25. TUDUHAN TERHADAP AYAH ALVARO

16 3 0
                                    


Jangan dekat atau jangan datang kepadaku lagi
Aku semakin tersiksa karena tak memilikimu
Kucoba jalani hari dengan pengganti dirimu
Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu
Mengapa semua ini terjadi kepadaku
Tuhan maafkan diri ini
Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta diaэ
Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu
Mengapa semua ini terjadi kepadaku
Tuhan maafkan diri ini
Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia
Mengapa semua ini terjadi kepadaku
Tuhan maafkan diri ini
Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia

🎼Terlalu Cinta—Rossa🎼

25. TUDUHAN TERHADAP AYAH ALVARO

Alvaro sampai di kantor polisi, ia sudah tidak sabar melihat  siapa pelaku sebenarnya. Netranya menatap seseorang yang tidak asing lagi. Apakah matanya itu tidak salah lihat?

Alvaro mencoba melihat dengan benar, berulang kali. Agar dirinya tidak salah lihat. Namun, kenyataan memang benar. Langsung saja ia menghampiri semuanya. Karena ia sudah sangat penasaran.

"Papah?" panggilnya. Orang yang ia panggil pun mendongakkan wajahnya. Ia terkejut, mendapati Alvaro yang sudah berada di hadapannya. 

"Nak?!" ucapnya. Ya, Hans—ayah Alvaro yang dituduh atas pelaku penculikan Anaya dan Jihan. Alvaro tidak dapat mempercayai itu. Apakah ia sedang bermimpi? Atau berhalusinasi? Coba tampar dia sekarang!

Alvaro menatap ke arah polisi. Mencoba menanyakan kebenarannya. Seolah tahu dengan isi otak Alvaro. Polisi siap menjelaskannya.

"Saudara Hans, kami tangkap atas tuduhan pelaku penculikan saudara Anaya dan Jihan." Bagai disambar petir, hati Alvaro teriris, setega itukah Papah-nya sendiri?

"Nak, Papah enggak mungkin ngelakuin semua itu! Ada yang fitnah Papah sekarang ini!" kilah Hans. Ia ingin agar Alvaro mempercayainya. Namun, kebencian sudah menyelimuti diri Alvaro. Ia sudah terlanjur benci dengan Papah-nya itu.

"Mana ada maling ngaku! Jangan sentuh saya!" Alvaro menghindar dari Hans. Sudah cukup baginya mendapatkan kepedihan selama ini. Dicampakkan, tidak dianggap, dan tidak pernah mendapat kasih sayang dari Papah-nya. "Anda tega mau menculik Agatha. Yang justru, anak kandung Anda sendiri. Apakah Anda tahu? Fara, sudah tiada!" Mendengar ucapan Alvaro, Hans membulatkan matanya.

Apakah ia tidak tahu soal berita itu? Padahal sudah tersebar seantero jagat. Sesibuk itukah Papah-nya dalam pekerjaan? Sudah! Alvaro sudah muak. Tidak ada lagi Papah yang harus  dibanggakan.

"Agatha, kita pulang!" ajak Alvaro. Agatha menatap pilu ke arah Hans, sepertinya ia juga telah membenci Papah-nya itu.

Satu tetes air mata jatuh begitu saja dari mata Hans. Benar, ia bukanlah sosok ayah yang baik bagi mereka. Berita putrinya meninggal pun tidak tahu. Orang tua macam apa itu?

Hans, divonis penjara seumur hidup. Melasanakan hukuman yang sama sekali bukan ia yang melakukan. Sakitnya, sungguh begitu ia rasakan. Bagaimana ia mencampakkan keluarganya, hanya demi sebuah uang.

Uang dapat dicari, namun keluarga tidak akan pernah bisa dicari.

***

Alvaro mengantarkan Anaya pulang sampai ke rumahnya. Ia membulatkan matanya, betapa besar rumah Anaya, Alvaro tidak dapat menduga sebelumnya. Anak orang kaya, tidak membuat Anaya sombong dan besar kepala. Justru, ia sebaliknya. Pandangan Alvaro terhadap Anaya saat pertama kali bertemu memang sombong, namun semakin ke sini semuanya terlihat baik.

"Thanks, Kak. Udah mau anterin gue pulang," ucap Anaya berterima kasih.

Alvaro tersenyum ke arahnya. "Iya sama-sama," jawab Alvaro.

Mereka berdua saling bertatapan. Semesta membiarkan mereka saling memahami, menghargai, juga menikmati. Perlahan Alvaro jatuh hati dengan Anaya. Juga begitu sebaliknya. Apakah langkah mereka sudah benar? Sehingga bisa memadukan kasih?

"PERGI KAMU DARI SINI!" teriakan yang sangat kencang. Suara berat sudah menggangu mereka berdua. Anaya membalikkan badannya, dan mendapati Theo—ayahnya sudah berada di belakang.

"Ayah!"

"Diam kamu Anaya!" bentak ayahnya. Anaya pun terdiam. Ia sangat takut jika ayahnya sudah marah. "Berani-beraninya kamu datang ke rumah saya! Dasar tidak tahu malu!" hardik Theo. Alvaro terkejut mendapat perlakuan seperti itu. Salahnya apa?

"Salah saya apa, Om?" tanya Alvaro.

"Pakai nanya lagi!" ketusnya. "Anaya, Ayah enggak mau kamu bergaul lagi dengan dia. Sudah cukup Ayahnya menghancurkan keluarga kita!" jelas Theo.

"Apa?" Anaya dan Alvaro terkejut.

"Lebih baik, sekarang kamu pergi dari sini! Anak dari penjahat tidak pantas ada di rumah kita!" ucap Theo marah. Pantas saja ia marah, ternyata karena itu. Alvaro dapat menerima itu, namun ia tidak terima kalau harus berpisah dengan Anaya.

Anaya menatap kepergian Alvaro. Ia sedih, kenapa Tuhan sudah melakukan semuanya? Tidakkah ia bahagia setelah nasib buruk datang?

"Anaya! Ayah tidak ingin melihat kamu bersama laki-laki itu lagi!" titah Theo. Emosinya masih bergejolak.

"Tap—"

"Tidak usah, tapi-tapian. Ayah sudah mencari kamu ke mana-mana. Tapi enggak ketemu juga. Ternyata, kamu disekap oleh si Hans itu!" ucap Theo.

"Ayah kenal dengan Om Hans?" tanya Anaya.

"Iya. Sekarang kamu masuk, dan bersihkan diri kamu." Theo tidak ingin Anaya bertanya lebih jauh lagi soal Hans. Yang ada, nanti ia malah keceplosan.

***

Lagit bertabur bintang, membuat Alvaro beralih memandangnya. Kenapa skenario Tuhan sangat menyakitkan. Ia hanya ingin bahagia, kenapa masalah selalu datang bertubi-tubi kepadanya? Apakah ini adalah karma yang harus ia terima?

"HAAAAAAA! INI ENGGAK ADIL YA ALLAH! KENAPA KAU BERIKAN HAMBA COBAAN YANG SANGAT BERAT?!" teriak Alvaro.

Malam yang dingin, juga dengan kesunyian yang mendampinginya. Alvaro menatap nanar ke arah bintang-bintang. Ia juga tidak bisa melihat bidadarinya lagi mulai detik ini. Bisa melihat, namun hanya sebentar. Alvaro tidak akan puas, ia tidak akan rela.

"ANAYA! GUE CINTA LO!"

Ucapan terakhir yang dapat ia katakan sebelum akhirnya ia hancur. Malam, menemani kesedihannya kali ini. Bersama angin yang menyapanya dalam diam.

Alvaro, telah hilang. Hilang untuk mencintai Anaya. Dan ia tidak akan kembali lagi, walaupun itu kehendaknya sendiri. Sudah cukup ia membuat orang lain menderita. Ia tidak ingin menambahnya lagi.

Anaya, kini Alvaro akan menjauh.

Bersambung...

SATU KATA UNTUK PART INI!

MAU NGOMONG APA SAMA AL?

MAU NGOMONG APA SAMA BRY?

MAU NGOMONG APA SAMA AN?

MAU NGOMONG APA SAMA LIAN?

MAU NGOMONG APA SAMA GRY?

MAU NGOMONG APA SAMA GAL?

MAU NGOMONG SAMA DEE?

MAU NGOMONG SAMA DRY?

MAU NGOMONG APA SAMA ANAYA?

MAU NGOMONG APA SAMA JIHAN?

MAU NGOMONG APA SAMA SKHA?

MAU NGOMONG APA SAMA AUTHOR YANG BULUK INI?😭

Tertanda : Andgoes

Bogor, 22 Oktober 2021

ALVAYA DANGEROUS [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang