ENAM

1.7K 104 0
                                    

Dan disinilah mereka radit, daren,  alghi, arsen, dan juga aska menemani pangeran kecil mereka yang sudah seperti kelinci berlarian kesana-kemari tanpa tahu tatapan khawatir dari semua keluarganya.

Radit sengaja memilih mall ini karena tampak lebih sepi dan jadi ia tidak takut putra kecilnya hilang.

"adek jangan lari-lari nanti kamu ilang loh" ucap arsen namun tak dihiraukan oleh adik manisnya.

Affa masih terus berlari sampai matanya menatap tokoh boneka ia berbalik arah dan menggeret tangan sang gege.

"adek mau kemana?"

"kesana ge beli beruang affa mau beruang" ucapnya antusias.

Alghi langsung menghentikan langkanya yang otomatis affa pun ikut berhenti dan hampir jatuh kalau tidak ditahan oleh alghi.

"gege ayo nanti beruangnya keburu habis" ia mulai merengek.

"ha ? adek ngapain beli beruang? buat apa?" tanyanya bingung.

Apa tidak ada sesuatu yang lain yang bisa dibeli adiknya?, kenapa juga harus beruang. Bukannya apa, adiknya itu kecil dan beruang ? bayinya saja sebesar adiknya bahkan mungkin lebih.

"buat main lah ge, yang besar" ucapnya sewot karena gegenya tidak kunjung bergerak.

Alghi tak habis pikir dengan adiknya ini beruang ? yang besar ? yang benar saja.

"adek mau minta apa sama gege ?" tanya daren yang tahu-tau sudah berjongkok disamping affa.

"affa mau beruang abang tapi gege gak beliin"

"ha ?" wajah daren cengo dibuatnya.

"adek beli yang lain aja ya ? lagi pula disini gak ada beruang" ucapnya lembut.

Tapi tanpa diduga bukan anggukan yang diterimanya malah suara isakan kecil, affa kesal karena sejak tadi tidak ada yang menurutinya.

"hiks mau hiks beru hiks ang" ucap affa sesunggukan.

"adu adek jangan nangis sayang"

"abang hiks jahat"

Radit yang melihat itu langsung menggendong putranya

"loh ini adeknya kenapa dibikin nangis bang?" tanyanya panik.

"abang hiks sama gege jahat, pelit juga hiks papa" ucapnya.

Sedangkan daren dan alghi hanya diam saat dinistakan adik mereka, belum saja papanya mendengar permintaan bungsunya.

"ya ya nanti papa hukum mereka tapi sekarang berhenti nangis sayang nanti sesek"

"tapi hiks affa hiks mau beli beru hiks ang papa"

Radit terdiam sesaat mendengar permintaan sang anak, ia tahu affa itu memang random tapi ini ? beruang ? what the ?

"tapi beruang itu bahaya nak, nanti dia bisa makan adek" radit memberi pengertian.

"emangnya boneka bisa makan adek ya ?" tanya affa polos.

Tunggu apa tadi ? jadi sangn pangeran kecil ingin boneka ? bukan yang asli.

"jadi adek ingin boneka?"tanya aska

"ehm ehm"

"aduh ngomong atuh dek papa kan jadi salfok nak, ya udah kita beli" putus radit.

"boleh?" tanya affa senang.

"tentu" ucap mereka serempak.

"ayo papa affa mau yang besar yang warna coklat biar bisa peluk affa"

"ok meluncur!!!!!"

Setelah puas berbelanja dan makan mereka memutuskan untuk pulang affa sudah tertidur dengan kepala di pangkuan daren dan tubuhnya dipangkuan aska.

Radit berkonsentrasi penuh tapi tanpa diduga ada sebuah mobil hitam menyalipnya, dalam sekejam ia seperti melihat orang dibalik kaca kemudi itu tersenyum remeh kepadanya. Senyum yang amat dikenali olehnya dan membuat fokusnya pecah alhasil mobilnya hampir saja menabrak tiang listrik.

"papa awass!!!!!" teriak alghi

Dan..

Cittttttt

Untung saja responnya bagus, ia segera memeriksa keadaan putra-putranya setelah mengerem mendadak tadi.

"kalian gak papakan?"

"iya papa"

"ughh"

"adek?" seru mereka panik

"a_dek kaget ughh... sa-kit" ucap affa tercekat.

"kita kerumah sakit" ucap daren.

"pulang"ucap affa lemah.

"tapi dek_"

"pu hiks lang"

Mereka makin panik saat affa malah menangis membuat nafasnya makin tersenggal.

"ya udah kita pulang"

Sesampainya dirumah, affa sudah tidur setelah radit memanggil dotker pribadi affa, beruntung itu hanya serangan kecil.

Pagi hari ini rumah sudah sangat ramai, siapa lagi kalau bukan kang rusuh yang merengek meminta sekolah padahal kemarin dia baru saja drop.

"adek mau sekolah kakak" ucap affa ngotot.

"tapi adek belum sembuh"

"adek gak papa kak adek udah sehat, nih lihat adek udah bisa loncat-loncat"

"eh eh eh jangan lompat-lompat, ya udah adek sehat kakak percaya"

"jadi boleh sekolah?"

"adek .....tunggu adek bener-bener sehat aja ya"ucap alghi

Tatapan affa menyendu "kalau kayak gitu affa emang gak akan pernah sembuh"

"adek kok ngomog gitu sih"

"emang gitu kan?"

Radit menghela nafasnya dan menemui anaknya.

"ya udah adek boleh sekolah tapi dengan satu syarat adek gak boleh capek-capek, ok ?"

"papa!!" ucap ketiga anaknya bersamaan.

"gak papa boy" ucap sang ayah akhirnya merekapun menyerah.

"ok papa"affa tersenyum senang.

Sesampainya disekolah affa menggenggam tangan devan dan beranjak menuju kelas, tadi saat istirahat affa tidak mau kekantin malah memaksa para abangnya untuk melihat pertandingan basket dilapangan, alhasil mereka makan disana dan membuat lapangan riuh karena para gadis yang tersihir oleh ketampanan devan dkk.

"abang!" pangil affa membuat davin menoleh.

Tanpa aba-aba affa langsung memeluk davin.

"kenapa?"

"affa capek"

"minta gendong?"

"ehm ehm" affa manggut-manggut .

Tubuh devan yang kekar dengan mudahnya menggendong affa ala koala bahkan jika dilihat dari belakang affa tidak akan terlihat kalau saja kakinya disembunyikan.

"affa tidur ya bang !"

"iya"

Devan menjawab affa singkat tanpa tahu kalau wajah affa sedikit pucat begitupun sahabatnya yang lain karena affa kareburu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher devan.

REALLY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang