waktunlalu, masih berputar dibenaknya. Dimana seorang pelayan yang begitu berani menolak perintahnya, bahkan biasanya wanita akan jatuh kedalam pesonanya tetapi tidak dengan pelayan tadi. Endy tersenyum saat mengingat wajah kesal pelayan tadi, yang menurutnya cukup manis dan lucu.

"ada apa denganku??" gumamnya

Endy pun menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, mencoba mengarungi mimpi malam itu. Karena ia tidak ingin kehilangan tender lagi, seperti kekalahan beberapa waktu lalu. Dimana ia harus menelan kekalahan saat rivalnya menjadi pemenang. Dan kali ini ia tidak akan pernah kalah lagi dari lawannya itu.

.....

Seperti janjinya dengan Ara, Bryan memutuskan kembali setelah dua hari tinggal bersama dengannya. Bahkan wanita itu selalu bersikap baik, dan membuatkan makanan lezat untuknya. Dan hari ini, ia memutuskan untuk kembali karena pekerjaan yang tidak bisa ditundanya.

Setelah dijemput sang sopir, Bryan langsung menuju ke tempat meeting. Dimana ia dan beberapa pesaingnya akan memperebutkan sebuah tender yang cukup besar. Dan kali ini Bryan yakin bisa mengalahkan seseorang yang sudah membuatnya babak belur.

Digedung yang berdiri kokoh dengan puluhan lantai sudah terlihat didepannya, setelah merapikan sebentar jas ia kenakan ia pun turun dari mobil.

"aku kira kau sudah mati"

Langkah Bryan terhenti saat melihat sosok Endy yang berdiri tidak jauh darinya.

"aku tidak akan mati dengan mudah, tuan Endy. Jangan lupa, jika pukulan orang suruhanmu tidak akan bisa membuatku mati" sinis Bryan

"sombong sekali, kita lihat apakah kau masih bisa bersikap seperti ini. Saat kau kalah hari ini"

Tanpa menghiraukan ekspresi Bryan yang dipenuhi amarah, Endy meninggalkan pelataran gedung dan menuju ke ruang rapat yang terletak di lantai paling atas.

"tuan, kau baik-baik saja"

"aku tidak apa-apa, Ren. Ayo kita ke ruangan. Aku ingin melihat wajah sombong Endy saat tahu kekalahannya akan tiba"

Bryan dan Endy, tidak ada yang tidak mengenal mereka. Mereka terkenal pengusaha muda yang jenius, CEO yang menjadi idola beberapa pesaing bisnis lainnya. Keduanya sudah lama bersaing, bahkan sejak dibangku kuliah, mereka selalu bersaing. Bryan yang menjadi idola dikampus karena kepintaran dan sifat dinginnya, sementara Endy dengan kepintaran serta prestasinya penghancur hati wanita. Namun keduanya seolah menjadi sosok idola dihati penggemarnya, terutama kaum hawa yang begitu histeris melihat keduanya.

Sampai sekarang pun, mereka kerap bersaing untuk memperluas jaringan perusahaan mereka. Beberapa kali Bryan ataupun Endy harus menelan kepahitan saat salah satu diantara mereka harus kalah.

Hari itu mereka sedang memperebutkan sebuah tender yang cukup besar, dimana perusahaan yang saat ini sedang beroperasi dibidang pertambangan dan perhotelan terbesar dikota mereka. Bryan ataupun Endy, sudah siap dengan berkas presentasi mereka.

"selamat pagi semuanya, pagi ini kita akan mengevaluasi dan menentukan perusahan mana yang akan menjadi rekan bisnis diperusahaan kami. Saya harap, bagi pihak yang belum beruntung, mohon jangan berkecil hati.." ucap asisten pribadi tuan Charlie, sang pemilik C Group

Bryan dan Endy saling melempar tatapan membunuh, mereka tidak mementingkan pesaing dari perusahaan lain. Karena mereka berdua tahu, siapa yang akan menang.

......

Suasana kantin begitu ramai siang itu, tetapi tidak mengurungkan Ara dan kedua temannya mengisi perut mereka.

"aku sangat lapar, ternyata butuh asupan lebih untuk memandangi wajah tampan pak Andrew.." ucap Bianca

"Bianca, kau berlebihan.." sungut Safira

"sepertinya kau harus pergi ke dokter mata, Fir. Biar kau tahu ketampanan pak Andrew" ujar Bianca tidak mau kalah

Ara hanya terkekeh geli melihat kedua sahabatnya yang berdebat tentang ketampanan dosen mereka.

"sudahlah, lebih baik kita makan. Jangan membuang waktu, sejam lagi kita masih ada kelas"

"kau benar, Ra. Lebih baik aku makan, dari pada mendengar ocehan Bianca yang tiada henti mengaggumi pak Andrew" timpal Safira

"kalian berdua sama saja. Tidak bisa melihat pria tampan" ujar Bianca kesal

Ara dan Safira tertawa melihat Bianca yang mulai kesal, mereka pun memutuskan untuk memesan makanan. Karena mereka masih memiliki jadwal yang cukup panjang hari itu.

Semenjak Bryan pergi dari kediamannya, Ara sedikit merasa kehilangan sosok seorang kakak. Pasalnya sejak kehadiran Bryan, lelaki itu selalu menunggui dirinya pulang dari tempat kerja. Dan dua hari ini, Ara seperti kehilangan seseorang yang memperhatikannya.

"ara, kau melamunin apa??"

"eh.. Tidak ada apa-apa. Hanya teringat seseorang.."

"seseorang?? Siapa?? Pacarmu ya??" goda Bianca

"bukan, Bi. Namanya Bryan, seseorang yang pernah aku tolong beberapa hari lalu" jelasnya

"Oh.. Apa dia tampan??" tanya Bianca

Safira menoyor kepala Bianca dengan pelan.

"sudahlah, jangan membahas dia. Ayo kita ke perpustakaan saja. Bukannya kita masih harus mencari bahan tugas pak Andrew" ajak Ara

Tanpa menghiraukan kedua sahabatnya, ia pun memilih meninggalkan kantin. Ia harus mencari bahan untuk materi proposal kelompok mereka, walaupun Andrew dosen yang tampan dan baik hati, ia akan berubah menjadi galak kalau mengenai tugasnya yang diabaikan mahasiswanya.

Dideretan raturan buku didalam rak yang tersusun rapi, Ara menarik salah satu buku dari sana.

"udah ketemu bukunya??"

Ara mendengus kesal melihat Safira dan Bianca yang baru saja datang.

"belum, aku kira kalian masih lama disana" jawab Ara acuh

"hehehee... Tidak mungkinlah, kita meninggalkanmu sendiri. Ayo Bi, kita cari buku yang lainnya.." ucap Safira

Melihat kedua sahabatnya mulai mencari buku untuk materi mereka, membuat Ara sedikit senang. Ia tahu jika kedua sahabatnya ini sangat malas untuk mengerjakan tugas-tugas mereka, tapi Ara tahu jika sahabatnya bukan orang malas. Mereka hanya perlu diingatkan dan ditemani untuk mengerjakan tugas-tugas mereka.

Satu jam sudah berakhir hanya untuk mencari materi tugasnya, kini mereka bertiga pun kembali ke kelas sebelum terlambat dan mengikuti kelas sampai sore hari. Sungguh melelahkan apalagi Ara harus bekerja malam harinya di club.

Sementara itu disalah satu gedung pencakar langit, terlihat dua orang yang sedang tertawa bahagia dengan apa yang ia raih saat ini. Selain menambah investasi dan memajukan perusahaannya, ia juga bisa membungkam rivalnya yang begitu angkuh dan sombong.

Bryan kembali tersenyum bahagia dengan dokumen yang ada didepannya. Kemenangan tender kali ini cukup membuatnya sangat-sangat memuaskan.

"tuan, hari ini tuan besar meminta anda kembali ke rumah. Ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan dengan anda.."

Bryan menatap Rendi yang berada diseberang meja kerjanya.

"baiklah, aku juga ingin memberitahu kemenangan kita dengan ayah.." ucapnya menyetujui ucapan Rendi



Cusss part berikutnya ya..
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian😁

You're Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang