20

40 6 0
                                    

"Kau kemana saja?"

Berbagai pertanyaan langsung diarahkan pada Yeojun setibanya di dorm. Tadi setelah mengantarkan Jiyeon ke restoran, ia langsung naik taksi dan pulang.

Ia awalnya ingin lebih lama disana dan memastikan Jiyeon baik-baik saja, tetapi perempuan itu meminta sebaiknya Yeojun pulang.

Selain itu memang bukan hal baik jika ada penggemar yang melihat Yeojun berjalan bersama Jiyeon. Nama Jiyeon tidak pernah membaik apalagi setelah ia menghilang, jika ia bersama Yeojun maka itu hanya akan merugikan Yeojun.

"Kami sampai bekerja sama agar sopir tidak menyadari kau menghilang. Sebagai gantinya, lebih baik jika kau jelaskan apa yang terjadi." Ucap Soohyun.

Yeojun kalah. Lagipula tidak ada gunanya terus terusan menutupi fakta mengenai Jiyeon.

"Ryu Jiyeon. Dia bekerja di Restoran Chang."

"Dia? Ryuji? Sejak kapan?"

"Bagaimana kau tahu hal itu?"

"Sejak kapan kau tahu dia bekerja disana?"

Berbagai pertanyaan terus dilontarkan. Yeojun pun dengan baik menjelaskan berbagai hal, kecuali fakta bahwa ayah Jiyeon adalah direktur dari Bluebyeol dan akuisisi Pineapple tadi.

"Apa noona baik-baik saja?" Tanya Jeonwoo disela-sela.

Yeojun bingung harus menjawab apa karena ia sendiri tidak tahu keadaan Jiyeon yang sebenarnya. Dari yang ia lihat, hingga saat ini, perempuan itu tidak baik-baik saja.

"Aku yakin dia sudah berusaha semaksimal mungkin menerima situasinya."

"Dukung saja dari jauh seperti Jeonwoo itu yang masih setia mengirim komentar." Sahut Taebin.

"Tentu." Yeojun mengangguk.

"Kau selalu mengirim komentar seperti itu padanya?" Soohyun terkejut. Ia tidak percaya Yeojun mau melakukan sampai hal itu.

"Maksudku dukungan kan tidak harus seperti Jeonwoo. Aku juga bisa mengirim doa atau harapan pada bintang jatuh."

"Memang mustahil sepertinya. Kalau kau melakukannya, pasti masuk keajaiban dunia." Celetuk Soohyun.

Setelah itu mereka pun berhenti bertanya mengenai Jiyeon. Dan Yeojun bisa tenang tanpa memikirkan harus menjawab atau memberikan alasan apa.

***

Jiyeon kembali saat malam sudah larut. Tiba di rumah hampir pukul 10 malam adalah hal yang biasa baginya. Ibunya juga mengerti satu-satunya alasan Jiyeon adalah karena bekerja.

Begitu tiba di rumah, ia langsung disambut ibunya yang sedang membersihkan peralatan makan di dapur.

"Jiyeon, mau makan malam?"

Jiyeon menggeleng pelan. "Tidak, aku sudah makan bersama ahjumma tadi."

"Mau minum sesuatu? Ibu membuat teh hangat kalau kau mau."

Perempuan itu lalu mengambil gelas yang biasa ia pakai dan menuangkan teh hangat. Kemudian ia duduk di meja makan sambil meminum teh hangatnya.

Wanita paruh baya bernama Suhyeong itu lantas duduk di hadapan Jiyeon setelah selesai dengan pekerjaannya.

"Bagaimana harimu? Pekerjaanmu lancar?"

"Seperti biasanya. Ibu bagaimana?"

"Sama seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa."

Suhyeong terdiam sejenak. "Sepertinya kau sudah mendengarnya ya?" Tanyanya setelah menyadari Jiyeon yang terlihat berbeda. Sesuatu besar terjadi, yang mungkin melukai atau mengganggu pikiran putrinya itu.

Jiyeon mengangguk pelan. "Aku tidak sengaja mendengarnya di restoran."

"Maafkan ibu... jika dulu ibu bisa menahan diri, atau jika ibu sejak awal mengizinkanmu pergi ke agensi ayahmu..."

"Ibu... jangan membahas itu lagi..."

Entah bagaimana Suhyeong selalu menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya ia tidak menceraikan suaminya, mungkin mereka masih bersama sampai saat ini. Jika demikian, maka Jiyeon bisa masuk ke agensi yang dikelola ayahnya dan tidak akan terkena skandal itu.

Tetapi Jiyeon sudah mengikhlaskan semuanya. Bahkan seandainya ia bisa memutar waktu dan mencegah lubang-lubang itu terbentuk, tidak menutup kemungkinan akan ada lubang yang lain. Tidak menutup kemungkinan ia akan terjatuh di situasi yang serupa di waktu yang berbeda. Mungkin itu untuk istilah dimana manusia tidak bisa melawan takdir.

"Jiyeon, masih ada banyak jalan. Kau bisa berhenti bekerja dan mulai belajar untuk mengikuti Suneung akhir tahun ini. Ibu juga akan mencari tempat kursus bernyanyi untukmu. Juga perlombaan yang bisa membantumu. Ibu tidak akan memaksamu bekerja di tempat yang bagus, ibu hanya ingin kau mewujudkan impianmu dan memulai semuanya dari awal."

*suneung : CSAT

Jiyeon memang akhirnya lulus dari SMA di awal tahun ini. Tetapi ia tidak mengikuti Suneung dan memilih gap year untuk bekerja.

"Ibu... aku tidak akan bisa kembali. Aku juga tidak perlu kembali. Soal Suneung, akan kupikirkan. Tetapi aku tidak bisa berhenti bekerja dan membiarkan ibu bekerja sendirian apalagi membiayai kuliahku nanti."

"Impianmu... biarkan ibu berusaha mendukungmu, kali ini."

Jiyeon tersenyum perlahan. "Aku punya banyak impian. Melihat ibu bahagia adalah impianku. Melihat Jaemoon berhasil menjadi polisi juga impianku. Aku akan berusaha mewujudkan itu semua dan ibu bisa mendukungku."

"Apakah ibu pernah melakukan hal besar di masa lalu sampai mendapatkan anugerah sepertimu sebagai putri ibu?"

"Mungkin." Jiyeon tertawa kecil.

"Apapun yang ingin kau lakukan, kau bisa melakukannya. Ibu akan selalu dibelakangmu dan mendukungmu."

"Wah ada acara apa ini?" Celetuk seorang anak laki-laki yang dua tahun lebih muda dari Jiyeon. "Kenapa suasananya aneh begini?"

"Kau sudah pulang rupanya." Ucap Suhyeong.

"Hei Ryujaem! Bagaimana belajarmu? Aku kira kau akan tidur di perpustakaan."

"Noona, perpustakaan bukan penginapan. Untuk apa aku tidur disana?"

Jaemoon lantas ikut duduk di meja makan setelah meletakkan ranselnya di lantai.

"Yah siapa tahu tidur bersama buku membantu belajarmu."

"Lihatlah siapa yang berbicara." Jaemoon meledek. "Jika tidak pernah mau belajar, pasti berharap semua materi dari buku bisa langsung terserap jika tidur bersama buku."

Sebuah pukulan ringan mendarat di lengan Jaemoon. "Hei. Jangan asal bicara."

"Aku tidak menyindirmu, tapi kalau ternyata kalimatku pas sekali, yah pakailah sepatumu cinderella."

"Aku tidak tersindir karena aku tidak pernah berharap seperti itu."

Jaemoon mengabaikan kalimat Jiyeon. Ia pun menoleh pada ibunya lalu berkata, "Ibu tahu tidak? Noona selalu menaruh buku di bawah bantalnya saat tidur di masa ujian."

"Benarkah? Apa cara itu bisa menaikkan nilainya?" Kini Suhyeong ikut dalam candaan.

"Ah ibu~"

shineling | yoongi jieunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang