Deel Tien

16 2 0
                                    

Setibanya aku di suatu siang, tepat di pinggir kota, kemajemukanmu mulai memudar. Persoalan mengenai induk pikiran mulai melahirkan anaknya, dengan berbagai perspektif di permasalahan yang dihadapi. Tanpanya hampa, tiadanya gelap yang menjelma aku. kalimat-kalimat mulai berjatuhan, sedikit banyak telah bersimbah darah. Peluh yang dipelihara sampai kapan aku bermigrasi dari gundah gulana yang muncul dari berbagai sumber. Aahhh, entahlah kejadian macam itu hanya wacana untuk memindahkan data dari pikiran menjadi suatu hal yang kompleks untuk ditanggapi, sedang aku masih menjadi orang lain untuk dirimu yang menjadi diri sendiri.

#1

Ann, mengagetkan, Seno, dalam lelap yang singkat itu, sampai pada akhirnya, Ann, pergi meninggalkan secarik surat yang ditulis. Seno membaca dengan seksama dan dengan teliti sampai pada tahap menafsirkan, "apa yang dia maksud?"

#2

Setibanya, Ann, di rumah lalu disambut oleh pelayan setia keluarga Rossevelt, sehingga tak heran kalau keluarga Van Gogh menjadi pelayan setianya. Sudah generasi kelima mereka yang mengabdikan hidupnya pada keluarga, Annalise. Hari semakin gelap, tiada menit yang terlepas dari genggaman, Ann, memacu dengan perlahan sampai klimaks didapatkan.

Tak ada yang tersisa, tidak sehelai benang pun yang dia kenakan. Tubuh erotis itu bergerak mengikuti alur permainan, dengan payudara yang mengguncang dengan teratur, sampai rambut pirang, Ann, menyebar berantakan dengan pola yang ia lantunkan dengan penuh gairah. Puncaknya ketika dia mengerang kenikmatan, sampai tersungkur lemas.

Akhirnya dia tertidur dengan posisi yang sama dan masih menyatu dalam ikatan yang dia sebut kenikmatan.

#3

Seno tiba di rumah dengan pikiran kalut yang membasahi otaknya, dia masih menerka apa yang ingin disampaikan, Ann, secara tertulis dan apa yang sedang dia rasakan?

Seno, semakin kepayang dibuatnya, lalu dia bergegas mengambil kain dan melangkah ke arah kamar mandi. Tak tenang pikiran, Seno, dengan kecamuk masalah yang dipikirkannya.

Seusai membersihkan tubuhnya, wajahnya menjadi pucat pasi, senyumnya menghilang dari lekuk bibir samping, Seno. Kemuraman terjadi begitu lama, dan dia menyerah untuk merengkuh pikirannya. Tidurlah, Seno, dengan rasa penasaran.

#4

Mentari menyambut kekalutan mental, Seno, saat itu. Disambut dengan hangat, perlahan menyinari tempat berukuran 10x15 bergaya Jawa Tengahan, yang dia sebut rumah.

Sesaat ketika pagi menjelang, Seno, terbangun dari mimpi buruknya lalu kembali kekenyataannya. Memulai aktivitas seperti biasa, kemudian bergegas menuju sekolah.

Ann, berada di tempat duduk yang biasa digunakan, Seno. Dia berlari ke arah, Ann, dengan sigap menanyakan.

"Apa maksud dari surat yang kamu tulis? (wat is de betekenis van de brief die je hebt geschreven?)" dengan gestur penasaran dan dengan keringat yang dihasilkan dari berlari tadi.

"Akan kujelaskan ketika pulang nanti. (Ik zal het uitleggen als ik thuis ben.)" Ketegasan, Ann, memberikan jawaban yang mengagetkan, Seno.

Bersambung...

(###)

Setiap permasalahan memiliki waktunya sendiri, ada yang akan selesai, ada yang akan usai, ada yang memulai, tenangkan pikiran dan rasa. Kemudian, lucuti perkara dengan kepala dingin, amarah akan bekerja ketika ada pemantik yang menyulut bahan bakarnya. Setelahnya, sudah cukup, di pelataran rumah hampa, 27 Feb 2022.

AnnaliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang