Note: Belum di revisi, dan kemungkinan masih berantakan 🙏🏽
Kalo ada waktu luang bakal revisi sedikit-sedikit.Bacanya pelan-pelan 😁 biar ngefeel🤩💗
Kepalanya terangkat, rasa pedih hingga pusing menusuk di bagian kepalanya. Bukan-,,,, bukan luka, hanya sakit di kepala akibat kekurangan darah. Apa kalian seperti itu?
Tidak hanya terasa di bagian kepala, bahkan sampai ke bagian leher belakang hingga tulang rusuk. Seakan-akan tubuh itu akan hancur detik ini juga.
Diam sejenak adalah obat gratis untuk menyangkal sakit kepala itu, hingga merasa darah menetralisir dengan normal.
Liara memejamkan matanya gemetar, "hahhh!!" Nafasnya terbuang kasar. Detik kemudian gadis itu langsung beranjak dari tempat tidur nya, tak peduli sakit di kepalanya masih sedikit berkeliaran di benak otaknya. Lucu sekali jika gadis itu akan membenturkan jidatnya ke dinding secara tidak sengaja, pasalnya berjalan dalam keadaan yang kurang stabil. Danu-
"Kenapa sih!!!!" Monolog nya sendiri di depan cermin.
Matanya menatap pantulan dirinya sendiri di cermin dengan tajam, "gue selalu ngerasa Lo ada di sini Dan!!! Kenapa Lo sama kak Ethan tega ninggalin gue sih??!!!!". Gadis itu meraung keras, tidak bisa di pungkiri lagi, hati dan pikiran Liara sangat sensitif jika mengingat Danu dan Ethan. Mengingat saudara kembar dan kakak angkat nya itu meninggal karenanya, iya dia lah penyebab mereka meninggal.
Liara memejamkan matanya kembali, mencoba menenangkan pikirannya yang sudah kacau pagi ini. Memori tentang Danu dan Ethan mengaluni pikirannya, jika saja gadis itu tidak teringat memori itu pasti dirinya masih baik-baik saja pagi ini. Sungguh, miris?
Hari buruk_
Pikirnya langsung menyangkal bahwa hari ini adalah hari buruk baginya, memori itu datang lagi, inner child mulai membisikkan hal-hal aneh, kepalanya terasa ingin pecah, matanya tak kuasa menahan air bercucuran membasahi pipinya. Rasanya terlalu sakit bagi Liara, menerima kenyataan tidak semudah kata yang terucap. Bahkan semesta tertawa melihatnya terlalu lemah, sudah jelas-jelas bahwa terjebak dalam masa lalu adalah zona terburuk. Tapi Liara masih saja terjebak dalam zona mengerikan itu, bahkan belum berpikiran untuk beranjak pergi.
________
"Ju Liara???"Kepalanya hendak menoleh ke belakang, namun pemilik suara itu sudah lebih dulu muncul di sanding nya.
Masih tak bersuara, tangan Liara membenarkan gendongan tas gitar yang bersangga di bahu ringkih nya. Manik tajamnya menulusuri lekuk wajah seseorang yang memanggilnya tadi, siapa? Tapi matanya tak dapat menganalisis nya, atau katakanlah lia tidak mengenal orang itu.
Garis bibir orang itu terangkat, "bener Ju Liara kan??" Tanya orang itu.
Liara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya, kala itu pula orang itu tersenyum sumringah. Jadi apa? Apakah akan ada seseorang yang sebahagia ini jika bertemu dengannya?
"Gue Jake Azkahi, fakultas sound engineer" ucap Jake menampakkan senyuman tulus nya, Liara benci? Sangat.
Liara berdecih pelan, "jangan senyum, gue benci" ujarnya terus terang.
Jake mengangkat kedua alisnya, "kenapa?? Lo Tremor ya ngeliat gue senyum?? Beuh, kece ngga sih gue" Tanya Jake jahil, menampilkan senyuman cool nya.
Apa-apaan pikir Liara, terbilang baru pertemuan pertamanya dengan Jake tapi ucapan lelaki itu sudah cukup menguji kesabarannya. Tapi Liara tahu betul, Jake hanya bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION|ENHYPEN[✓]
Teen Fiction[#]Living isn't fucking easy- Start=9 Oktober 2021 Finish=11Desember 2021 Cover by @pinterest