Bagian 8

46.3K 3.4K 92
                                    

Setelah selesai pergi ke dokter stela langsung diantar pulang oleh papanya, perempuan itu tersenyum senang saat melihat kekhawatiran dari sang papa. Ia berjanji akan membuat mama dan papanya bersatu hidup bahagia tanpa adanya orang ketiga.

"Sini papa bantu turun" ujar papanya saat ia akan keluar dari mobil.

"Mama udah pulang?" tanya stela heran saat melihat mobil mamanya sudah terparkir cantik di garasi.

"Kayaknya iya, kita cek aja di dalam" ujar papanya.

Begitu sampai di dalam rumah, stela melihat banyak makanan yang sudah tersaji di meja makan sedangkan mamanya masih sibuk menyiapkan beberapa masakannya yang hampir selesai. Bahkan saat masak pun mamanya masih terlihat cantik, sepertinya papa stela buta sampai bisa menduakan mamanya.

"Lhoh kalian kok baru nyampe? stela juga kenapa baru pulang sa . . . ini kakinya kenapa?" kata mamanya khawatir.

"Ma biar stela duduk dulu" sela papanya.

"Maaf maaf mama sampe lupa"

Setelah stela duduk mbk har membantu menyiapkan kompresan untuk kakinya tadi, sebenarnya kakinya sudah tidak terlalu parah tapi karena stela memaksakan berjalan dan memakai sepatu membuat bengkaknya lebih besar dari sebelumnya. Andai aja stela menuruti perkataan bian untuk memakai sandal jepit pemberiannya tadi, pasti kakinya tidak akan separah ini.

"Papa gendong ke kamar ya" ujar papanya yang diangguki stela.

Berada di gendongan papanya stela sampai terharu membuat cairan bening di kelopak matanya ingin jatuh namun berhasil ia tahan, sudah lama sekali rasanya ia tak sedekat ini dengan papanya sendiri. Ia tak menyalahkan keadaan orang tuanya yang tidak seharmonis pasangan lain yang menikah karena cinta.

Dengan keadaan seperti sekarang saja ia sudah bersyukur meskipun bahagianya hanya semu, mamanya berada di belakang stela membawa sepatu dan tasnya sedangkan ia berada di punggung papanya yang menaiki tangga.

"Stela berat pa?" tanyanya.

"Mana ada berat, tubuhmu kurus begini. Besok makan yang banyak biar nggak ringan banget" kata papanya yang dibalas stela dengan tawa ringan.

"Makasih pa" ujar stela saat dia sudah berbaring di kasurnya.

"Tidur yang nyenyak ya sayang" kata papanya sambil mengelus puncak kepalanya.

"Anak mama manja banget sih" ledek mamanya.

Stela menarik tangan papanya dan mamanya lalu ia menumpukan tangan mereka menjadi satu.

"Apa pun yang terjadi stela mohon mama sama papa tetep bersama ya, stela nggak minta aneh-aneh selain keluarga lengkap" katanya tulus membuat mira tersenyum ingin menangis ia beralih menatap sang suami yang kini juga tengah menatapnya.

"Iya sayang papa janji kita akan sama-sama terus" ucapan darwin membuat mira terkejut, tapi perasaannya tak bisa bohong bahwa dirinya sangat senang.

.

.

.

Hari minggu pasti akan membuat siapa saja bermalas-malasan seperti halnya stela, meskipun sudah pukul 10 pagi perempuan cantik itu sepertinya enggan untuk beranjak dari kasurnya.

tok tok

Ketukan dipintunya membuat ia beranjak membuka pintu, meskipun dengan muka bantal dan baju tidurnya yang belum ia ganti karena terlalu malas mandi di pagi hari ditambah hawa dingin yang menyejukkan dengan suasana mendung habis hujan semalam.

"Ya ampun anak mama jam segini masih belum mandi" omel mamanya membuat stela menampilkan senyum lebarnya saja.

"Dingin ma"

Seperti BertransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang