Akhirnya agenda Bulletproof untuk syuting music video telah tiba. Hari ini mereka memulai agenda di siang hari dengan lokasi di tepi sungai. Mereka memakai area lokasi tepian sungai yang jarang didatangi agar lebih mempermudah jalannya syuting serta tidak menganggu kenyamanan pengunjung.
Beberapa adegan diambil, seperti berlari di jalanan taman dekat sungai, lalu di area rerumputan, pokoknya beberapa sisi yang dapat dipakai untuk syuting. Tentunya juga sebagian besar sudah sesuai dengan konsep yang ditentukan.
Music video kali ini memerlukan energi ekstra. Membiarkan mereka beristirahat sebelum syuting adalah hal yang tepat karena nampaknya mereka harus banyak berlari.
"Rasanya lari hari ini sebanyak total lari yang kulakukan dalam setahun ini. Benar-benar melelahkan." Celetuk Yeojun.
Saat ini mereka sedang jeda istirahat sambil sutradara melakukan review terhadap video yang sudah diambil.
"Benar. Ini memang melelahkan. Aku rasa tidak akan setuju melakukan syuting dengan konsep lari sebanyak ini lagi di masa depan." Sahut Jaehoon.
"Tetapi ini seru. Kita tidak pernah lari sebebas ini apalagi bersama-sama." Jeonwoo pasti setuju jika ada konsep lari lagi di music video lainnya.
"Inilah pentingnya untuk lari pagi atau lari sore." Soohyun mengingatkan. Memang benar, sayangnya keadaan mereka tidak memungkinkan untuk melakukan lari berkeliling lapangan atau stadion. Bisa bisa malah diminta foto atau tanda tangan dan batal berolahraga.
Atau mungkin lebih baik memasukkan treadmill ke dalam daftar keinginan mereka. Siapa tahu agensi bisa menyediakan treadmill di gedung agensi atau dorm mereka.
Ketika video yang diambil sudah dirasa cukup, mereka tidak perlu mengulangi adegan yang sama. Selanjutnya mereka dapat merekam adegan lain sesuai yang sudah diagendakan.
Mereka juga merekam adegan di jalanan dengan terowongan hingga malam hari. Jalanan yang dipakai bukan yang sering dilalui dan mereka juga memilih hari yang tidak terlalu sibuk sehingga mungkin tidak akan terlalu mengganggu lalu lintas.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam ketika mereka selesai syuting dan sudah dalam perjalanan pulang. Awalnya para anggota berencana untuk mampir ke restoran dan membeli makanan tetapi akhirnya hanya Soohyun dan Yeojun yang ke restoran.
Soohyun yang peka dan memilih Restoran Chang sebagai tujuan mereka. Ia juga ingin bertemu dengan Jiyeon. Bukan sekadar untuk melihat atau mencari tahu, tapi dia benar-benar ingin tahu dan memastikan apakah Jiyeon baik-baik saja atau tidak.
Mereka sudah pernah bertemu dan menurutnya Jiyeon merupakan seseorang yang penuh mimpi dan juga layak mendapatkan karir yang lebih baik di industri musik.
"Jangan lupa pakai masker, kalau perlu topi." Ucap Yeojun sambil memakai masker dan topi hitamnya. Soohyun juga melakukan hal serupa. Memang sudah cukup malam tetapi mereka lebih baik waspada jika sewaktu-waktu bertemu dengan penggemar fanatik.
"Aku bisa pulang duluan kalau kau mau." Kata Soohyun dengan santai. Ia pun kembali melanjutkan sebelum turun dari mobil. "Tapi, aku naik mobil ini."
Yeojun lantas tersenyum di balik maskernya lalu ikut turun.
Mereka berdua pun bersamaan memasuki restoran yang sudah hampir sepi. Yeojun melangkah lebih dulu karena Soohyun masih sibuk membuka ruang obrolan grup yang ribut menitip pesanan dan memilih menu.
Suara ribut terdengar ketika Yeojun semakin dekat dengan pintu masuk restoran. Begitu membuka pintu, Yeojun langsung melangkah maju dan menghampiri Jiyeon.
Tangan Yeojun terangkat dan langsung menahan sebuah tangan yang hampir melemparkan pukulan atau tamparan pada Jiyeon. Pria paruh baya yang kehilangan kesadaran dan dikelilingi bau alkohol itu langsung menoleh.
"Siapa kau?! Lepaskan!" Seru pria itu.
Jiyeon menoleh pada Yeojun dan melihat laki-laki itu masih memegang lengan pria yang mabuk. Meskipun Yeojun lengkap dengan masker dan topi, ia masih bisa mengenali tatapan mata laki-laki itu.
"Ahjussi, kau sudah mabuk. Lebih kau pulang sebelum membahayakan banyak orang." Ucap Yeojun dengan tegas.
Ahjumma pemilik restoran menarik Jiyeon ke dalam rangkulannya dan memastikan perempuan itu baik-baik saja.
Soohyun pun menghubungi panggilan darurat karena di situasi ini sepertinya lebih baik menyerahkan kepada mereka.
"Hei! Aku ini pelanggan! Tapi tidak ada yang bisa melayani dengan benar!"
Yeojun masih memegang lengan pria itu karena takut pria itu berbuat aneh dan membahayakan orang di sekitarnya. Terdengar suara mobil yang berhenti di dekat restoran. Dua orang berseragam polisi pun menghampiri, berusaha keras membawa pria mabuk itu dan barulah Yeojun melepaskan tangannya.
Polisi itu pun pamit sambil membawa pria mabuk itu. Biasanya mereka akan membantu mengantarkan pria mabuk itu pulang atau terpaksa membawa ke kantor polisi setidaknya sampai pria itu sadar. Mungkin mereka akan membiarkan pria itu tidur menginap semalaman di kantor polisi karena tidak dapat dimintai identitas untuk mengantar pulang.
Sementara keadaan restoran berubah menjadi lebih tenang. Ahjumma menghembuskan napas panjang lega begitu juga dengan Soohyun.
Yeojun pun mendekati Jiyeon lalu bertanya, "Kau baik-baik saja?"
Perempuan itu mengangguk sambil berusaha tersenyum.
"Kalian mau membeli apa?" Ahjumma pun mengganti topik sambil berjalan ke daerah yang hanya dikuasai oleh penjual.
Jiyeon melihat pelanggan terakhir di restoran akhirnya menyelesaikan makanan lalu ia dengan segera membersihkan meja. Ia tidak lupa meminta maaf atas ketidaknyamanan tadi, tetapi pelanggan tersebut justru lebih mengkhawatirkan Jiyeon terlebih sebagai sesama perempuan.
Yeojun pun bergabung dengan Soohyun yang sibuk menyebutkan pesanan. Setelah pesanan selesai disebutkan, ahjumma menyiapkan makanan dibantu dengan Jiyeon yang sudah selesai membersihkan meja. Sambil menunggu, Yeojun dan Soohyun duduk di salah satu meja terdekat.
"Kalau manajer sampai tahu, kau mungkin dimarahi." Bisik Soohyun.
"Kenapa?"
"Bahaya. Kau tidak bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh orang yang mabuk. Dia saja hampir memukul tadi."
"Aku hanya berusaha mencegah ahjussi tadi melukai orang lain. Untung kau cepat menghubungi polisi, hyung."
Soohyun menganggukkan kepalanya bangga. "Tentu. Aku juga tahu kau tidak jago bela diri."
"Terima kasih pujiannya."
Yeojun pun mengalihkan fokusnya pada Jiyeon yang sibuk membantu ahjumma menyiapkan makanan. Ia juga merasa kagum karena perempuan itu bekerja dengan sangat keras meskipun situasinya sulit.
Setelah beberapa saat, Jiyeon datang dan menyerahkan beberapa bungkus makanan yang dipesan. "Ini pesanan kalian. Selamat menikmati."
Yeojun dan Soohyun pun bersamaan berkata terima kasih. Tepat setelah itu seorang laki-laki dengan seragam kantoran masuk.
"Kau sudah datang rupanya." Sambut ahjumma.
"Ibu mau menutup restoran sekarang kan? Aku bantu bersihkan meja--"
Jiyeon langsung menghentikan laki-laki yang hendak meletakkan tasnya di kursi. "Eh oppa, tidak perlu. Aku sudah membersihkannya."
"Kau duduk saja disitu, ibu sebentar lagi selesai." Ahjumma berkata sambil merapikan barang bawaan dan tas yang ia biasa bawa.
Sementara itu Jiyeon juga mengambil tas lau berkata, "Ahjumma kalau begitu aku pamit."
"Kau mau pulang bersama kami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
shineling | yoongi jieun
Fanfictiondarkling; yang mulai gelap Pertemuan antara calon idola dan calon penggemar yang secara tidak sengaja, mengawali kisah antara Hong Yeojun dan Ryu Jiyeon. Berbagai kesamaan seperti kota tempat mereka dilahirkan, atau bagaimana impian mereka dipandang...