15. AWAL TRAGEDI

17 3 0
                                    

… Jangan tanyakan perasaanku
Jika kau pun tak bisa beralih
Dari masa lalu yang menghantuimu
Karena sungguh ini tidak adil
… Bukan maksudku menyakitimu
Namun tak mudah 'tuk melupakan
Cerita panjang yang pernah aku lalui
Tolong yakinkan saja raguku
… Pergi saja, engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka
… Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah
… Hidup memang sebuah pilihan
Tapi hati bukan 'tuk dipilih
Bila hanya setengah dirimu hadir
Dan setengah lagi untuk dia
… Pergi saja, engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka
… Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah
… Bukan ini yang kumau
Lalu untuk apa kau datang?
Rindu tak bisa diatur
Kita tak pernah mengerti
Kau dan aku menyakitkan
… Pergi saja, engkau pergi dariku
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka
… Beri kisah kita sedikit waktu
Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah
Di waktu yang salah

🎶Di Waktu Yang Salah—Fiersa Besari ft. Tantri🎶

Mulmed part ini ya!
Happy reading

15. AWAL TRAGEDI

Tanah merah bertabur bunga mewangi. Menjadi akhir hidup Fara, adik Alvaro. Di atas tanah yang masih basah. Irish dan Agatha menangis sesegukan. Mencoba merelakan, namun semuanya terasa sulit.

Semua orang perlahan mulai berhamburan meninggalkan makam. Hanya tersisa keluarga, sanak saudara, dan para sahabat yang menunggu. Termasuk dengan geng Dangerous.

Alvaro meraih segenggam tanah merah itu. Meremasnya, mencoba menyalurkan kekesalannya. Sangat mendadak jika Fara pergi begitu saja. Alvaro menyesal, selalu membedakan Agatha dan Fara. Lebih menyayangi Agatha, dan lebih cuek terhadap Fara. Hanya karena tidak memiliki hubungan darah, Alvaro sama sekali tidak pernah menganggap Fara ada.

Sekarang, ia menyadarinya. Fara juga adiknya. Adik yang selalu mengingatkannya di kala ia lupa dengan kehidupannya. Menegurnya untuk selalu sopan, dan memintanya untuk selalu ingat dengan keluarga dan ibadahnya.

"Ra! Maafiin Kakak!" ucap Alvaro lirih. Ia bukanlah kakak yang baik. Mana ada Kakak yang tega membiarkan adiknya terluka.

"Kakak nyesel! Kakak nyesel selalu cuekin kamu. Andai kamu ada sekarang. Kakak bakalan tebus semua kesalahan Kakak," ucap Alvaro, masih menggenggam tanah itu.

Anaya menatap iba ke arah Alvaro. Ia baru melihat seorang Alvaro terluka sedalam ini. Jika ia berada diposisinya, mungkin tidak akan sekuatnya.

"Fara, maafin aku juga ya. Aku banyak salah sama kamu. Aku minta maaf," ucap Agatha, menyesali perbuatannya.

Sekarang hanya ada tangisan, penyesalan sudah tidak berarti lagi. Fara telah pergi, Fara telah bahagia di sana. Jangan pernah berpikir semua itu salah kita. Ingat! Kematian sudah takdir Tuhan.

"Ayo, kita pulang. Biarkan Fara beristirahat," kata Irish yang membujuk kedua anaknya untuk segera pulang. Mengingat, mereka harus mempersiapkan pengajian di rumah.

Namamu kini telah hilang
Menghembus, bagai angin yang tak terlihat
Mencoba menjadi penengah
Namun semua itu hanya sia-sia

ALVAYA DANGEROUS [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang