Deel Acht

33 3 2
                                    

Halo sobat, bagaimana kabarmu hari ini? Apakah baik-baik saja? Tentu kalian menanti dengan sabar bagaimana penulis berjuang melanjutkan cerita yang selalu tertunda dengan aktivitas padat yang menguras tenaga. Hahaha, tentu dari kalian ada yang menanyakan bagaimana kabar, Annalise? Lalu, bagaimana kelanjutannya? Apakah stagnan di situ-situ saja? Atau dia menghilang? (Seperti doi yang memberi harapan lalu menghilang di telan bumi, hahaha hanya gurauan) lebih dari dua puluh delapan hari, Putra Fajar, tidak menghiraukan, Ann, sama sekali dikarenakan kurangnya endorfin yang diterima oleh dia, hahaha. Terkesan berlebihan, tapi ya begitulah penulis yang memanfaatkan suasana hati untuk menulis cerita akan berbeda ketika dipengaruhi oleh tenggat waktu yang ditentukan. Terkesan produktif memang, tetapi cita rasa yang diberikan kurang mendalam. Tapi, balik lagi perspektif setiap orang tidak akan sama satu sama lain, kecuali ada kesepakatan paham yang telah disatukan. Untuk sekarang, daripada menunggu pelangi muncul, lebih baik nikmati saja hujannya.

(***)

#1

Ann, terlihat di lorong dekat sekolah sedang mengurai rambutnya dan banyak teman yang mendekatinya. Entah sekadar kenal atau basa-basi terhadap, Ann yang tak begitu terbuka kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk mendekati, Ann, dengan memberinya coklat dan buku "Dunia Anna" karya Jostein Gaarder yang mengisi waktu senggangnya. Ann, suka dengan dunia paralel meskipun dunia seperti itu belum jelas keberadaannya tetapi sisi lain pandangannya mengatakan bahwa, "tidak ada dunia yang terhubung, meskipun dalam suatu waktu yang berbeda." Ungkapan tersebut terasa dekat dengan kita yang berada di dunia fana ini, terkadang logika harus ditabrak oleh imajinasi yang dikedepankan. bahkan bunga Wisteria tumbuh hanya di musim panas, tapi nyatanya tidak. Bunga tersebut bahkan tidak ada di mesin pencari Google, dengan begitu dunia paralel hanya bentuk rekayasa yang didapatkan dari hasil imajinasi.

Sementara pembahasan, "cara mendekati, Ann", sudah berlalu mari dilanjut ke pembahasan yang lebih serius. Ann, sering tidak masuk sekolah. Sehari masuk hari berikutnya tidak ada di sekolah, hampir tiga bulan lamanya ia seperti itu dan tidak ada yang menanyakan, kenapa? Tapi ya sudahlah, Ann, memunyai keluarga yang sedikit ruwet dalam memanajemen waktu, berpesta memang sudah menjadi tradisi keluarga, Ann. Sehingga, secara tidak langsung kebiasaan tersebut mengakar dalam ingatan, Ann. Gaya hidup eksentrik sudah dianggap biasa, dengan buasana yang nyeleneh mereka tidak memerdulikan hal itu.

Ann, juga seorang manusia, dia perempuan yang juga memiliki kekurangan serta kekuasaan atas dirinya. Ann, pernah menjadi budak nafsu dari saudaranya sendiri, yang telah lama ia sembunyikan. Bahkan keluarganya tidak ada yang tahu mengenai hubungan intim Ann dengan saudara yang bernama Robert Pattinson Van Houghton. Dia pemuda rupawan yang berada di keluarga atas, pola hidup hingar bingar sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Tingginya 187 cm, dengan berat sekitar 87 kg, yang ditunjang oleh badan berisi dan atletis serta rambut pirang sebahu. Bulu matanya lentik dengan rambut disekitar pipi, janggut, dan kumisnya, menambah aksen maskulin pada pria ini. (Ehem, idaman kalian nih ladies) meskipun demikian, kebiasaan buruknya adalah mengganggap bahwa wanita hanya sebagai budak nafsu, dan itu sudah ditanamkan oleh keluarganya. Ann, adalah korban dari paham tersebut, yang menghantarkan pada arus di mana, Ann, hanya menjadi mainan bagi Robert, sehingga ia bebas melakukan apapun dan dimana pun kepada, Ann. (Penulis geram dengan tingkahnya yang belagu)

#2
Suatu sore Darma Seno sebelum gelap ia mengunjungi tempat di mana ia biasa melukis tentang kedamaian hatinya. Bahwa tidak ada suatu hal yang dipertemukan lalu dipisahkan tanpa alasan. Sebegitu keras, Seno, memikirkan bagaimana cara menemukan, Annalise. Untuk saat ini, Seno, hanya berupa tubuh yang diberi nyawa untuk bergerak dan melakukan aktivitas seperti biasa tanpa mempunyai keinginan apapun. Dengan begitu, ia merujuk pada pola hidup yang dulu, sebelum mengenal siapa sosok, Annalise, yang sudah menjadi bunga Viola Alpina bagi Seno.

Ada rasa marah, kecewa, sedih, depresi, rindu, yang bercampur aduk dengan darah yang ia minum bersama keringatnya. Sampai tegukan terakhir, Seno, masih belum bisa memastikan apakah, Annalise baik-baik saja dengan tidak mengunjunginya dalam waktu yang lama. (Sedih bercampur amarah juga kalau lihat, Seno seperti itu. Bagaimana sih penulisnya, kenapa harus ada adegan sedih?) Seno, tubuh yang sehat dengan jiwa yang kosong akan berjalan pada sehelai benang merah yang ia tarik pada perjalanan yang sia-sia, dengan begitu berkacalah pada mata yang berkaca-kaca, panggilah kami dalam sebuah keberanian yang paling purba.

#3

Teruntuk Ann, pesan yang aku sampaikan berupa kalimat tak bermakna. Jadi, pahamilah dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Bulan masih menjemputku
Bintang masih mencariku
Bahkan, malam masih menghampiriku
Kenapa kamu tidak?

Anggur masih memabukkanku
Kopi masih membuatku terjaga
Teh masih membuatku hangat
Kenapa tidak denganmu?

Syal merah rajutan benang wol
Masih kusimpan dalam almariku
Sampai berdebu dan tak kunjung kau sentuh
Kenapa tidak kau ambil dariku?

Bukankah itu rindu?

Kutulis surat ini agar kau datang lalu memeluk tubuhku dan berkata, "Aku juga rindu (ik mis jou)."

#4
Begitulah kira-kira surat yang kutulis agar kau berikan lagi jiwamu kepadaku, tanpa syarat dan aku akan menunggu sampai pelangi itu tiba.

Bersambung...

(***)

Urusan dunia paralel yang masih kupikirkan dengan diriku yang tak berujung pada titik temu, di beranda rumah tangga, 25 Jan 2022.

AnnaliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang