°×°
Tatapan yang masih sama.
Jujur saja, rasa lelah satu bulan itu seketika hilang saat melihat wajah wanita yang ada di hadapannya dengan satu tas yang ia berikan pada Rio.
Matanya membulat—menggemaskan, tapi Rio harus pergi karena ada pekerjaan lain yang sedang menunggu. Setidaknya rasa rindu itu sudah terobati.
Keadaan Zergan yang mulai membaik, ia sudah bisa ditinggalkan dengan neneknya, tapi sedikit takut dengan papanya sendiri, dan Rio yang menjadi pelampiasan abangnya. Setiap hari, ia selalu mendapat tendangan dari papa Zergan, tapi Rio tidak pernah melawan.
Namun siapa sangka, disaat abangnya mempermalukan ia di depan umum, sosok wanita itu muncul kembali, ia datang disaat Rio membutuhkan tempat untuk bersandar. Rio tetaplah Rio, ia tidak akan pernah mengatakan apapun masalah hidupnya, dan terkhusus pada orang yang ia sayang—Niken.
Rio tidak ingin Niken tahu dengan bebannya yang terlalu berat, kehadiran wanita itu sudah cukup sebagai penyemangatnya lagi. Namun, ia sadar dengan kesalahan yang ia perbuat pada wanitanya, dan malah membuatnya pergi. Iya, dia salah dengan perkataan yang ia lontarkan.
Padahal, semenjak Rio bertemu dengan Niken, ia langsung menjadi salah satu tujuan di dalam hidup Rio. Menjadikan wanita itu, teman hidupnya. Tapi, Rio malah menyiakan wanita itu.
Rasa sayang yang begitu besar, namun tidak bisa untuk dijelaskan. Bahkan, dirinya pun tidak bisa mengutarakan, biarkan Tuhan yang mengetahui semuanya. Bahkan, saat Rio memiliki waktu senggang di sela pekerjaannya, ia memikirkan Niken, dan dengan serakahnya ia meminta pada Tuhan.
"Jadikan Niken jodoh gue Ya Allah, tapi kalau dia bukan takdir gue, ambil saja nyawanya, karena gue gak bakal ikhlas kalau dia dengan yang lain."
Egois? Memang, Rio menyadari itu.
Bahkan ia cemburu dengan laki-laki yang sudah berbeda alam dengannya, dan termasuk laki-laki yang sering menemaninya berziarah. Entah siapa laki-laki itu, tapi dia tidak akan memiliki Niken, jika masih ada Rio di bumi ini.
Tepat kemarin, Rio ingin menemui Niken. Menjelaskan segalanya, mengatakan semua yang ada di dalam hatinya pada wanita itu. Keadaan hatinya sangat baik hari itu, abangnya yang tidak lagi marah padanya, ia bahkan memamerkan mobil baru miliknya.
Namun, siapa sangka. Mobil itu malah digunakan untuk melukai adiknya sendiri.
Sebelum menyeberangi jalan Rio sudah kenal dengan mobil yang sedang berhenti di depan lampu merah. Entah kemana abangnya sore itu, namun saat Rio melintas. Mobil itu dilajukan tepat di hadapan Rio.
Lampu merah yang masih menyala, dan seseorang ditabrak dengan sengaja. Siapa pun yang melihat itu akan terpekik tidak percaya. Suara teriakan bersamaan dengan tubuh Rio yang terbang ke udara lalu terhempas pada aspal panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Untuk Hujan ✔️
RomancePeringkat 1 🥇 dalam Event Writing Marathon 30Day's With Karoden Jateng (Tamat) Bumi memang tempat hujan berpulang Tapi, tidak selamanya bumi bertahan dengan hujaman yang datang. _____________________________________ "Ini hanya perihal Hujan atau...