Terhitung sudah dua minggu sejak hari itu radit lebih banyak diam dan hanya berbicara seperlunya saja, kecuali pada putra bungsunya sebisanya ia membuat putra kecilnya selalu merasa nyaman berada didekatnya, mengawasi setiap gerak-geriknya, bahkan ia rela tidak bekerja selama dua minggu hanya untuk menemani putranya, membuat semua anggota keluarganya terheran-heran. Menurut mereka radit memang paling menyayangi putra bungsunya tapi ini semua sungguh berlebihan dan aneh, apalagi jika papa atau anak-anaknya yang lain bertanya ia hanya diam tidak menjawab, bagaimana tidak curiga coba ???
Tapi bagi affa yang belum tahu apa-apa keberadaan papanya seperti ini adalah hal yang paling diinginkannya, karena biasanya papanya itu akan berangkat bekerja dipagi hari dan hanya menemaninya saat sarapan juga saat sore hari tapi sekarang papanya menemaninya 24 jam full.
Seneng deh dedek affanya......
Seperti saat ini affa sedang ada dipangkuan papanya dan sedang menggambar, karena sekarang sekolahnya libur ia jadi bisa semakin bermanja pada papanya.
Arga menatap jengah putra bungsunya, sebenarnya ia tidak masalah kalau radit selalu memanjakan affa tapi ini sudah keterlaluan, putranya itu melupakan semua kewajibannya yang lain.
"sudahlah radit biarkan hidup putramu itu tenang" ucapnya sedikit sarkas.
"aku hanya menjaganya pa, apa salahnya?" jawabnya sensi, entahlah akhir-akhir ini ia selalu sensitif jika ada yang menyuruhnya melepas putranya walau hanya sebentar.
"oh ya ampun... putramu itu hanya bermain dia tidak akan pergi meskipun kau menurunkannya" peringat papanya.
Mendengar kata "pergi" sontak membuat radit mengeratkan pelukannya dan menatap tajam papanya membuat dahi arga berkerut heran. Oh ayolah pikirannya sedang berkecamuk saat ini tentang kondisi kesehatan putranya belum lagi soal kedatangan reno tempo hari.
"apa ?" tanyanya lewat mata.
Raffa yang merasa tidak bisa bergerak mulai merengek.
"papa adek gak bisa gerak, jangan kenceng-kenceng meluknya" rengeknya mengalihkan atensi radit.
"eh.. maaf sayang" ucap radit merasa bersalah.
"papa affa ma_"
"sekarang waktunya affa tidur sudah jam 11" ucapnya memotong perkataan putranya.
Affa yang mendengar itu langsung cemberut, pipi tembamnya menggelembung lucu membuat radit terkekeh "gak mau bobok belum ngantuk" tolaknya.
"sekarang sudah waktunya tidur adek"
"gak mau, mau main aja adek capek tidur terus"
"affa harus tidur nak biar cepat sembuh, papa janji deh kalau affa mau tidur nanti affa minta apa papa turutin" tawarnya.
Melihat wajah papanya yang menatap penuh harap membuat affa luluh juga "ya udah deh, tapi nanti main lagi ya !" pintanya dengan ekspresi bayinya.
"ok siap bos kecil" jawab radit senang.
"janji?" affa menyodorkan kelingking kecilnya dan dibalas serupa oleh radit.
"janji".
Radit segera beranjak dan menggendong affa ala koala.
"aku temenin affa tidur pa" pamitnya lalu melenggang pergi meninggalkan arga dengan segudang pertanyaan, masih jelas teringat dikepalanya gurat ketakutan dan kekhawatiran yang tercetak diwajah putranya tadi, lantas apa yang membuat putranya seperti itu ???
Radit menyelimuti putranya sebatas dada dan mengecupnya lama "sleep well beby boy tetap sama papa ya nak" lalu beranjak pergi.
Setelah menidurkan affa tadi radit memilih pergi keruang kerjanya dan menatap foto mendiang istrinya.
"aku takut san, aku takut dia ambil affa dari aku" lirihnya. Ia mengusap air matanya dan menatap foto yang lain, foto putra bungsunya saat pertama masuk SMA.
"papa tidak akan sanggup jauh dari adek" gumamnya.
Ia terlalu larut dalam kesedihannya sampai tidak sadar bahwa dibelakangnya sudah ada papa dan putra sulungnya
"papa!!" panggil daren lembut, radit tersentak lalu menoleh.
Wajah sembabnya berhasil menarik perhatian dua orang berbeda usia itu untuk menatapnya lebih intens.
"papa ngapain disini ? kamu juga daren, jangan lihat papa seperti itu!" peringatnya.
"harusnya papa yang bertanya seperti itu padamu boy, kau ini kenapa?" tanyanya balik.
"aku ?" menunjuk dirinya sendiri "Memangnya kenapa? Aku tidak papa" elaknya .
"kau menangis dan masih bisa bilang tidak apa-apa ?"tanyanya memojokkan.
"aku tidak apa-apa kalian tenang saja" jawabnya enteng.
"apa papa tidak ingin bercerita ? aku mendengarnya tadi saat papa berbicara dengan foto mama" tanyanya mengabaikan peringatan papanya tadi.
"ka kamu dengar daren?" tanyanya gugup.
"iya pa, maaf tapi aku tidak sengaja mendengarnya"
Arga merangkul putranya dan membawanya kesofa panjang diujung ruangan agar lebih nyaman dan diikuti oleh daren.
"katakan nak, ada apa?"
Setelah keheningan yang cukup lama akhirnya radit mau membuka suara.
"dia kembali pa" ujarnya pelan.
Ia lelah, sungguh lelah menahan semua ini sendiri dan terlalu larut dalam ketakutannya, mungkin ini yang terbaik dia juga pasti membutuhkan keluarganya untuk menjaga permata kecilnya.
"apa dia mengancammu?" tanyanya serius.
Radit mengangguk "dia bilang akan mengambil affa pa, aku takut" lirihnya, sedangkan daren menatap tidak mengerti dua orang dihadapannya, siapa yang dimaksud papanya ? yang dia tahu papanya sedang takut kehilangan permata kecil mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
REALLY LOVE YOU
Ficción General"remaja manis dan imut " itu adalah kata yang selalu diucapkan pada anak itu oleh semua orang yang melihatnya , semuanya menyayanginya dan akan langsung jatuh cinta padanya. "afa, namaku adalah afa salam kenal semua !!!! "