12.Dandelion

42 8 0
                                    

untuk tetap di rumah. Tapi kali ini mungkin berbeda, ia bangun pagi karena harus mengurus David dan berberes rumah, ditambah lagi sekitar pagi menjelang siang ia akan menemani Jake membuat tugas kuliahnya.


Tak terasa, David juga hampir seminggu tinggal bersamanya, namun tak ada juga kabar dari kantor polisi untuknya. Apa tidak ada yang mencari anak kecil itu? Keluarga nya emang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?

"Obin!!!!"

Lamunannya terbuyar kala ia mendengar suara imut milik David, manik matanya melihat si mungil itu mengejar goblin dengan langkah yang kaku. Garis bibir nya tertarik membentuk senyuman, adiknya itu sangat suka bermain dengan goblin.

Langkah jenjangnya mengejar si mungil, hingga tertangkap oleh tangannya.

"Hayo,,, ayo dek Avi mandi dulu, nanti kan mau jalan-jalan sama om jake"

"Yah?"

Liara menggeleng pelan sambil menatap David yang kini sudah di bekapannya, "no, om Jake. Ayah Jay di rumah" jelasnya.

"Yah?"

"Adek nyariin ayah? Mau ketemu ayah?"

Kepalanya mengangguk dengan cepat, mata bulat serta bibir mungilnya terlihat imut bahkan tanpa ekspresi sekalipun.

"Iya nanti kita main ke rumah ayah, sekarang mandi dulu ya"

"Assalamualaikum!!! Cogan datang"

Badannya berbalik dan menatap Jake yang sudah masuk ke dalam rumah nya, dengan stelan celana jeans, kaos sebagai lapisan dalamnya, dan jaket denim nya, yang jelas lelaki itu tampak tampan sekarang.

"Eyyy dek Avi sini sama om"

"Gosah, mau gue mandiin"

"Sini gue aja yang mandiin"

Liara menatap Jake dengan iba, tidak percaya kalau lelaki itu bisa menjadikan anak kecil. Liara takut Jake tidak bisa, apalagi David masih kecil.

"Jangan ragu, gue sering mandiin keponakan gue kok. Lo siap-siap aja"

Akhirnya ada sedikit kepercayaan, liara memberikan David kepada Jake, tapi masih ada rasa hati-hati nya terlihat dari tatapan yang di lontarkan dari manik matanya.

"Jangan lama-lama ntar masuk angin"

Jake tersenyum sumringah, "Aya captain!! Ayo dek Avi kita mandi...wiuw wiuw wiuw~"

Kedua oknum itu telah meninggalkan ruang tamu, kini ia hanya sendiri rasa senyam menguar kembali seperti biasanya.

Langkah kaki membawanya ke sebuah dinding yang terpajang ornamen-ornamen foto dan lukisan, dulu saat rumah yang ia tinggali terasa ramai karena adanya Danu dan Ethan, tapi rumah itu terasa aneh karena mendadak terasa senyam akibat kedua orang itu pergi. Tapi sekarang berbanding terbalik, rumah yang senyam itu mendadak menjadi ramai sebulan belakangan ini. Liara rasa itu aneh, banyak yang datang kepadanya, apakah setelah itu ia yang akan pergi?

Kenangan itu kembali terkuak di benak hati nya, ia merasa berada di dimensi lain di mana Danu dan Ethan menatapnya dengan senyuman hangat dan ajakan-ajakan yang membuatnya ingin melangkah saat itu juga. Hidupnya terasa mati tetapi juga terasa hidup, Layaknya dandelion yang tertiup angin, jatuh dan hidup.

Satu pertanyaan yang mungkin akan membuat liara bingung, apa tujuan utama dalam hidup mu? Di saat itulah liara akan memutar otaknya untuk mencari jawaban. Hidupnya kini mengikuti alur, tidak pasrah sepenuhnya, tidak. Ia hanya menjalankannya saja namun tanpa adanya tujuan, mungkin terdengar aneh tapi liara benar benar tidak tahu akan jawaban dari pertanyaan itu.

DANDELION|ENHYPEN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang