20.Is it true?

22 8 1
                                    


‍‍‍‍Pagi hari dengan cuaca mendung, jujur saya sedikit kesal. Hari ini ada jadwal praktik di kampus, awalnya saya amat bersemangat tapi ketika melihat langit murung saya jadi juga ikut-ikutan murung.

Dan lagi, Goblin. kucing saya juga sedari tadi tidak berhenti mengaung berisik membuat telinga saya sakit. Kalian pernah melihat kucing sedang kasmaran? Ya seperti itu lah goblin sekarang. Kucing jantan itu sedang jatuh hati dengan kucing tetangga saya, si Kitty. Ingin rasanya saya usir kucing itu, tapi naas hati saya tidak tega.

Tapi semenit ini tidak terdengar suara kucing itu, apakah dia sedang meminta restu kepada majikan Kitty? Haha konyol sekali. Baguslah telinga saya jadi tidak pengar lagi.

Saya sudah selesai bersiap-siap untuk ke kampus, hari ini yang menawari saya tumpangan adalah Riki, kalian tau lelaki itu kan? Tampan dan baik bukan.

Melihat langit masih mendung saya memutuskan untuk memakai Hoodie, saya tidak suka kehujanan. Atau katakanlah itu suatu kebencian terhadap hujan, saya tidak suka situasi nya apalagi air nya itu membasahi tubuh saya ketika mata saya juga mengeluarkan air.

Saya memeluk tubuh dengan erat, semilir angin pagi cukup membuat bulu kuduk saya berdiri. Jika di pikir-pikir, akhir-akhir ini saya tidak mendapatkan pesan dari Daniel lagi, dan ayu- ibu tiri saya juga tidak ada mengusik lagi. Saya sedikit senang, setidaknya saya bisa bernafas lega untuk beberapa saat.

Semoga tidak ada yang menghambat saya sampai benar-benar wisuda, walaupun masih terbilang lama karena saya masih mahasiswi semester Lima. Eh? Bukankah sebentar lagi? Haha bagaimana, maaf terkadang saya sedikit konslek.

Tak lama saya menunggu, adik saya yang tampan Paripurna melebihi Jake itu datang membawa motor dan helmnya. Saya menghampiri Riki dan menerima sodoran helm dari tangannya.

"Lo nanti pulang jam berapa kak?? Gue cuma ada satu kelas hari ini" tanya Riki.

"Palingan jam 11 an, kalo gitu Lo duluan aja, gue juga mau kumpul sama Hyuka, Daffa, sama kak Rega" jawab saya, Riki amat perhatian terhadap saya yang notabene nya sebagai kakak abal-abal nya, jangan tertawa ya karena embel-embel 'teteh' itu hanya sebagai sopan santun saja, maybe.

Saya mendudukkan pantat saya di jok belakang, tak lama Riki segera melajukan motor nya meninggalkan halaman rumah saya.

Tidak ada perbincangan selama diperjalanan, mungkin Riki ingat saya tidak suka ngobrol di saat berkendara, itu karena saya mendengar fakta bahwa seseorang akan mendapat julukan 'budek' ketika berusaha mendengar si kawan berbicara saat sedang berkendara dan tentu saja saya tidak mau mendapatkan julukan itu. Tapi mungkin ada hal lain, em kalian pasti ingat perihal 'hujan lokal'? Haha sudahlah, itu sudah lalu dan tidak perlu di ingat.

Jalan menuju kampus saya terlihat basah, mungkin hujan sudah turun di daerah ini, syukurlah hujannya sudah reda ketika saya lewat. Embun yang menguap dari aspal dan dedaunan menjadi favorit saya sehabis hujan melanda, seperti kabut kabut yang membawa pergi kesedihan.

Di pinggiran jalan terlihat para penjual makanan hangat yang berdiri tenggar dengan tenda, kelihatannya enak jika menyantap bubur jagung bersama Riki atau tidak bersama Jay? Lelaki itu kan sangat suka dengan jagung. Hm itu hanya wacana saya yang di pendam, lagian jika mau melakukannya jelas tidak bisa karena semua ada kelas. Semua nya sibuk dengan kegiatannya masing-masing, termasuk saya sendiri.

Laju motor Riki memelan, saya lihat sudah sampai di parkiran.

"Lo udah sarapan kak??" Tanya lelaki itu sembari melepaskan helmnya.

"Udah, Lo??"

Saya beranjak turun dan melepas helm juga, saya tidak ingin dipermalukan lagi seperti saat itu. Kejadian Jake mengantar saya, karena terselubung kekesalan saya berjalan dengan helm di kepala saya. Kala itu saya benar-benar malu, rasanya ingin menghilang dari muka bumi.

DANDELION|ENHYPEN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang