08.riki and sleep

45 8 0
                                    

‍‍‍‍‍‍

Langkah kakinya terasa berat, bahu yang biasanya berdiri tegap bahkan bisa menyangga tas kini terasa ngilu dan jatuh. Tasnya terseret lemah menyentuh permukaan aspal, tatapan nya sayu dengan wajah penuh luka.

Gadis itu membuka pintu pagar rumahnya dengan sisa tenaganya, bahkan tangannya sudah gemetar.

Cklek!

Kakinya melangkah pincang, rasanya berat sehingga ingin jatuh saat itu juga. Matanya menangkap goblin berjalan ke arahnya, bergelayut di kakinya yang beku.

Badannya bergetar hebat, menahan sakit di seluruh badannya. Ia menatap goblin dengan senyuman getir, walaupun senyuman itu membuat sendi-sendi wajahnya terasa nyeri.

Ingin sekali gadis itu menggendong kucing kesayangannya itu, tetapi seperti tak ada tenaga untuk membopong tubuh kecil goblin.

Kini ia sudah berhasil sampai di depan pintu rumahnya, tangan penuh darah membuka pintu itu dengan lamban.

Saat sudah berjalan masuk, Badannya langsung terhuyung kala itu hingga terjatuh tak sadarkan diri di lantai dingin rumahnya. Pintunya pun hanya tertutup biasa bahkan tidak terkunci, goblin mengintai sekeliling tubuh majikannya yang sudah tak sadarkan diri dengan kondisi cukup mengenaskan.

Meong~ meong~ meong~

Kucing itu meraung, seakan-akan meminta majikannya itu untuk bangun. Sementara liara, gadis itu sudah tidak tahan lagi dengan kondisinya saat ini rasanya seperti diambang Kematian.

______________

Matanya terbuka sayu, manik matanya melihat sofa ruang tamu yang tak jauh darinya. Liara langsung mengerjapkan matanya, perlahan sakit itu mulai terjulur lagi seluruh tubuh nya.

Sakit yang tidak bisa di ekspresi kan oleh kata-kata lagi, untuk menangis pun sudah tidak bisa. Badannya bergetar untuk mengambil posisi terduduk, tangannya pun akhirnya ikut serta untuk menyangga tubuhnya sendiri.

Manik matanya melihat darah yang sudah mengerti di lantai keramik nya, sudah Liara yakin itu darah dari punggungnya yang terluka.

Liara merangkak ke arah sofa, mencari sanggahan untuk membantu dirinya berdiri karena kakinya terasa ngilu dan kaku. Tangannya yang lusuh meraih sofa nya, dengan begitu ia bisa berdiri walaupun tidak tegap.

Badannya bergetar hebat kala sudah berhasil berdiri, kaki nya melangkah kaku seperti robot. Tujuan pertamanya adalah kamar mandi, ia harus segera membersihkan diri sebelum ada sahabatnya yang datang, apalagi ini hari Minggu.

Gadis itu merambat kan tangannya pada dinding guna menuntunnya untuk sampai ke kamar mandi dengan selamat, badannya terasa remuk untuk berjalan dari ruang tamu menuju kamar mandi.

Sudah sampai kamar mandi, Liara yang melepas Hoodie nya dengan hati-hati, gesekan kain dan lukanya terasa nyeri dan perih. Gadis itu hanya memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit itu, di lihatnya punggung lusuhnya dari pantulan cermin. Penuh luka lebam dan luka pukulan hingga berdarah, gadis itu menghela nafas lemah.

Tenggorokannya terasa sakit, matanya mulai mengeluarkan bulir-bulir air. Sungguh, sakit yang ia rasakan saat ini benar-benar tidak manusiawi.

DANDELION|ENHYPEN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang