Lembaran terakhir sudah melekat pada telapak tangannya, plaster putih di berikan pada ujung perban agar tidak terlepas.
Tadi ia sudah berhasil menyembunyikannya dari Hyuka dan Daffa, tapi sekarang liara harus bagaimana? Kedua lelaki itu masih di ruang tamu nya bahkan di tambah kelima sahabat nya yang lain datang.
Jujur? Atau tidak?
Liara menghela nafas panjang, ia sudah mendapat jawaban dari pikirannya. Akhirnya gadis itu keluar dari kamarnya dengan pakaian santai, sepertinya ia akan mendapat beribu-ribu pertanyaan dari ketujuh lelaki yang sekarang berstatus sebagai sahabatnya itu.
Situasi ini sangat memojokkan nya, seharusnya ia bisa santai kesana-kemari tanpa adanya ketujuh lelaki itu, di sisi lain Liara juga senang jika sahabatnya berkumpul di rumahnya. Sungguh sekarang liara sedang Dilemma oleh keadaan.
"Kak, ada es ngga??"
Netra nya bergeser, "coba liat di kulkas" tuturnya.
Juna langsung berlari ke dapur seperti anak kecil, maklum masih bocil SMA. Lalu di susul oleh liara, gadis itu sangat paham pasti Juna ingin membuat minuman segar untuk menggoda abang-abang nya apalagi cuaca siang menjelang sore ini terbilang cukup terik di banding hari lalu.
"Buat pake sirup jeruk kayaknya seger ya kan kak" lelaki itu mengeluarkan bungkus es dari kulkas itu.
Tapi matanya tak sengaja melihat perban di telapak tangan kiri milik liara, sontak kelopak matanya terbuka lebar.
"Ih! Lo kenapa kak??" Tanyanya khawatir."Kena pisau tadi pas di supermarket" ucapnya santai, bahkan tidak terlihat jika sedang berbohong.
"Parah ngga? Lebar ngga?? Kok bisa sih kak!?" Tanya lelaki itu sambil membolak-balikkan telapak tangan Liara.
Liara tersenyum simpul, "ngga parah kok, tadi pisaunya jatuh dari rak terus gue tangkep jadinya ke gores dikit" jelasnya secara singkat.
Mata Juna berlinang, liara jadi tidak tega melihat nya. "Udah ngga papa kok, Juna ambil gelasnya gue pecahin es batu nya" tutur liara.
Tangan Juna mencegah pergerakan liara, "kakak yang nyiapin gelasnya aja, biar gue yang pecahin es batu nya" tukas Juna.
Liara tersenyum melihat bertapa manisnya lelaki di hadapannya itu, "ya udah hati-hati, mukulnya ke es batu nya, bukan ke tangan ya Juna" peringat Liara.
Juna langsung terkekeh geli, peringatan serta candaan itu membuat nya tertawa. Padahal bukan candaan berat, tapi ia senang mendengarnya.
________
Lengan kaos nya tergulung, otot-otot lengannya menonjol kala ia mengeluarkan tenaga untuk bisa sampai dahan pohon yang bergerombol jambu menyangkut di sana.Di atas sana sudah ada Daffa, sepertinya bukan hal yang langka jika dirinya dan Daffa adalah partner dalam memanjat pohon.
Dan di bawah ada Juna dan Riki yang siap menangkap jambu yang terhuyung dari atas, "wih kak liara olahraga apa ya Sampek berotot gitu?" Tanya Riki yang kagum melihat otot di lengan serta urat-urat yang menonjol di tangan gadis itu.
Liara sudah sampai di pencapaiannya, ia menyeka keringat nya sebelum melihat ke adaan tangannya yang di perban.
"Sialan" umpatnya lirih karena titik-titik darah merembes dari balik perbannya.
Liara mendongak ke atas menatap pantat Daffa yang sedang berjongkok di dahan hampir pucuk, "woy! Lo ambil jambu nya terus kantongin pake kaos Lo dulu ya!! Kalo Lo jatuhin entar bonyok kalo Sampek bawah!!!" Ucap Liara menyoraki Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION|ENHYPEN[✓]
Teen Fiction[#]Living isn't fucking easy- Start=9 Oktober 2021 Finish=11Desember 2021 Cover by @pinterest