18.Daniel Maulana

30 8 0
                                    


Pagi sekitar jam 8, liara sudah berdiri di terasnya. Tentu saja dengan pakaian yang rapi, ah tidak seperti nya lebih terlihat santai. Hanya menggelengkan blazer dengan kaos sebagai lapisan dalamnya, dan celana jeans serta sneaker yang ia kenakan.

Pendaftaran akan di buka hari ini, sebenarnya tidak perlu baginya untuk datang karena ia bukanlah pihak-pihak yang berkewajiban dalam hal itu. Tapi karena liara berencana ingin menemui Juna, Riki, Daniel dan Wendy, jadilah ia ke fakultasnya hari ini. Sekarang liara tinggal menunggu jemputan dari Jake, lelaki itu yang akan di tumpangi nya sekarang.

Tak menunggu lama, lelaki itu sudah datang dengan motor klasiknya. Sejak kapan? Liara juga tidak tahu, tapi yang jelas Jake terlihat lebih cocok menggunakan motor itu daripada menggunakan motor ninja, kesannya terlihat lokal sekali.

"Kiw cecan! Sama Abang yuk" oknum itu menawarinya dengan senyuman serta menaik turunkan alisnya.

Liara hanya menggeleng heran, ia berjalan mendekati motor klasik itu, dan menyambar helm yang di berikan oleh Jake.

"Pokoknya Lo harus bantuin Taki, jangan biarin dia kebingungan. Kasian dia cuma sendiri di fakultas sound engineer"

"Iya, aman kanjeng ratu. Lagian ngga cuma dia kok yang masuk fakultas gue"

Liara sudah terduduk di jok motor Jake, lantas langsung menoyor kepala yang sudah berbalut helm itu dengan geram.

"Maksudnya sahabat nya dia!"

"Iya dah iya, marah marah Teros madam, masih pagi loh. Ntar cepet tua"

"Bukannya enak jadi tua? Di hormati....di urusin...di sayang"

"Ya udah Lo tua aja, biar jadi nenek gue. Beuh, kece ngga sih. Nenek liara~" ucapnya sambil berkhayal tentang liara yang sudah tua.

Plak!

"Udah! Kebanyakan ngayal Lo jadi manusia"

"Iya Lo juga ngga usah kebanyakan bacot jadi manusia"

"Gue punya mulut, wle!"

Jake memasang muka kesalnya, "dih maymunah".

"Cepetan berangkat, gue mau ketemu sama Juna, Riki sama Daniel"

"Iya sabar"

Jake langsung menarik tali gas nya, melaju dengan pelan hingga meninggalkan pekarangan rumah Liara. Jalanan tidak macet sama sekali, seperti keberuntungan yang datang pada kedua sejoli itu.

Jalan yang mereka lewati dengan senyam, saling sibuk dengan kegiatan masing-masing , ada yang menyibukkan diri dengan melihat kesana-kemari, dan ada yang fokus menyetir sambil bersiul  meniupkan nada yang teduh.

Tepat lampu merah, otomatis semua kendaraan berhenti di belakang garis putih yang terlukis pada aspal. Semua tampak diam, hanya suara kenalpot serta suara klakson yang menjadi pemanis dalam situasi saat ini.

Liara termenung diam menatap lurus ke depan dengan kosong, bahkan suara dari kenalpot dan klakson tak lagi di dengarnya. Pandangannya melihat, lokasi di mana Danu  dan Ethan kecelakaan. Baru pertama kali ia lewat sini sejak kejadian itu, Liara lebih sering lewat jalan lain. Rasanya berat, seakan-akan terasa seperti flashback.

Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, motor klasik itu kembali melaju atas perintah sang empunya. Berlalu lah pandangannya, menatap tiang lampu jalanan yang peyot.

"Belum di benerin?"

Liara sedikit heran, tiang itu masih sama sejak terkahir kali ia melihatnya. Tiang itu peyot akibat terhantam mobil Ethan dengan keras, dan ya begitu.

DANDELION|ENHYPEN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang