Bagian 3

71.2K 4.7K 91
                                    

Bel tanda pulang sekolah membuat stela segera mengemasi bukunya, ia merapikan pulpen dan penggaris yang tadi digunakan ke dalam diskrip yang baru ia beli kemarin. Kenyataan saat stela membawa diskrip yang berisi alat tulis lengkap membuat semua temannya semakin heran, biasanya perempuan itu selalu meminjam pulpen teman-temannya, mereka senang melihat perubahan stela namun ada beberapa juga yang tetap membenci sebagian lagi karena iri melihat stela yang sekarang selalu jadi pusat perhatian.

"Stela rara pulang duluan ya" pamit teman sebangkunya yang hanya di balas anggukan oleh stela, selain cuek stela sudah seperti orang bisu kata alin dan reni.

Ngomong-ngomong stela hari ini tidak melihat adelia, gadis itu memang berbeda kelas dengan dirinya, saat sedang menunggu jemputan stela melihat davinka berjalan dengan senyuman lebarnya. Tadi alin dan reni yang memberitahu wajah davinka, menurut cerita adelia davinka adalah penyebab semua permasalahan hidup stela semakin rumit.

Karena rasa penasaran stela memilih mengikuti davinka, ia berjalan melewati gerbang entah kemana gadis itu akan pergi seharusnya ia menunggu jemputannya di gerbang bukan? batin stela. Pertanyaan stela terjawab saat melihat davinka menghampiri sebuah mobil yang sangat stela kenal, orang yang berada di dalam mobil itu keluar memberi pelukan hangat pada davinka.

Bahkan papanya tidak mau repot-repot menjemput dirinya, namun apa yang ia lihat sekarang? papanya malah menjemput adik tirinya dan menyuruh supir untuk menjemputnya, benar-benar luar biasa sekali. Karena malas melihat stela memilih kembali ke gerbang sekolah takut supirnya sudah datang.

"Mari non" kata pak roni membukakan pintu mobil.

Di dalam mobil yang stela lakukan hanya diam sambil memandang keluar jendela, saat tiba di lampu merah stela menyuruh pak roni agar memajukan sedikit mobilnya membuat pak roni hanya menuruti perintah.

"Pak majuin sedikit mobilnya, belum terlalu mepet mobil depan kan" kata stela yang dituruti oleh pak roni.

Lalu stela sengaja membuka kaca mobilnya, namun ia tak menoleh hanya memperlihatkan pada mobil sebelah tentang  keberadaannya. Papa stela mungkin tekejut melihat stela tepat berada di sampingnya, terbukti saat ia langsung menaikkan kaca mobilnya, pak roni tidak menyadari keberadaan sang majikan.

Sampai di rumah stela langsung masuk ke kamar, setelah sebelumnya berpamitan pada mbak har yang sedang menyiapkan makan malam.

Drtttt

Bunyi hpnya membuat stela kembali membuka matanya, saat ini ia sedang duduk di balkon kamarnya menikmati udara segar sore hari sekaligus menenangkan pikirannya.

"Tadi nggak ada masalah kan disekolah?" tanya sang penelpon membuat stela tersenyum, perasaannya langsung senang saat tau adelia mempedulikannya. Mungkin ini perasaan stela yang dulu sebelum lupa ingatan.

"Ngakpapa, lo dimana?"

"Tadi dateng ke acara pelelangan sama nyokap, bokap gue lagi diluar sedangkan undangannya berdua jadinya gue deh yang gantiin" keluarga adelia memang punya usaha berlian, adelia merupakan anak konglomerat namun jangan berpikir hidupnya seenak itu, ada banyak luka yang gadis itu alami sejak kecil hingga melahirkan adelia yang sekarang, adelia yang tidak takut siapapun.

"Del, gue lihat papa jemput davinka" ujar stela dengan nada lirihnya, jujur hatinya mengatakan kalau ia harus cerita dengan adelia.

"Sialan, besok bakal gue kasih pelajaran sama jalang kecil itu"

"Nggak usah, gue nggak mau lo dapet masalah karena dia. Mungkin belum saatnya dia menerima pelajaran, nggak tau nanti kalau kesabaran gue udah habis" ujar stela.

Setelah mematikan sambungan telepon dengan adelia, stela masih setia duduk di balkon, tiba-tiba dia teringat mamanya. Bagaimana perasaan mamanya selama ini? belum lagi stela yang dulu dari cerita mbak har juga membenci mamanya. Tanpa sadar air matanya keluar ia menangis meluapkan rasa di hatinya yang begitu sesak.

Seperti BertransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang