"Kamu tau kenapa ayah dan bunda menitipkan kalian di panti?? Maaf nak, mungkin ini terdengar kasar. Sebenarnya kalian adalah anak yang tidak kami inginkan"
Kepalanya tertunduk, tangannya meremas kaleng kosong dengan keras. Kesedihannya kembali datang, kenapa ia harus hidup jika emang tidak di inginkan? Bodoh.
Bagaimana jika ia mati sekarang? Mungkin itu baik, atau tidak menyiksa diri terlebih dahulu?
Liara tertawa hambar, seharusnya ia bersyukur bundanya mau memberi tahu informasi itu lebih dulu daripada ia mendapatkannya dari orang lain. Tapi kenapa semenyakitkan itu? Di saat dirinya emang tidak di inginkan sejak awal, kenapa mereka tidak membunuhnya sejak di dalam kandungan?
"Kalian jahat... Kenapa gue yang harus jadi korban?? Gue titipan Tuhan apa titipan setan sih?? Heran"
Untungnya Reina sudah kembali ke rumahnya, jadi liara bisa bergumam sendiri dengan puas.
Liara tahu kehidupan ini penuh lika-liku, jika di ibaratkan kehidupan liara seperti jalan zig-zag. Jarak antara satu sisi ke sisi yang lain lah ke bahagianya, lalu titik runcing bagikan ⅖ dari hidupnya.
Jam 7 pagi, liara beranjak dari duduknya. Ia berniat untuk pergi ke kampus karena ada kelas pagi hari ini. Dengan berat hati ia akan menjalani hidupnya seperti ini, bahkan dunia belum ramah dengannya.
Berjalan di komplek nya dengan senyam, ia memutuskan untuk menaiki bus lagi, baginya ini adalah hari yang buruk.
//
Lorong gedung fakultas terlihat ramai, semua bercengkrama riang dengan segala gelak tawa dan candaan. Lain kata dengan liara yang memberanikan diri untuk berjalan di antara orang-orang itu, Liara merasa dirinya merusak suasana. Semua orang terlihat bahagia, dan ia merusaknya dengan kemurungan yang ia rasakan.
Seakan-akan mereka menatapnya dengan horor, tatapan benci, sepertinya kisah SMP nya akan terulang, dan ia akan kembali membenci kota ini.
"Wow~ pembunuh datang~"
"Anak haram"
"Gue ngga nyangka Lo pembunuh"
"Ternyata Lo jahat ya Li"
Itu semua nyata, tidak inner child nya atau apapun. Mereka benar-benar terlihat menggunjing liara, dengan melontarkan kata-kata yang menyakitkan.
Liara melirik sekelilingnya, benar-benar pemandangan yang sangat mendukungnya untuk cepat mati. Bisa tidak ia meminta Tuhan untuk cepat memanggilnya?
Dunia yang sekarang liara rasakan sudah hancur, tidak ada orang yang benar-benar tahu keadaan dan jalan hidupnya. Semua berkata seolah-olah mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka bahkan tidak memikirkan efek yang liara terima setelahnya. Gadis itu merasa sudah gila, mungkin ini titik puncak kemampuan liara. Setelah itu mungkin ia akan pergi? Atau terjebak di ruangan penuh manusia dengan rasa takut?
Tubuhnya terdorong kesana-kemari, Hoodie nya di tarik dan di cabik, tak sesekali juga orang melempari nya dengan tomat busuk dan tepung. Liara mencoba menahan tangisannya, sekarang lorong yang pendek ini terasa seperti neraka pisau yang panjang. Langkahnya membawa luka yang baru ia buat kembali, ia benar-benar lelah. Dan selalu merasa lelah.
Matanya menangkap satu oknum yang tertawa melihatnya di tidak adili oleh warga kampus, Daniel. Adiknya saja menertawai nya, bagaimana yang lain?
"Tuhan, apakah saya semenjijikan itu??"
Dan sekarang berita itu sudah menyebar, liara yang di rumorkan sebagai pembunuh Danu dan Ethan, dan liara yang sebagai anak haram. Entah siapa, tapi liara berpikiran bahwa adiknya sendiri yang menyebarkan berita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION|ENHYPEN[✓]
Teen Fiction[#]Living isn't fucking easy- Start=9 Oktober 2021 Finish=11Desember 2021 Cover by @pinterest