31.Sorry From Mother

29 9 0
                                    

‍Liara membuka pintu utama rumah tua yang ia datangi, kemudian menutupnya perlahan. Liara melangkah dengan lamban di atas keramik yang usang dan berdebu, memandang isi ruangan yang kumuh.

Langkah demi langkah ia jalani, pasang matanya tak lepas melihat objek-objek yang asing. Air terlihat berceceran di lantai akibat atap bocor, detikkan jarum jam terdengar menggema. Aneh, pikirannya. Rumah ini seperti tak berpenghuni, tapi kenapa masih ada jam yang menyala?

Kini sudah sampai simpang empat antara lorong, baru saja ingin melangkah tapi sebuah pisau sudah tertancap di perutnya. Entah karena perkara apa, tapi benda itu menyakiti kulitnya.

Darah kian menetes ke lantai, rasa sakitnya kian menjular. Sampai-sampai kakinya sudah tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri, liara meringkuk di lantai, menahan sakit di bagian perutnya.

Samar-samar telinganya mendengar suara gelak tawa dari orang-orang, matanya pun mencoba mencari sosok itu. Namun pandangan sudah lebih dulu kabur, hingga kesadarannya hilang. Dan suara tawa itu yang terakhir kali Liara dengar.

//

Liara mengerjapkan matanya, nyeri di seluruh tubuhnya kian menyerang. Terutama di bagian perutnya, ia mendesis karena sakit luar biasa. Ternyata kejadian tadi bukan mimpi.

Liara berusaha untuk duduk, ia mengingat-ingat kejadian tadi, siapa pelakunya?

"Cantik, udah bangun?"

Mendengar suara itu liara langsung mendongak dengan gemetar, keningnya mengerut tajam ketika melihat seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

"Tian??"

Lelaki itu tertawa gelak, lalu bersimpuh di hadapan liara yang sedang sekarat. Tian menyunggingkan senyuman miringnya, "kenapa kaget??" Tanyanya.

"Lo!?" Rahangnya mengeras dan tatapan Liara semakin menajam. Ia tak habis pikir, kenapa Tian seperti ini.

"Bukan gue" ucapnya dengan seringai, Tian mendekat lalu berbisik pelan di telinga Liara.

"Tapi adek lo~" bisiknya di akhiri dengan tawaan.

Hati Liara terasa tertohok saat mendengar ucapan Tian, siapa lagi adiknya yang membenci Liara? Sudah pasti itu Daniel. Apakah setelah ini ia akan mati di tangan adiknya sendiri?

"Lo ngga sadar? Gue ngadu domba Lo sama adek Lo sendiri"

"Lo?? Sepihak sama ayu!!!!"

"Yap! Betul" ucap Tian sembari memetikkan jarinya.
"Lo tumbal, sebenernya yang bunuh Ethan sama Danu itu, gue sama Tante ayu. Hahaha!!" Tawa itu menguar, seperti tawaan seorang psychopath.

Emosinya memuncak, "PERSETAN LO TIAN!!! BANGSAT LO!!!!"

Tian tertawa keras, "Niel! Tahanan Lo udah bangun noh!!!" Ucapnya mengganti topik pembicaraan dengan gampang, membiarkan Liara yang masih di selubungi amarah.

Liara terus menatap ke arah pintu, langkah menggema ia dengar sampai adiknya benar-benar muncul dari ambang pintu. Ia tidak sendiri, ada Wendy di belakangnya. Namun aneh, gadis itu tampak ketakutan bersembunyi di balik tubuh Daniel yang bongsor. Bahkan seperti saat itu, Wendy sama sekali tak ada keberanian untuk menatap liara.

"Hai pembunuh, ketemu lagi"

Sapaan itu terucap dari mulut Daniel, sapaan yang terdengar seperti mantra mematikan. Alih-alih berlagak basa-basi, Daniel langsung menendang kepala liara tanpa seijin gadis itu, bahkan sampai terjatuh lagi.

DANDELION|ENHYPEN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang