"Jun, kapan-kapan boleh ngga kenalin gue sama Daniel??"
Manik matanya bergeser menatap liara yang berdiri tepat di sanding nya, ia sendiri lupa kalau juga ingin mengenalkan Daniel kepada liara.
"Gimana kalo besok?? Kita kan bisa kumpul kumpul di sini"
Gadis itu mengangguk kecil, ia berpikir bagus jika bertemu dengan Daniel lebih cepat. Pasti Daniel akan mengenalinya bukan? Secara normal kan ia sudah bertemu dengannya dua kali.
Pagi ini Juna akan kembali ke rumahnya setelah semalam ia menginap, Taki dan Riki sudah duluan karena bunda mereka menyuruh keduanya untuk pulang cepat bahkan tidak sempat hanya untuk mengenyangkan perut.
"Makasih ya kak buat semuanya, yang tadi malem juga! Gara-gara Lo, gue ngga akan salah milih jurusan"
Liara tersenyum, tangannya menepuk bahu Juna dengan lamban. "Udah tugas gue jadi kakak Lo, kalo Lo bingung sama materi, Lo bisa nanya gue apa ngga Hyuka sama Rega".
"Iya kak, gue pulang dulu ya"
"Iya tiati Jan ngebut"
Di tungganginya motor itu, tali gas nya ia mainkan menimbulkan bunyi kenalpot yang menguar. Setelah melambai sebagai pamitan, Juna langsung menancap gas nya meninggalkan pekarangan rumah gadis jangkung itu.
Liara menghela nafas panjang, rumahnya kini terasa sepi. Bagaimana tidak? Bahkan hanya ada dirinya dan goblin di rumah, terdengar ribut mungkin jika kucing itu meminta makan, atau tidak sahabat-sahabatnya berdatangan ke rumahnya.
Mungkin sekarang liara lebih memilih untuk bersantai di rumah, ia memutuskan untuk bermain game di komputer. Bukan hal yang buruk, lebih baik bermain game dari pada hanya duduk diam kan?
Sembari menunggu login Liara melihat jendela kamarnya yang secara jelas menampakkan pemandangan luar yang teduh, "apa cuma gue yang plin-plan?? Kadang minta mati kadang minta umur panjang" kekehan kecil lolos dari mulut nya.
Rasanya aneh ketika melihat dirinya sendiri, berfikir bahwa dirinya Manusia kurang bersyukur. Padahal masih ada yang susah di luar sana, kata pepatah di atas langit masih ada langit. Mungkin orang lain akan mengartikan pepatah itu dengan kata tidak boleh sombong. Tapi untuk Liara mungkin sedikit di putar balik, tingkat kesedihan juga ada levelnya. Jadi ia berpikir, pasti masih ada yang lebih menderita di luaran sana.
Gadis itu ingin sekali mensyukuri segala apa yang di berikan oleh tuhan, akan tetapi terkadang ada saja overthinking dan insecure yang menodai pikirannya. Mengeluh, menangis, apalagi meminta mati, padahal ia sudah tau jika dirinya emang belum di takdirkan untuk mati ya tidak akan pernah terjadi, sungguh pikirannya sedikit Ngadi Ngadi.
"Besok gue mati nya gimana ya?"
Pertanyaan yang tidak berguna, akan tetapi dengan konyolnya liara ingin mendapatkan jawaban itu. Ia terlalu gabut untuk memikirkan pertanyaannya yang berguna untuk hidupnya, mungkin jika Hyuka mendengar pertanyaan liara sudah di pastikan lelaki itu langsung menawari Liara pingin gue daftarin ke RSJ ngga sis?
Random, seperti itulah Liara.
"Live to die, tapi selama hidup Lo harus bersyukur. Kalo bisa sih jangan banyak komplain, jalanin aja, tapi jangan kayak air mengalir. Masak air ngalir ke genangan kotoran Lo juga mau ikut. usahain kayak lomba lari, Lo pasti akan berusaha menghindar kan kalo ada lobang? Karena Lo harus menang, walaupun di level selanjutnya Lo bakal mati. Tapi Yang penting Lo pernah win in this game, anggep aja kayak permainan yang harus di menangin. Ok? Good luck pren!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION|ENHYPEN[✓]
Teen Fiction[#]Living isn't fucking easy- Start=9 Oktober 2021 Finish=11Desember 2021 Cover by @pinterest