DUA PULUH

313 20 0
                                    


"AFFAA!!!" teriaknya.

Radit segera menghampiri sang anak yang sudah kesusahan bernafas dengan tangan meremat dada kirinya.

"affa!! hey anak papa sayang lihat papa nak !" ia berusaha mengembalikan fokus anaknya dengan menepuk pelan pipinya.

"pa pa sak kit" ucapnya terbata.

"iya sayang tenang ya kita ke-RS sekarang" ucapnya menenangkan, namun baru saja ia akan mengangkat anaknya tiba-tiba affa mengerang.

"argh sa hahh ki t akh"

Radit makin kalut, ia memepercepat langkahnya menuju mobil tanpa peduli pada teriakan anggota keluarga lain yang menanyakan keadaan affa.

Didalam mobil keadaan makin memburuk ia kembali mengingat perkataan dokter avan bahwa fungsi jantung affa hanya bersisa 40%.

"CEPAT PUTRAKU KESAKITAN ATAU  KEPALAMU KUTEBAS" teriaknya. Sopir itu hanya bisa mengangguk dan mengemudi dengan kecepatan tinggi.

"pa hhh pa sa hhh kit"

"iya sayang bertahan ya" ia menggantikan tangan affa yang mencengkeram dadanya.

"ses hhh sakhh argh" affa makin mencengkeram erat dadanya tapi yang radit rasakan hanya genggaman lemas.

"putra papa kuat hem?"

Affa mengeleng pelan "af fa gak hhh ku argh sa hhh kit"

"gak, affa kuat kok" sanggahnya meyakinkan anaknya.

"aff hha gak uhuk uhuk uhuk akh" tiba-tiba affa memuntahkan darah dari mulutnya.

"affa" ucapnya bergetar lalu menangkup wajah affa agar kepalanya tetap tegak.

"pa uhuk uhuk hoek uhuk hhhhh stttt" 

Tangis radit makin pecah saat darah yang keluar makin banyak membuat wajah pemuda kecil itu makin pucat pasi.

"affa kamu kuat nak jangan begini" lirihnya tepat disamping telinga affa.

Nafasnya makin tersenggal "ca-pe-ek" lirihnya.

"jangan sayang papa mohon !!!"

"ngan tuk pa" ucapnya makin lirih bahkan matanya sudah hampir tertutup.

"nggak nggak boleh affa ha_"

Ucapan radit terpotong karena tubuh putranya tiba-tiba mengejang hebat.

"ya allah affa kamu kenapa nak? papa mohon jangan begini !"ucap radit panik.

Tidak ada respon berarti dari affa hanya matanya saja yang menatap keatas hingga tersisa putihnya membuat radit langsung memeluk erat tubuh kecil affa, lantas menggeleng ribut saat merasakan tubuh itu terkulai lemas.

"affa bangun nak bangun sayang" racaunya.

Sesampainya di Rumah Sakit affa langsung ditidurkan dibrankar, brankar affa didorong tergesah oleh bebarapa perawat keruang ICU dengan radit yang masih terus menggenggam tangan si bungsu, ia bisa merasakan affa membalas lemah genggamannya.

"adek!" panggilnya lembut sambil bercucuran air mata.

Affa mencoba untuk membuka matanya walau berat dan menatap sayu pada papanya.

"pa_" baru saja ia akan bersuara tapi dadanya kembali sakit.

Lalu......

"Uhuk uhuk hoek" darah kembali keluar dari mulut kecil affa hingga mengotori sebagian wajah kecil pemuda itu lalu dengan perlahan mata itu kembali tertutup.

"AFFA AFFA AFFA BANGUN NAK BANGUN SAYANG JANGAN BEGINI NAK !!!" teriak radit.

Ia seperti orang kesetanan berteriak-teriak dan terus mengguncang tubuh kecil affa, semua orang tidak ada yang berani melarangnya karena mereka tahu siapa radit hingga tangan besar arga membawa putra bungsunya menjauh dari ruang ICU.

Saat ini mereka semua ada di-RS milik keluarga JARENDRA, affa langsung dibawa keruang ICU karena keadaannya menurun drastis. Semuanya tampak kacau terlebih radit, ia merasa ini salahnya kerena membuat affa tertekan dan marah. Keempat putra radit yang lain yang tadi menyusul dengan mobil lain juga sudah sampai, arga menepuk pundak putranya.

Ia menoleh menatap sendu papanya "pah" panggilnya lirih.

"kau harus kuat boy setidaknya untuk putramu" nasihatnya.

"ini semua salahku pah" sesalnya.

"sudah ini bukan salah siapa-siapa boy, putramu bukan butuh air matamu dia butuh do'a-mu" ujarnya.

Radit mengengguk.

Sedangkan didalam ruang ICU keadaanya makin tegang.

"dokter detak jantung pasien melemah" ucap salah satu perawat.

"dokter pasien henti jantung" ucapnya lagi.

"cepat !! siapkan desfibilator"

1

2

3

"CEAR!!"

Tubuh affa terangkat namun hasilnya tetap sama, dokter itu tidak menyerah.

"sekali lagi" ia menyeka peluh didahinya, jantungnya berdebar karena rasa takut yang lebih mendominasi saat ini, bagaimana tidak ? yang ia tangani sekarang adalah seorang PANGERAN JARENDRA.

"bertahan bayi kecil" batinnya.

"siap"

1

2

3

"CEAR"

Lagi-lagi tubuh itu terangkat.

Dan...

"detak jantung pasien kembali" seru seorang perawat.

"hahhh" dokter itu bernafas lega, akhirnya pasien kecilnya selamat.

"siapkan ventilator dan oximeter, dan jangan lupa infus darah" peringatnya.

Ceklek

Setelah menunggu hampir dua jam akhirnya dokter itu keluar.

"bagaimana keadaan putraku?" tanya radit tak sabaran dengan nada dinginya.

Tubuh dokter itu menegang "gila bener ni orang kayak kulkas" batinnya.

"cepat jawab!!" sentaknya kerena dokter itu tak kunjung mendapat jawaban.

"tananglah boy biarkan dia menjawab" ucap papanya.

"keadaan tuan muda sudah stabil walaupun sempat henti jantung selama sepersekian detik, namun keadaannynya masih lemah dan pernafasannya masih berat jadi harus lebih dipantau lagi di ruang ICU kalau besok pagi keadaanya sudah membaik tuan muda bisa dipindahkan keruangannya" jawabnya sedikit gugup.

"dimana avan?" tanya opa

"dokter avan sedang keluar kota tuan" jawabnya sopan

"sudahlah pergi !!" usir radit tanpa persaan lalu menghampiri putranya dan menggenggam tangan kecil putranya yang terasa dingin.

cup cup

Ia mengecup kedua mata putranya yang masih tertutup dengan lembut dam merapikan rambutnya yang lepek akibat keringat.

"maaf sayang maafkan papa, tolong bertahan sebentar lagi ya nak, jangan tinggalkan papa" lirihnya sambil menempelkan tangan putranya pada pipinya, merasai dingin yang merambat keseluruh tubuhnya dan meciptakan rasa sakit tanpa luka dihatinya.

REALLY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang