Stela bangun saat bian akan menidurkannya di kasur, lelaki itu sepertinya tidak sadar jika stela sudah bangun. Jujur saja sekarang stela masih berperang dengan pikirannya, apalagi mengenai pembicaraannya dengan adelia tempo hari lalu."Lo deket sama bian?" tanya adelia yang saat itu sedang menunggu alin dan rena memesan makanan di kantin.
"Gue tinggal serumah sama dia"
"DEMI APA?" teriak adelia tak terima.
"Jangan teriak-teriak"
"Kenapa bisa?"
Dan mengalirlah cerita stela meskipun tak secara detail setidaknya adelia paham jika itu bukan kemauannya.
"Lo harus jaga jarak sama bian" pesan adelia membuat ia bingung.
"Kenapa?"
"Asal lo tau semua penderitaan yang lo alami sampai bisa kecelakaan dan lupa ingatan juga bian salah satu penyebabnya"
"Maksudnya?"
"Gila orang indonesia disuruh antri susah amat" gerutu rena yang baru datang membawa empat mangkuk bakso.
"Nih jusnya tuan putri" alin yang baru datang memberikan jus pesanan mereka.
Stela dan adelia memilih untuk tidak melanjutkan pembicaraannya lagi bukannya apa-apa hanya saja alin dan rena bukan orang yang tepat untuk menyimpan rahasia. Karena dalam setiap pertemanan ada beberapa orang yang sifatnya tak bisa menjadi tempat curhat, bukanya tak percaya dengan mereka hanya saja memang bukan tempatnya untuk bercerita.
Sampai sekarang stela juga belum mengerti apa maksud dari perkataan adelia, karena selama dekat dengan bian stela merasa jika bian lelaki yang baik meskipun sifatnya yang sedikit dominan tak mau ngalah.
"Udah bangun?" tanya bian yang menyadari stela sudah bangun dari tidurnya.
"Makasih" ujar stela tulus saat bian sudah menurunkannya di kasur. Bukanya menjawab bian malah menatap stela membuatnya salah tingkah, bian yang menyadari stela sedang salah tingkah tidak dapat menahan senyumnya.
"Gemes banget kalau lagi salting, aku keluar ya jangan lupa langsung tidur" pamit bian sambil mengelus puncak kepala stela tak lupa lelaki itu menutup pintu kamar stela.
"Jantung gue" stela langsung memegang jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Tak mau ambil pusing ia langsung turun dari kasur dan segera membersihkan diri. Setelah merasa lebih fresh stela memilih duduk di balkon kamar, cuaca malam ini sangat cerah sampai bintang menampakkan dirinya.
Stela masih asik menatap bintang di langit, sejujurnya dirinya bingung akan terus berpura-pura tidak mengetahui masalah kedua orang tuanya sampai kapan? jika ia tak lupa ingatan apa kedua orang tuanya akan berpisah? dan apa artinya ia kalah dari davinka? tidak mungkin kan pemeran utama kalah dengan pemeran figuran.
"Kenapa nggak tidur?" tanya sebuah suara membuat stela menoleh kesamping dimana asal suara itu berada.
"Nggak bisa tidur" jawabnya stela langsung mengalihkan pandangan dari bian karena lelaki itu sekarang bertelanjang dada hanya mengenakan celana kolor.
Wanita manapun akan mengakui jika bian memang benar-benar lelaki idaman, selain tampan, baik, perhatian, tubuh atletis yang dimilikinya akan membuat kaum hawa langsung terpesona.
Bian dengan santainya melompati pagar pembatas balkon kamar mereka, tanpa sedikit pun merasa kesusahan karena tubuhnya yang tinggi.
"Kamu nggak takut masuk angin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Bertransmigrasi
Teen FictionDeolina Auristela adalah gadis cantik yang berambisi dekat dengan Adelia, adelia adalah primadona SMA Binar Berlian yang merupakan sekolah swasta Internasional yang berisi anak-anak sultan. Karena ambisinya stela mengubah penampilannya, memakai rok...