Bagian 27

23.7K 1.6K 56
                                    

Hari weekend selalu manjadi hari favorit bagi semua orang, termasuk Stela. Gadis manis itu baru bangun saat jam menunjukkan pukul 10 pagi. Lali melanjutkan nonton drakor sampai Maghrib ia baru turun ke bawah karena perutnya meoncongan, sejak pagi hanya roti dan camilan yang ada di kamarnya yang ia makan.

Setelah membersihkan diri dan memakai scincarenya, ia langsung turun ke bawah. Disana hanya ada mamanya yang memasak, Stela memutuskan untuk mendekati sang mama.

Niat awalnya yang ingin mengagetkan sang mama ia urungkan saat melihat lelehan air mata di kedua pipi mamanya, meskipun posisi mamanya membelakangi Stela namun ia bisa melihat bahu perempuan hebatnya itu bergetar.

"Mama" panggil setelah lama berdiam diri di belakang mamanya.

"Iya sayang?" Mamanya buru-buru menghapus air matanya.

"Bentar mama cuci muka dulu, perih banget habis ngupas bawang" mamanya membasuh wajahnya di wastafel, dan Stela tau itu hanyalah kebohongan sang mama untuk menutupi sisa air mata di wajah mamanya.

"Mama jangan bohongin Stela lagi, mama kenapa?" Tanya Stela yang sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya.

Mira membalikkan badannya menghadap sang anak, perempuan itu menyunggingkan senyumnya. Senyum yang Stela tau menahan rasa sakit.

"Stela mau makan?"

"Mama masak makanan kesukaan kamu nak"

"Ada udang te..."

"Aku gak butuh makan, aku cuma butuh penjelasan mama. Kenapa sebenarnya sama mama? Aku seperti orang asing yang hanya bisa diem aja saat ngeliat ibu aku sendiri nangis setiap malam. Stela juga sakit saat lihat mama nangis, saat ngelihat mama pura-pura tersenyum, saat ngelihat mama pura-pura baik-baik aja, padahal kenyataannya? Nggak sama sekali" Stela langsung memotong ucapan mamanya dan mengeluarkan semua yang ada di dalam pikirannya.

"Maafin mama" kata Mira akhirnya.

"Kenapa harus minta maaf sama Stela?"

"Kalau seandainya mama sama papa pisah apa Stela bakalan baik-baik saja" Bagai disambar petir siang bolong, Stela langsung mematung mendengar ucapan mamanya.

Ia pikir selama ini mama dan papanya masih bisa bersama, mereka masih bisa berkumpul dan menghabiskan waktunya bersam-sama. Apalagi sebagai seorang anak, tentunya Stela ingin melihat kedua orang tuanya bisa bersama sampai tua, sampai nanti hanya maut yang hanya bisa memisahkan mereka.

Tapi sekali lagi, sebagai anak kita juga tidak boleh egois. Meskipun pada akhirnya kita yang akan tersakiti dengan adanya perpisahan kedua orang tua. Stela tau setelah ini hidupnya pasti tidak akan baik-baik saja.

"Mama udah gak tahan ya hidup sama papa?" Tanya Stela dengan suara bergetar, ia berusaha tetap berdiri kokoh menopang dirinya sendiri.

"Mama seneng hidup bareng sama papa kamu, mama juga pengen bisa bersama papa kamu terus, apalagi udah ada malaikat kecil mama sama papa" Mamanya menjeda ucapannya.

"Tapi papa kamu nggak bahagia sama mama, dan mama nggak bisa maksain kebahagiaan setiap orang. Sayang ada kalanya dalam rumah tangga kita berjuang, tapi saat perjuangan itu gak berhasil jalan satu-satunya adalah mundur"

"Mama sudah berusaha membangun pondasi rumah tangga mama dan papa, tapi mama gak bakalan berhasil kalau hanya mama sendiri yang membangunnya"

Stela langsung memeluk mamanya, air matanya tumpah begitu saja saat merasakan hangat pelukan Mira.

"Hiks hiks mama aku hiks setuju dengan hiks apapun keputusan mama" Meskipun dalam hati Stela ia masih menginginkan kedua orang tuanya bersama namun ia tidak boleh egois, mamanya berhak bahagia.

Seperti BertransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang