08

119 33 2
                                    

Perempuan itu pun membuka tudung hoodie yang ia kenakan juga maskernya.

"Saya Ryuji. Ah maaf karena saya tidak tahu jika hari ini kalian tidak menerima hadiah, tetapi saya harap kalian bisa menerima ini. Camilan untuk malam tahun baru."

Taebin maju lalu menerima dua kotak yang diserahkan Jiyeon. "Terima kasih, eh kalau begitu apa boleh kita pakai gedung ini setidaknya satu jam lagi, manajer? Ryuji-ssi sudah membawakan ini dan mungkin kita bisa mengobrol sebentar."

"Eh tidak, jangan perlakukan saya seperti itu, anggap saya seperti penggemar yang lainnya." Jiyeon merasa tidak enak jika mendapat perlakuan special. Kalau begitu, saya pamit-

"Tidak apa. Kita menyewa gedungnya sampai tepat jam 12 malam. Ini baru jam 10 lebih sedikit. Mau mengobrol dimana? Aku akan panggilkan anggota lainnya." Dengan izin Manajer Kim, tentu acara berlanjut untuk bercengkerama dengan Jiyeon.

"Kami akan duduk di kursi penonton saja. Terima kasih, manajer." Ucap Taebin sambil menunjukkan senyumannya.

Taebin dan Jiyeon pun mulai menata kursi penonton dibentuk setengah lingkaran agar lebih nyaman untuk mengobrol. Jaehoon pergi ke belakang panggung untuk membersihkan dirinya dengan cepat sementara anggota lainnya mulai berjalan ke kursi penonton.

Yeojun tersenyum ketika ia bertatapan dengan Jiyeon. Mereka duduk berjauhan, sama-sama di ujung.

"Sejujurnya aku merasa tidak enak kepada penggemar lainnya karena mendapat perlakuan seperti ini." ucap Jiyeon di sela-sela obrolan.

"Kalau boleh, aku mau mengajak semua penggemar tadi untuk acara camilan sebelum pergantian tahun." Celetuk Jaehoon yang kemudian ia menyapu pandangan memastikan tidak ada manajer mereka.

"Sepertinya Ryuji-ssi ini salah satu penggemar kita yang setia ya. Bahkan sampai datang ke acara ini. Apa kau tidak mendapat omelan dari manajer atau agensimu?" sungguh pertanyaan yang sebaiknya tidak ditanyakan tetapi tetap ditanyakan oleh Soohyun.

"Hyung, kenapa kau tanya begitu?" sahut Jeonwoo dan ditanggapi oleh kekehan kecil Soohyun. "Baiklah, maaf Ryuji-ssi, aku hanya penasaran saja."

Jiyeon tersenyum. "Ah tidak apa. Sejujurnya aku mengatakan pada manajer kalau aku pergi makan malam dengan teman sekolahku. Manajer tidak mungkin mengizinkan aku pergi ke acara idolaku."

"Eh tetapi, noona-"

Ucapan Jeonwoo langsung dihentikan oleh Soohyun. "Hei kau kenapa tiba-tiba memanggilnya noona?" ia merasa terlalu cepat untuk merasa akrab hingga memanggil noona. Sedangkan Jeonwoo memasang wajah tidak bersalah-karena menurutnya ia memang tidak salah.

"Tidak apa, panggil senyamannya saja." Jiyeon menghentikan pertempuran Soohyun dan Jeonwoo.

"Nah. Noona, terkadang berbohong demi kebaikan itu tidak apa-apa. Daripada noona mendapatkan hukuman, lebih baik berbohong seperti itu."

Jiyeon mengangguk. "Iya, sekali-sekali tidak masalah."

"Ngomong-ngomong, Ryuji-ssi, kalau boleh tahu kau lahir di tahun apa?" giliran Taebin yang bertanya.

"Hei, tidak sopan bertanya umur pada perempuan. Kau mungkin tidak tahu, tetapi noona-ku selalu merasa kesal kalau ada yang bertanya tentang umurnya." Sahut Hansol sambil tertawa kecil.

"Eh maaf kalau begitu." Taebin menyengir dan berniat membatalkan pertanyaannya.

"Tidak apa, sungguh. Aku jadi merasa tidak enak. Ah dan ya mungkin memang merasa kesal, tetapi aku tidak akan sekesal itu."

Kini Taebin bisa menunjukkan senyum kotaknya. "Sejujurnya aku hanya ingin memastikan apakah aku juga harus memanggilmu dengan noona seperti yang dilakukan Jeonwoo."

"Dia di tahun yang sama denganmu." Ucap Yeojun tiba-tiba.

Yeojun sedari tadi hanya diam dan saat ia berbicara, ia mengatakan informasi tentang Jiyeon yang ia ketahui.

"Yeojun hyung sudah seperti Naver dari Ryuji-ssi." Sahut Hansol.

"Dia Asianwiki. Atau ya hanya ingin pamer kalau sudah bertemu dengan Ryuji-ssi sebelum debut." Celetuk Namgyu. Ocehan mereka diikuti dengan tawa dari anggota lainnya sementara dua tokoh utamanya hanya bisa tersipu. Yeojun menyesali ucapannya sendiri tentang Jiyeon.

Setelah tawa reda, Soohyun kembali bertanya. Ia memiliki rasa penasaran yang tinggi. "Ryuji-ssi, kau sudah menjadi solois seperti ini, kenapa kau masih mengidolakan kami? Maksudku, bisa saja kau berhenti mengidolakan kami karena tidak memiliki waktu dan hanya fokus pada karirmu?"

"Hyung ini benar-benar ya, kenapa pertanyaannya selalu serius begitu?" sahut Jeonwoo.

"Menjadi solois, tentu kesibukan membuat waktu fangirling berkurang, tetapi sejujurnya mendengarkan musik sunbaenim atau menghadiri acara sunbaenim adalah zona atau tempat aku bisa beristirahat. Sebelum debut, ada banyak pertimbangan, berulang kali berpikir, apakah ini pilihan yang benar? Banyak orang berkata, tanpa restu orangtua maka hasilnya pasti tidak baik."

"Dan kau bisa melewati semua itu dengan baik." Yeojun meyakinkan.

Jiyeon tersenyum. "Meskipun aku masih merasa menjadi orang yang egois karena mementingkan impianku. Jika aku tidak menjadi solois, pasti aku akan lebih fokus bersekolah, mengikuti CSAT, memiliki pendidikan dan pekerjaan bagus."

"Semua orang berhak memperjuangkan dan meraih mimpinya."

"Benar. Tetapi menjadi egois juga bukan hal yang baik."

"Tidak masalah jika pada akhirnya keegoisan itu membuahkan hasil positif dan menguntungkan semua pihak. Itu lebih baik daripada kau merelakan segalanya dan tidak pernah mendapatkan kebahagiaan dalam hidup."

"Apa aku benar bisa bahagia di jalan ini, sunbae?"

"Percayalah pada dirimu sendiri dan tunjukkan yang terbaik. Suatu hari nanti, saat kau merasa berada di fase yang bahagia, mungkin kau hanya menertawakan semua kekhawatiranmu ini."

Percakapan antara Yeojun dan Jiyeon seperti menjadi topik utama dalam acara camilan malam itu.

Persoalan tentang egois dan mimpi, hampir semua remaja menghadapi hal itu. Mereka juga memiliki pilihan masing-masing, dan apapun pilihan itu seharusnya benar-benar menjadi pilhan dari hati mereka.

Entah karena hidup hanya sekali atau ini adalah hidup pertama dari empat kehidupan-kau bisa memilih percaya pada salah satunya, yang pasti setiap pilihan itu tidak boleh menjadi penyesalan. Jika demikian, maka sia-sia saja bertarung dengan keegoisan dan impian. Karena penyesalan adalah neraka terdalam di kehidupan.

"Terima kasih karena sudah menerimaku sebagai penggemar dan hoobae dengan sangat baik. Aku juga akan terus mendukung sunbaenim." Jiyeon pamit setelah acara mereka berakhir karena makanan yang habis dan obrolan yang sudah mencapai akhir.

"Ryuji-ssi, mari kita berjalan di jalan penuh bunga. Fighting!" ucap Hansol sambil mengangkat kepalan tangannya.

"Tentu, sunbae." Lalu Jiyeon berpamitan sebelum akhirnya meninggalkan gedung. Yeojun pun bangkit dari tempat duduknya lalu mengantar Jiyeon sampai ke pintu keluar gedung itu.

"Sunbae tidak perlu sampai keluar. Aku akan berjalan dari sini, sepertinya taksi yang ku pesan sudah sampai."

Yeojun mengangguk. "Baiklah. Hati-hati di jalan."

"Terima kasih sudah menerimaku dengan hangat. Aku tidak akan melupakan pengalaman berharga ini."

shineling | yoongi jieunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang