TUJUH

1.3K 87 2
                                    

Awan kelabu masih bergelayut manja pada sang langit, sesekali masih meneteskan titik gerimis. Affa masih betah begelut dalam selimut tebalnya, tubuhnya terasa dingin padahal penghangat ruangan masih menyala.

Bukan..... bukan tubuhnya yang kedinginan tapi hatinya yang kedinginan merindu sosok bidadari tak bersayap yang orang-orang panggil dengan sebutan "ibu" , ia bahkan tidak tahu seperti apa wajah asli nya selain dari foto.

Affa menghela nafasnya sedikit kasar lalu duduk dan menatap kosong pada balkon yang terhalang pintu kaca.

Bagaimana ya rasanya pelukan ibu ? apakah hangat seperti papa-nya?

"affa rindu mama meskipun affa tidak pernah melihat mama, apa mama  juga rindu ?" tanyanya lirih.

Dan lagi-lagi ia hanya menemukan keheningan yang menjawabnya. Bukan sekali dua kali ia memikirkan ini tapi ia tetap tak menemukan jawaban.

ceklek

Pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok pria paru baya yang menatap sosok kecil dihadapannya dengan lembut ia tersenyum sedih terlampau paham dengan suasana hati putranya saat ini.

"adek!!!" panggil radit.

Affa menoleh"papa" gumamnya.

Radit menghampiri sang anak lalu membawanya kepelukannya ia bisa merasakan suhu tbuh anaknya menghangat sepertinya ia akan demam. Tadi setelah pulang sekolah affa kembali drop dan mengalami demam.

"affa kenapa?" tanyanya basa-basi.

"affa rindu mama pa!" ia semakin mengeratkan pelukannnya. Radit berusaha mengontrol dirinya, jujur saja waktu 13 tahun tidak cukup untuk bisa menyembuhkan hatinya dari sakit sepeninggal kekasihnya. Tapi mau bagaimanapun ia harus tetap kuat untuk anak-anaknya terlebih affa.

"affa mau kerumah mama nak?"

"boleh?" affa bertanya dengan mata berbinar.

Radit mengangguk "tapi setelah affa sembuh ya !"

"masih lama" keluhnya.

"tidak akan lama kalau affa istirahat banyak-banyak" ucapnya.

.........................


"hiks hiks hiks" affa menangis sesunggukan dalam gendongan sang ayah. Affa semakin rewel karena malam ini panasnya bukannya turun malah makin tinggi.

"udah ya dek jangan nangis terus nanti malah sesek sayang !"

"sakit pa pusing" lirihnya.

"adek tidur ya tadikan sudah minum obat nak"

"gak mau panas"

"cup cup cup adek ganteng kakak gak boleh nangis " ucap aska.

Sekarang ini kamar affa diisi oleh semua keluarga minus arga yang sedang diluar kota.

"mau gege" rengeknya tiba-tiba. Alghi dengan sigap mengambil alih sang adik dan mengajaknya kekamar.

"cup cup cup adek jangan nangis ya kan sudah sama gege"

"hiks hiks"

Makin lama tangis affa makin pelan dan akhirnya tak terdengar. Alghi merasakan pundaknya  menghangat, awalnya ia pikir itu keringat adiknya tapi saat ia mencoba membangunkan sang adik ia terkejut karena darah keluar dari kedua  lubang hidung adik manisnya.

"affa affa masih dengar gege kan sayang?"

Affa masih berusaha sadar" pus_sing!" lalu sedetik kemudian netra indahnya terpejam erat.

"affa affa bangun adek!!!!" ia berteriak kalut. Dengan kalang kabut ia mambawa tubuh kecil adiknya menuju RS dan diikuti oleh semua anggota keluarganya.

"bertahan sayang jangan tinggalkan gege" lirihnya sambil mengecup mata sang adik yang tertutup.

REALLY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang