Deel Vier

39 4 0
                                    

Maujudmu masih berkeliaran bebas di Savana imajinasiku, Ann. Orang-orang melihatku dengan sinis ketika aku sudah bercerita mengenaimu, "ada yang salah? Ada kekeliruan? Ada perkataan yang menyinggung? Atau ada perilaku yang kurang mengenakkan?" Kupikir bukan itu penyebabnya, Ann, mereka belum mengenalmu secara detil. Mereka hanya mengetahui aku membual dengan menyebut namamu, dengan dugaan aku tak pernah bertemu sebelumnya. Nyatanya, kau memang manusia yang dilahirkan ke dunia ini untuk menemaniku, seperti nabi Adam dan Hawa istrinya. Tapi tak bisa kupungkiri, bahwa Layla dan Majnun pun lebih mengindahkan sosok kita, Ann. Bahkan Romeo dan Juliet pernah mengisahkan kita kepada kerabat mereka, semua pernyataan itu disampaikan olehku pada catatan harianku.

(***)

Setibanya di rumah, kulucuti pakaianku dengan nafas terburu, ku memasuki ruangan tiga kali empat yang beralaskan tanah saat itu dengan empat kayu sebagai pondasi dilapisi kayu mahoni sebagai dinding yang menopang beban rumah. Ku awali dengan mengulur timba ke sumber air, perlahan ku goyang-goyang tali tampar itu, dengan perlahan dan pasti, kuangkat timba lalu mengguyur sekujur tubuhku dengan suhu air 13°C.
Kuulangi secara berkala, setelahnya kuusapkan kain untuk mengeringkan tubuhku sembari kukenakan baju dan sarungku. Sementara, Bapak baru tiba dari toko tempat ia berdagang, kusiapkan secangkir kopi untuk Bapak. Rumahku bernuansa kayu jati, beberapa ada kayu mahoni sebagai ornamen pembeda. Beberapa lampu oblek dan beberapa lukisan Bapak yang dipajang.
Setelah menunaikan ibadah, kuberanjak ke ruang berpikir dengan membawa segelas teh hangat untuk kuseduh sebagai pelengkap mengerjakan pekerjaan rumah.

(***)

Annalise Dwight Rossevelt, Tinggal di pemukiman Eropa yang terkenal kontras dengan pemukiman pribumi. Dikenal megah, dengan aksen putih dan ornamen coklat dengan gaya khas Eropa, rumah Ann bisa kulukiskan dengan ingatanku. Annalise datang ke Soerabaja untuk melakukan studi di HBS, dengan begitu Tujuan Ann kemari untuk memupuk ilmu bukan untuk mencari cinta. Tidak sepertiku yang terobsesi dengan pesonanya, aku berjalan menyusuri pemukiman itu sembari kulihat bagaimana orang Belanda itu membangun pemukiman yang begitu menyayat mataku sampai tak bisa kumiliki. Pakaianku yang kukenakan juga kontras dengan penduduk setempat namun citraku tak beralasan dengan daya yang begitu besar.
"Annalise, hoe gaat het met je? (Analis, apa kabar?)" Kumenyapanya sembari menepuk pundak yang tegap itu, Ia pun menoleh dan tersenyum dengan mengatakan,
"ohh hallo Seno, hoe gaat het met je?  lang niet gezien op school. (oh halo seno apa kabar? lama tidak bertemu di sekolah.)" Rasanya ingin kubawa pulang dan ku bumi hanguskan dunia, mengenai hari tua nanti.
Kusambut perkataannya, "ahhh, ik ga nergens heen, je bent gewoon uit mijn zicht verdwenen. (ahhh, aku tidak akan kemana-mana, kamu hanya menghilang dari pandanganku.)" Dia tersenyum simpul dengan lesung pipi kirinya.
Lalu ia menjawab, "hahaha, ik zorg nog steeds voor iets voor mijn behoeften in Nederland. (hahaha, saya masih menyediakan sesuatu untuk kebutuhan saya di Belanda.)" Aku hanya mengangguk, kutawarkan Ia untuk menikmati sore di Kali Pegirian.
"Ahhhhh, zo ziet het eruit.  enige vrije tijd?  Ik wil je 's middags naar Pegirian River brengen.  we ontmoeten elkaar daar ik wil je iets laten zien. (Ahh, begini rupanya. ada waktu luang? Saya ingin membawa Anda ke Sungai Pegirian di sore hari. kita bertemu disana aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.)" Ia tersenyum kembali dan mengangguk tanda setuju untuk menemuiku di Kali Pegirian.
Saat itu ada festival di pemukiman Eropa yang membuat bising telingaku dan aku pamit ke Annalise, "Oké, Annalise.  het is hier te lawaaierig voor mij, sorry dat ik je te lang niet kan zien, ik moet terug naar mijn huis. welterusten, mijn zwarte roos. (Oke, Annalise. terlalu berisik untukku di sini, maaf aku tidak bisa melihatmu terlalu lama, aku harus kembali ke rumahku. selamat malam, mawar hitamku.)" Sembari berpamitan dan Ia membalas, "Ook een goede nacht, mijn prins. (Selamat malam juga, pangeranku.)"

Kiasan yang mendasar mengenai Annalise adalah kutipan yang kugunakan saat kutemui Ia di gelapnya malam seraya berkata, "Kau makhluk paling indah yang pernah kutemui." Lalu Ia menjawab sembari menoleh ke arahku dan tersenyum, "Itu karena kau menemuiku dalam gelap."

Bersambung...

Sedikit teriakan lewat lagu It's Only Me, yang dibawakan oleh penyanyi Indonesia dengan ketersediaan imajinasi yang ditawarkannya, di beranda rumah Annalise, 29 September 2021.

AnnaliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang