Pagi menjelang siang, Jay tengah berjalan menyusuri anak tangga di rumah nya dengan wajah kacau. Kantung matanya terlihat menghitam, rambutnya berantakan, dan jerawat-jerawat kecil mulai bermunculan di wajah nya. Tak biasanya Jay begini, pasti ada alasannya."Jay, are you okay??" Tanya sang ibunda yang tengah berjalan dan mendapati anaknya itu terlihat tidak baik-baik saja.
Netra nya bergeser menatap bundanya, "banyak pikiran Bun" jawabnya parau.
Lelaki itu terduduk di kursi dengan gusar, menatap meja makan yang penuh dengan makanan lezat saja tidak mood. Jay benar-benar stress kali ini, ada hal yang benar-benar menghantui pikirannya.
Bunda menggeleng heran melihat Jay, entah kenapa anak itu akhir-akhir ini banyak bengong. "Sarapan dulu. tadi kata Jake, nanti sore Liara mau ke sini" ucap bunda.
Jay membuka kelopak matanya lebar, "ha?!!".
Bunda sedikit tersentak mendengar suara lantang Jay yang tiba-tiba meninggi, dan lelaki itu juga kelihatan ketar-ketir.
Bunda jadi berpikir, apakah Jay sedang ada masalah dengan Liara?"Kenapa kamu?? Lagi marahan sama Liara??" Tanya bunda.
Jay mengacak rambutnya frustasi, nyeri di kepalanya mulai menjular dan rasanya Jay ingin menangis detik itu juga.
Bukannya menjawab pertanyaan bunda, Jay malah berlari ke kamarnya. Tentu saja membuat bunda bingung.
Jay mencari keberadaan ponselnya di atas meja belajar, ia sampai mengobrak-abrik buku-bukunya hanya untuk mendapatkan benda pipih itu.
Akhirnya benda itu ditemukannya, Jay langsung mencari kontak Jake dan memanggil lelaki itu.
"Jake, jemput gue"
"Yah si anjir, tadi gue samperin katanya emak Lo nitip absen. Sekarang gue udah di kampus malah minta jemput" cerocos Jake di sebrang telepon sana.
Jay berdecak kesal, "gitu amat, Sean dah berangkat??" Tanya Jay.
"Udah, kalo mau bareng liara aja. Gue chat or-"
"Eee jangan!! Jangan!!" Tolak Jay mentah-mentah dengan lagak yang khawatir.
"Alah ribet banget maymunah, mumpung anaknya masih di rumah"
Jay menggigiti kuku nya sangking banyak pikiran, "ngga ada yang lain gitu? Selain Liara??" Tanya Jay.
"Ngga ada, lagian biasanya Lo kalo sama liara asal gas aja"
Jay mendesis sambil memikirkan sesuatu, "bukannya gitu"
"Terus apa? Mau ngga ini?"
Jay menghela nafas berat, "ya udah deh, tolong telfon liara suruh jemput gue. Gue mau mandi dulu" ucap Jay dan langsung memutuskan sambungan telepon itu.
Kaki Jay menendang-nendang kursi di hadapannya dengan geram, entah apa yang ia rasakan akhir-akhir ini menjadi pertanyaan. Kenapa dengan dirinya sendiri?
Akhirnya ia memutuskan untuk pergi bersiap-siap, ia harus selesai sebelum liara datang menjemputnya. Jika tidak, maka ia harus bersiap-siap untuk perang dunia kesekian kalinya terjadi. Karena Kedua sejoli itu terkenal sebagai enemy yang abadi.
//
Liara sudah sampai di rumah Jay, ia di beri tugas dari Jake untuk menjemput enemy nya itu. Kini ia turun dari motor nya, berjalan layaknya gadis gadis Badas di perfilman.
Ia susah di ambang pintu rumah besar itu, mulutnya segera mengucapkan salam agar terkesan sopan.
"Assalamualaikum, aaa David~!!!" Baru saja terlihat Badas namun sisi itu luntur seketika melihat David, anak yang ia dapatkan di taman bersama Jake.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION|ENHYPEN[✓]
Teen Fiction[#]Living isn't fucking easy- Start=9 Oktober 2021 Finish=11Desember 2021 Cover by @pinterest