DUA PULUH TUJUH

234 16 0
                                    

Reno keluar dari mobilnya dengan nafas memburu dengan dibelakangnya ada juan yang diam-diam mengikuti langkah besar sahabatnya. Ia khawatir melihat keadaan reno. Ia membuka pintu dengan kasar dan langsung mengamuk dan membanting semua benda yang ada dihadapannya. Semua pekerja yang ada disana tidak ada yang berani menghentikan tuannya.

PRANG  PRANG

BRAAKK

KRAKK

Juan tercengang saat melihat ruang tamu reno yang seperti kapal pecah, kursi-kursi berserakan, vas bunga pecah dimana-mana bahkan isi etalase yang biasanya selalu rapi dengan bingkai-bingkai foto itu sudah hancur.

"AARRRGGG KENAPA DIA KEMBALI TUHAN ? KENAPA ? APA TIDAK CUKUP RASA SAKIT ITU DULU" teriak reno ia masih terus mengamuk dan melempar  sana-sini.

"GUE BENCI MEREKA ! GUE BENCI"

Melihat iTi juan segera memeluk tubuh sahabatnya mencoba untuk menghentikan aksi gila seorang reno meski ia terus memberontak.

"ren berhenti !!" ucapnya.

"nggak lepasin gue ju ! lepas"

"gak sebelum lo berhenti" tegasnya

"LO NGGAK TAHU RASANYA JU LO NGGAK_"

"GUE NGGAK TAHU KARENA LO NGGAK PERNAH BERBAGI REN"

Ucapan reno dipotong telak oleh juan, entah apa efek dari perkataannya barusan namun juan merasa tubuh reno tak lagi berontak dalam dekapannya. Dalam hitungan detik tubuh itu telah lunglai dan merosot kebawah yang mau tidak mau membuat  juan juga ikut terduduk.

"ren" panggil juan lirih.

Reno masih bergeming sampai dimenit selanjutnya ia mulai mengangkat wajahnya. Juan terkejut melihatnya, reno yang biasanya terlihat berwibawa sekarang tak ubahnya seorang anak berusia 5 tahun yang menangis karena ditinggal orang tuanya.

Ia bisa melihat betapa sembap mata sahabatnya itu, berapa lama reno menangis ? pikirnya. Juan menatap lamat-lamat wajah itu, dapat ia lihat dengan jelas beribu kesakitan ada dimata reno.

"sakit ju" ucap reno dengan suara bergetar dengan matanya tak lepas dari satu bingkai foto, foto keluarganya.

"mereka nggak ngerti" racaunya kembali.

Lagi dan lagi liquid bening itu kembali meleleh membasahi pipinya. Juan menangkup wajah sahabatnya "mau cerita ?" tanyanya lembut. Reno menggeleng.

" yaudah nggak papa gue akan tunggu lo buat cerita, tapi sekarang kita kekamar lo ya, istirahat ! badan lo panas" ucapnya lembut. Reno hanya menggangguk dan menurut.

Setelah sampai dikamar ia membaringkan reno dan menempelkan plester penurun panas didahinya lalu ia selimuti sampai dada, juan sengaja menemani reno sampai tertidur, mungkin efek kelelahan. Ia tahu sahabatnya itu sedang rapuh maka sebisa mungkin ia bersikap lembut dan memberikan kenyamanan untuknya, apalagi ia tahu reno hanya tinggal sendiri dirumahnya.

Setelah dari kamar reno ia kembali keruang tamu.

"bi pak maaf ya atas kejadian tadi, kalian pasti kaget " ucapnya sopan.

"iya tuan tidak apa-apa tapi apa tuan tidak apa-apa ?" tanya seorang lelaki paru baya.

Juan tersenyum tipis, para pekerja disini sangat perhatian pada reno "nggak papa kok pak saya sudah hubungi dokter tadi, insyaallah tidak ada apa-apa"

"syukurlah tuan"

"iya bi, sama sekalian minta tolong ini dibereskan ya bi"

"iya tuan"

Setelah kedua orang itu pergi juan mendudukkan dirinya disofa panjang lalu memijat pelipisnya yang terasa pening"ada apa si sama lo ren ?" gumamnya.

REALLY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang