Ending

24.9K 1.2K 23
                                    

Banyak orang yang menyalahkan Mira karena telah memaafkan sang suami, ia tahu pasti akan banyak yang menganggapnya manusia bodoh karena mau masuk ke lubang yang sama.

Mira tau bagaimana rasanya memiliki orang tua yang berpisah, ia tumbuh di antara dua orang tua yang bahagia dengan pasangannya masing-masing tanpa berpikir bagaimana posisi Mira. Dan ia tidak mau itu terjadi pada Stela juga, anak semata wayangnya yang sedang ia perjuangkan kebahagiaannya.

Meskipun nantinya kasih sayang ia dan Darwin tidak berubah tapi kelak jika Darwin sudah menikah ia akan lebih fokus dengan keluarga barunya, apalagi jika ego Mira juga ingin menikah, maka Stela akhirnya akan merasa kesepian. Tidak ada kedua orang tua kandung yang bisa ia lihat setiap hari di dalam rumah dengan hubungan yang harmonis.

Darwin setiap hari selalu meminta maaf padanya atas kesalahannya, meskipun itu ia bersyukur karena hubungan Darwin dan Nimas belum sampai ke tahap melakukan hubungan suami istri, jika itu terjadi maka Mira akan benar-benar melepaskannya.

Darwin juga tahu posisinya sebagai suami Mira, kemarin Darwin menceritakan semuanya pada Mira. Beberapa kali memang Nimas menggodanya namun bayang-bayang saat Mira menyambutnya dengan senyum ramah sepulang kerja, Mira yang masih tetap membuatkannya sarapan saat ia sakit, Mira yang masih tetap melayani Darwin meskipun lelaki itu belum bisa memberikan cinta sepenuhnya kepada sang istri membuat lelaki itu selalu menolak ajakan Nimas.

Seperti pagi ini saat keduanya bangun, Darwin memandang wajah cantik Mira yang baru ia sadari.

"Maafin aku." Katanya mengecup kening, kedua pipi, hidung, dang terakhir pada bibir istrinya membuat tidur sang istri kembali terusik karena tingkahnya.

"Mas."

"Iya sayang."

"Jangan minta maaf terus, aku sudah maafin kamu."

"Terimakasih." Balas Darwin masih memandang Mira membuat perempuan itu menaikan sebelas alisnya.

"Kenapa ngeliatinnya gitu banget." Balas Mira, tanpa berkata apapun Darwin mendekatkan tubuhnya pada sang istri. Memeluk wanitanya yang luar biasa hebat dalam hal mempertahankan rumah tangga mereka.

***********

Kalau ditanya kenapa Stela memilih memaafkan Bian jawabannya simpel, cinta. Memang benar kata orang kalau cinta itu membutakan, tapi bukan berarti Stela dengan mudah percaya langsung pada Bian.

Butuh usaha keras dari Bian agar kekasihnya itu percaya padanya, namun terlepas dari itu ia bersyukur karena semuanya bisa selesai.

Sudah lama sekali ia ingin memeluk Stela dengan bebas seperti sekarang ini saat ia pulang dari kantor, lelaki itu sengaja mampir kerumah sang kekasih yang beberapa waktu terakhir memiliki hoby memasak.

"Jangan ganggu dulu aku gak bisa gerak ini." Kata Stela memperingatkan, bukanya melepaskan pelukannya lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukannya pada Stela.

"Biiiiii."

"Kangen sayang." Balas Bian.

"Lepas dulu biar cepet selesai."

Cup

Bian mengecup sebelah pipi Stela sebelum benar-benar melepaskan pelukannya.

"Duduk anteng di meja makan."

Bian dengan patuh langsung duduk di di kursi sambil memperhatikan Stela yang masih fokus dengan masakannya.

"Makan dulu ya."

Mereka makan sepiring berdua, memang sudah menjadi kebiasaan saat sedang bersama selama beberapa Minggu ini. Apa nggak risih? Jawabannya tidak, justru makanannya terasa lebih nikmat jika mereka makan bersama-sama.

Seperti BertransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang