Hal yang paling ditakutkan oleh semua orang adalah kehilang orang terdekatnya entah itu keluarga atau pun orang yang kita cintai. Semenjak kecil dunia Bian sudah berpusat pada Stela, sahabat kecilnya yang menjelma menjadi gadis cantik yang begitu menawan.
Kalau ditanya apa Bian pernah merasa bosan dengan Stela maka Bian dengan tegas akan menjawab dengan lantang kalau ia tidak pernah bosan, Dari kecil Bian di tuntut menjadi lelaki sempurna di keluarganya.
Banyak yang harus Bian lakukan untuk manjadi lelaki yang pantas sebagai penerus keluarga konglomerat di negara ini, Kalau ia berbuat kesalahan sedikit saja pasti semua orang akan langsung menghinanya tapi jika ia berhasil semua orang pasti akan beranggapan kalau keberhasilannya berkat dari privilege yang dimiliki dari keluarganya.
Untuk beberapa kali Bian merasa kalau hidupnya tidak normal seperti anak lainnya, pada saat itu usia Bian baru 6 tahun namun banyak sekali tuntutan dari keluarganya yang harus ia penuhi. Apalagi kakeknya yang sangat tegas dalam mendidik Bian karena ia adalah cucu laki-laki pertama.
Sampai pada suatu hari Bian merasa lelah dengan hidupnya sendiri, umurnya waktu itu sudah 12 tahun. Saat itu nilainya turun karena ia sudah mulai memiliki teman yang bisa mengerti Bian. Selalu mengajaknya Bermain dengan permainan yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan.
Kakeknya marah besar dengan papi Bian, anak seusianya sudah harus mendengarkan pertengkaran hebat antara orang tua dan kakeknya. Ia merasa marah dengan dirinya sendiri karena terlalu banyak bermain. Bian berlari keluar dari kawasan rumah besarnya, ia bertemu dengan gadis dengan mata bulat yang sedang asik mengambil beberapa bunga di taman dekat komplek yang juga terdapat kolam ikan tempat Bian selalu menyendiri.
Melihat tingkah gadis kecil itu Bian tertawa pelan, apalagi saat gadis itu berusaha mengambil kupu-kupu yang hinggap di bunga namun karena tidak hati-hati akhirnya ia jatuh. Matanya berkaca-kaca, wajahnya kotor dengan tanah basah sehabis hujan, bajunya juga kotor. Bukanya kasihan Bian malah menertawakannya.
Menurutnya wajah Stela kecil waktu itu sangatlah lucu, sampai akhirnya ia mendengar tangisan gadis kecil itu. Bian yang tidak tega menolongnya dan menggendong Stela kecil sampai ke rumah gadis itu. Sampai disana ia disambut hangat oleh mama Stela dan Beberapa orang pekerja.
Dari situ ia selalu bermain bersama Stela sampai tanpa sadar keinginan melindungi itu sudah berubah menjadi memiliki, ia ingin Stela lah yang nantinya berada di sampingnya, tangan yang akan ia genggam dalam perjalanan hidupnya.
"Tuan" panggil salah satu pengawalnya menyadarkan Bian dari lamunannya.
"Nona Stela di pindah keruang rawat"
Bian hanya menjawab dengan anggukan kepala, kemudian berjalan menuju ruang rawat Stela yang dimaksud pengawalnya.
"Gimana keadaan Stela ma?" Tanya Bian setelah masuk ke ruang rawat Stela.
"Alhamdulillah Stela baik-baik aja, kita cuma perlu nunggu dia siuman dulu"
Bian mendudukkan badannya di sofa, disana ia melihat papa Stela yang hanya diam saja sambil menatap putri semata wayangnya yang masih setia memejamkan matanya.
.
.
.
Sudah dua hari Stela memejamkan matanya, dua hari itu pula Bian selalu mondar mandir ke rumah sakit. Lelaki itu masih setia menggenggam tangan Stela menunggu gadis itu membuka matanya.
"Bian" panggilan lirih itu membuat Bian langsung mengalihkan perhatiannya dari tablet yang ia mainkan.
"Sayang" Bian langsung berdiri menatap Stela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Bertransmigrasi
Novela JuvenilDeolina Auristela adalah gadis cantik yang berambisi dekat dengan Adelia, adelia adalah primadona SMA Binar Berlian yang merupakan sekolah swasta Internasional yang berisi anak-anak sultan. Karena ambisinya stela mengubah penampilannya, memakai rok...