13.tree House

28 8 0
                                    


Aroma bunga dandelion semerbak terbawa angin sepoi-sepoi, aromanya mungkin sedikit langu tetapi itu menjadi ciri khas tersendiri. Tangannya mengusap koper-koper yang sudah tersusun rapi di ruang tamu, akhirnya hari ini David akan di jemput oleh Jay.

Dan ya, syukurlah Jay mau mengambil hak asuh David. Liara menghela nafas berat, Netra nya bergeser menatap David yang sedang fokus menonton televisi, sebenarnya tidak rela juga ia melepas David begitu saja, tapi ya sudahlah ia juga masih bisa menemuinya jika rindu.

Untuk alasan jika Jay bertanya liara sudah menemukannya, ia yakin Jay percaya dengan alasan yang ia buat.

Cklek!

"Yah?"

Benar, akhirnya Jay sudah datang. Dengan senyuman lelaki itu menghampiri David dan mencium anak itu, "hey anak ayah, sini dulu ya ayah mau ngomong dulu sama Buna".

Seakan-akan mengerti dengan ucapan Jay, David kembali terfokus pada televisi. Dan Jay langsung menghampiri liara yang terduduk di sofa ruang tamu.

Liara tersenyum simpul, "makasih Lo mau ngambil hak asuh David" ucapnya dengan lantang tanpa ada keraguan.

"Lo serius? Ngga mungkin Lo ngelepas David gitu aja"

"Gue ngga bisa, gue udah punya kerja part time Jay. Gue juga mutusin ngga Nerima uang dari orangtua gue lagi, gue udah bisa kerja sendiri, gue ngga mau orangtua gue terbebani gara-gara gue, sedangkan mereka masih ada tanggung jawab sama adik-adik gue. Dengan berat hati gue bilang, kalo gue ngga sanggup biayai hidupnya David. Gue ngga mau hidup David susah"

Jay tidak bisa berkata apa-apa lagi, membiayai seseorang itu tidak mudah apalagi untuk Liara yang sendiri. Sedangkan Jay masih bisa mengandalkan bunda nya yang selalu di rumah, dan persoalan biaya pasti akan di tanggung oleh ayahnya.

"Daripada Lo kerja part time mending Lo kerja di Perusahaan ayah gue, kan ada kakak sepupu Lo juga di sana"

"Makasih tawaran nya, tapi gue nolak"

Jay menghela nafas berat, ia tidak bisa memaksa jika gadis jangkung di hadapannya ini sudah bilang tidak. Susah sekali jika ingin membujuk seorang liara.

"Gue mau kerja, Lo bisa bawa David sekarang"

"Lo kalo ada apa-apa cerita sama gue, jangan di Pendem sendiri"

Hatinya terasa nyeri kala ia tersenyum pahit, Liara rasanya ingin pergi ke hutan untuk menghindari semua orang, semuanya terasa mengerikan bagi nya. Sering nya ia bertemu dengan seseorang, semakin sering juga ia berbicara omong kosong. Semuanya bohong, senyum dan tawa boleh memanipulasi tetapi sorot matanya terlihat sendu.

"Gue ngga papa"

Satu kalimat yang sulit di percayai, kadang arti dari kalimat itu malah berbanding terbalik. Aneh rasanya bagi Liara menunjukkan sisi sedihnya, ia selalu terbiasa sendiri dan memendam semuanya. Kejadian-kejadian dari masa lalu juga membuatnya seperti ini, jadi tidak ada yang mencoba untuk menyembuhkan mentalnya saat kecil hingga remaja sekarang, karena ia selalu menyembunyikannya.

______________

Gayuhan kakinya memelan kala sudah sampai di bawah pohon besar, kepalanya mendongak ke atas menatap rumah yang tergantung di antara dahan pohon besar itu.

Langkah demi langkah mendekati tangga kayu yang sudah berjamur, apa selama itu?
Di gapainya sisi tangga hingga kakinya menginjak anak tangga, perlahan menaiki anak tangga dengan lamban.

Pertama kali sejak satu tahun belakangan tidak singgah di tempat yang tergantung di angkasa ini, semuanya tampak sama seperti yang terakhir kali ia lihat, hanya saja banyak dedaunan kering dan debu yang mengotori tempat itu.

DANDELION|ENHYPEN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang