27. PENGAKUAN ANAYA 2

23 4 0
                                    

Telah ku cuba meminta kasihmu biar menjadi ikatan abadi
Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang meminta
Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang meminta
Bermusim kita bersama
Menyemai ikatan cinta
Tak mungkin kasihku hilang
Ku kunci hati untukmu
Himpunkan kenangan indah
Simpanlah senda gurauan
Andainya kau kerinduan
Itulah jadi penawar
Sungguh ku terharu dan pilu
Kasihku semai kau abaikan
Putusnya ikatan cinta
Mungkin tiada jodoh kita
Menangis hati ini
Ku juga bersimpati
Hancurnya harapanku
Maafkan sayang
Kasihmu yang berubah
Aku pun tak menyangka
Itulah alasanmu
Pergilah sayang
Biarlah rindu di kejauhan
Menemani hati yang gelisah
Semoga bertemu jua kebahagiaan
Bermusim kita bersama
Menyemai ikatan cinta
Tak mungkin kasihku hilang
Ku kunci hati untukmu
Himpunkan kenangan indah
Simpanlah senda gurauan
Andainya kau kerinduan
Itulah jadi penawar
Sungguh ku terharu dan pilu
Kasihku semai kau abaikan
Putusnya ikatan cinta
Mungkin tiada jodoh kita
Menangis hati ini
Ku juga bersimpati
Hancurnya harapanku
Maafkan sayang
Kasihmu yang berubah
Aku pun tak menyangka
Itulah alasanmu
Pergilah sayang
Biarlah rindu di kejauhan
Menemani hati yang gelisah
Semoga bertemu jua kebahagiaan
Telah ku cuba meminta kasihmu biar menjadi ikatan abadi
Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang meminta
Namun apa daya terlerai janji kita
Mungkin takdir yang meminta

🎼Memori berkasih—Siti Nordiana🎼

27. PENGAKUAN ANAYA 2

Hati Anaya sangat mengganjal. Ia sudah tidak tahan ditekan lagi. Ia ingin mengakhirinya. Sebelum semuanya terlambat. Ya, walaupun nanti ujung-ujungnya ia sendiri yang dapat masalah. Atau, kena bully pun ia akan menerimanya.

Itulah resiko, dan konsekuensi yang harus ia terima. Seperti kata pepatah. Berani bertindak, harus berani bertanggung jawab. Pada dasarnya, Anaya juga tidak ingin melakukan hal ini lebih dalam lagi. Ia sudah lelah diperbudakan oleh ayah-nya sendiri. Ia sudah jengah diperalat oleh kakaknya sendiri. Intinya Anaya sudah capek! Bagaimana bisa selama hidupnya hanya melakukan sebuah dosa saja dan tidak dibarengi dengan amal? Apakah hidupnya akan tenang? Jelas, tidak akan!

Anaya teringat dengan Agatha—gadis polos yang menjadi sahabat barunya. Apakah ia akan menerima, jika sudah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya? Dan, bagaimana juga reaksi seluruh sahabat tentang ulahnya?

Anaya sudah down duluan sebelum mengungkapkan jati dirinya. Bagaimana pun nanti reaksi mereka, Anaya akan menerima dan berusaha ikhlas kalau akhirnya mendapatkan caci dan makian dari mereka.

"Skha, Jihan?" panggil Anaya lirih. Ia ingin memberitahu kedua sahabat dekatnya dulu. Ingin melihat reaksi dan pandangan mereka tentangnya.

"Kenapa, Nay?" tanya Jihan, yang terus menatap lembaran kertas putih yang sedang ia baca.

"Ngomong aja kali, Nay," tambah Skha.

Anaya terdiam, ia tidak sanggup mengucapkan semuanya. Ia tidak sanggup. Ia tidak ingin kehilangan sahabat yang sudah bersamanya lebih dari sepuluh tahun. Apakah ia bisa?

"Kalian mau tahu, kenapa Agatha enggak sekolah?" Mata mereka langsung beralih ke arahnya. "Gue bakal kasih tahu yang sebenarnya."

Flashback On

Pukul Sepuluh malam, Anaya masih berkeliaran di luar. Bersama dengan Johanes—kakaknya. Ia berjalan santai di komplek perumahan elite, mencari satu rumah.

ALVAYA DANGEROUS [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang