"Tuhan nggakpapa kan stela jadi jahat sebentar? aku hanya ingin bahagia" Batin stela menatap bian, lelaki itu kini juga menatap matanya.
Ceklek
Suara pintu yang terbuka membuat stela refleks mendekatkan wajahnya ke arah bian.
Cup
Stela tau ia sudah kehilangan akal sampai melakukan ini pada lelaki yang berusaha ia hindari, yang ia fikirkan sekarang hanyalah membuat davinka kalah. Baru saja ia akan melepaskan diri namun bian malah menahan tengkuknya membuat stela menegang dengan kecupan bian dibibirnya.
Stela menjauhkan wajahnya dari bian, lelaki itu masih memeluk pinggangnya mengabaikan pintu ruangan yang sudah terbuka atau mungkin tidak menyadarinya.
"Kali...an?" davinka masih syok melihat kejadian yang barusaja ia lihat di depan matanya.
Stela langsung melepaskan diri dari bian dan memilih duduk sambil meminum minuman yang tadi dibuatkan bian, ia berusaha menghilangkan kegugupannya di depan lelaki itu.
"Kenapa dav?" tanya bian yang melihat davinka.
"Nanti bisa ngomong sebentar pas pulang sekolah?" tanya davinka
"Kenapa nggak ngomong sekarang aja?" tanya balik bian.
Davinka menatap stela sebentar seolah memberi kode pada bian "Kita butuh privasi" ujarnya membuat stela berdiri dari duduknya lalu mengambil tasnya.
"Gue cabut deh biar nggak mengganggu pri-va-si kalian" ujar stela menekankan kata privasi.
"Nggak, duduk stela" perintah bian namun diabaikan bian, ia berjalan menuju pintu keluar tempat davinka berdiri.
"Stela aku bilang duduk" sekali lagi bian memerintah namun tetap tak dihiraukan oleh gadis itu, ia melewati davinka tanpa mau menatapnya pandangan stela lurus kedepan ia berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.
Begitu sampai di depan kelasnya pelajaran sudah dimulai, stela menghembuskan napasnya perlahan sebelum membuka pintu kelasnya.
"Maaf bu saya boleh mengikuti pelajaran?"
Guru yang tadinya sedang menjelaskan menoleh ke arah stela "Lhoh stela katanya sakit?".
"Iya bu ini sudah mendingan"
"Beneran sudah nggak sakit?"
"Iya ibu"
"Yasudah kamu boleh duduk kalau masih sakit nanti bilang ya, muka kamu pucet" kata guru itu membuat stela segera berjalan ketempat duduknya.
Ia segera mengeluarkan buku dan alat tulisnya kemudian ikut mencatat apa yang dijelaskan di papan tulis, sejak tadi ia tau jika rara memperhatikannya namun stela memilih tetap melanjutkan kegiatan mencatatnya.
"Kamu beneran udah nggak sakit stel?" tanya teman sebangkunya itu.
Stela menghentikan kegiatannya kemudian ikut menatap rara yang kini terlihat khawatir "Gue beneran gakpapa kok, tadi cuma pusing doang" ujarnya sambil tersenyum.
"Syukurlah" meskipun berguman namun stela bisa mendengar perkataan rara, gadis itu sepertinya benar-benar mengkhawatirkan dirinya.
Istirahat pertama stela memilih berjalan ke perpustakaan sekolah, habis istirahat ini akan ada free class sampai jam setengah sebelas baru diperbolehkan pulang. Alin dan rena tadi sudah menawari dirinya untuk ikut pergi ke kantin namun karena malah stela memilih pergi ke perpustakaan.
Stela memilih mengambil tiga buku tentang bisnis entah kenapa ia begitu tertarik dengan dunia bisnis jadi ia memilih satu buku yang menurutnya menarik perhatian di rak bertuliskan motivasi, sampul yang bertuliskan Purple Cow - Seth Godin diambil stela kemudian ia duduk di bangku yang disediakan dalam perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Bertransmigrasi
Novela JuvenilDeolina Auristela adalah gadis cantik yang berambisi dekat dengan Adelia, adelia adalah primadona SMA Binar Berlian yang merupakan sekolah swasta Internasional yang berisi anak-anak sultan. Karena ambisinya stela mengubah penampilannya, memakai rok...